Tuhan Itu Netral* Sebuah Renungan!*

Tuhan... menjadi momok yang selalu di perdebatkan, yang selalu direbutkan, yang selalu di anggap berpihak... Tiap tiap agama mengklaim bahwa Tuhannya adalah yang paling benar, sehingga terkadang membuat manusia itu sendiri lupa akan eksistensi akan Tuhan.

apa sebenarnya Tuhan itu, dialah sang maha, Dia adalah yang tidak berpihak, Dia yang telah menciptakan apa yang di bumi, dilangit dan di antaranya. baik dan buruk telah Dia ciptakan, tanpa sedikitpun Dia berpihak atas keduanya, Dia memberikan semua kepada manusia untuk dipilih, tanpa sedikitpun Dia mengatur atas pilihan manusia tersebut... tak sedikit manusia yang memperebutkannya, merasa Tuhannya yang paling benar, merasa Tuhannya yang paling maha.
Tuhan telah memberikan semua berpasang pasangan... untuk saling mengenal, namun, manusia, dengan semakin mengenal, maka semakin mudah menimbulkan konflik.. menciptakan kelompok satu dengan kelompok lain, kelompoknya, bahkan dirinya yang paling benar.

Manusia hanya bisa beranggapan bahwa Tuhan itu seperti ini, Tuhan ini seperti itu.. tapi apa hanya segitu esensi akan Tuhan? tidak, Dia yang maha segalanya, bahkan lautan pun dijadikan tinta, tidak akan sanggup untuk menuliskan kalimat kalimat / esensi DIA.

Jadi buat apa saling bertengkar, buat apa saling menghujat, buat apa saling menyindir, buat apa saling merasa benar..

tanpa disadari, label label agama menjadi barrier, menjadi jarak akan hablum minannas... bukankah agama itu hanya menjadi pedoman hidup?? menjadi tuntunan dalam menuju kearah dia?

Ada cerita, ketika acara idul adha, dan idul fitri, dimana saat pembagian jatah hak hak yang barhak...
ada salah satu warga di suatu wilayah yang beragama selain I.S.L.A.M namun dia termasuk orang tidak mampu, orang yang berhak menerima bantuan. namun sayang... sekali lagi agama menjadi halangan didalam hablum minannass.. ketika didaftarkan namanya sebagai orang yang berhak menerima, namun mendapat hambatan oleh sesepuh agama di kampung tersebut...
beliau berkata: "... udah Gila ya... itu orang bukan orang islam... masa mo kasih daging qurban!!!" tersentak mendengarnya...

lalu ada yang jawab "lha, tapi dia kan termasuk golongan Fakir, kenapa harus kita bedakan"

beliau kembali... menjawab.. "gila apa! tetep aja tidak boleh, ini kan hari raya qurban, hari rayanya orang islam, yang berhak menerima hanyalah orang islam"

Kembali ada yang nyaut " Lalu bagaimana dengan nabi ibrahim?? apakah saat itu beliau sudah memegang syariat islam yang diterima oleh nabi muhammad?, dimana syariat islam tersebut bahkan baru diterima oleh nabi 13 tahun setelah beliau menerima kenabiannya"

Sebuah renungan,dul adha dan idul fitri, sebenernya sekarang hanya menjadi pesta rakyat, bahkan mereka yang di tua kan, terlena oleh pesta rakyat tersebut.
esensi qurban dan kembali ke fitrah sering di lupakan, yang ada hanyalah... : pas idul adha, kita akan merasakan makan daging kambing, sapi secara gratis, namun pihak yang lainnya akan tetap seperti apa adanya. dan idul fitri, adalah pesta rakyat yang wajib dilakukan setahun sekali, berlomba lomba akan keindahan, berlomba lomba akan menyediakan makanan, berlomba lomba akan silaturahmi... namun.. semua itu hanya sekali setahun, cukupkah silaturahmi hanya setahun sekali? dan kemana 364 hari sebelumnya?????? satu hari yang numpang lewat. 1 bulan sebelumnya berpuasa hanyalah menahan lapar tanpa mengambil makna dari berpuasa.. bahkan tidak sedikit yang menjadikan waktu berbuka sebagai waktu pembalasan. itulah agama... yang dibangga banggakan, tapi hanya menjadi buku pedoman, tidak menjadi tuntunan serta pedoman hidup.

begitu mudah manusia terpancing, terprovokasi bila membahas masalah agama... untuk apa di permasalahkan? itulah tuntunan hidup masing masing, bila tuntunan hidup ku islam, maka jalanilah sesuai tuntunannya, bila tuntunan hidup ku kristen, maka jalanilah sesuai tuntunannya, bila tuntunan hidup ku kejawen, maka jalanilah sesuai tuntunannya... untuk apa merasa paling benar? untuk apa merasa kelompok lain yang berbeda tuntunannya itu sesat??

begitu mudah mengambil dalil dalam kitab suci maupun kitab pendukung lainnya untuk mengatakan bahwa ajarannya ku paling benar, tapi apakah itu cukup untuk menjelaskan seluruh esensi akan hidupnya yang Satu? Hidup nya Yang Esa? Hidupnya yang Maha Segalanya??

kalau kamu beribadah, maka beribadah lah kamu tanpa merasa kamu paling mulia dibanding dengan yang tidak beribadah, bila kamu merasa agama A, maka jalanilah tuntunannya tanpa merendahkan tuntunan yang lain.

apapun agamanya minumnya Tehbotol Sosro

Saya bukan kelompok Suni, saya bukan kelompok syiah.
saya bukan kelompok syariat, saya bukan kelompok tarekat.
saya bukan kelompok hakekat, saya bukan kelompok makrifat..
saya malu berkelompok.....

dan kebetulan, di ktp saya terpampang stempel islam, tapi apa benar saya sudah islam???

apa benar saya sudah selamat? selamat mulut ku, selamat telinga ku, selamat mata ku, pikiran ku, selamat jiwa ku, selamat raga ku?

saya pun tidak tahu...

pantas kah saya hidup menyandang islam sebagai stempel ku? padahal mulut ini masih belum selamat? mata ini masih belum selamat? semua yang di raga ini belum selamat?

Label label lah yang menjadikan manusia menjadi lebih supperior, menjadi paling hebat...

jangan percaya iklan sebelum mencicipi apa yang di iklankan

hebat sang saudara tua memancing, sehingga tanpa disadari saya menjadi budaknya.. begitu mudah emosi, begitu mudah tersinggung, begitu mudah menjudge seseorang sesat bila ia bersebrangan dengan pendapatku.

hal yang diatas hanyalah apa yang aku pahami, yang baik datang dari tuhan, yang buruk pun datang dari tuhan..

Khoirihi wasyarihi mina Allah.

Bila ada yang tidak terima, mohon maaf sebesar besarnya, semoga sharing ini tidak menjadikan kita sebagai budak syetan..

tapi... seingat saya, sepengetahuan saya... tanpa adanya syetan.... Hidup ini tidak akan berwarna, tidak akan rame....