“perihal SALAT”

Auzubillahi

Surat Al Mu’minuun ayat 1 s/d 11 (XVIII:23:1-11)
Sungguh berbahagia orang-orang mukmin, orang-orang yang khusyuk di dalam salat mereka, dan orang-orang yang berpaling dari pekerjaan sia-sia, dan orang-orang yang mengeluarkan zakat, dan orang-orang yang menjaga kehormatannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau hamba sahayanya, maka sesungguhnya mereka tiadalah tercela. Tetapi barang siapa yang menghendaki selain yang demikian itu, maka mereka itulah yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanah dan janji mereka. Dan orang-orang yang memelihara salat mereka. Mereka itulah yang mewarisi, yang akan mewarisi surga firdaus, mereka kekal didalamnya.

Adalah sebenarnya; salat merupakan ibadah pokok yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya. Sebab alasan; yang pertama kelak akan dihisab dihari kemudian adalah salat, dan dengan demikian; salat adalah penentu kita untuk pilihan surga dan neraka.

Didalam Al Quran dan dalam hadis-hadis Nabi SAW yang sahih; kita senantiasa menjumpai kata/kalimat “mendirikan salat” dan besar kemungkinannya kita tidak menjumpai kata/kalimat “mengerjakan sholat”. Adalah sebenarnya; kedua kata/kalimat diatas memiliki arti kata yang berbeda.

Untuk itu; mari kita sejenak memahami apa yang pernah dikatakan oleh khalifah Rasul yang kedua, Umar bin khaththab. yaitu “Yang mengerjakan salat banyak, tetapi yang mendirikan salat sedikit”

Sebelum kita melangkah lebih dalam atas perihal salat sebagaimana mestinya, adalah baiknya, kita sejenak untuk mau memahami perihal definisi tentang salat, yangmana bersumber dari para ahlinya.

1. Definisi salat menurut ahli Fikih adalah Perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadat kepada Allah sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan.

Dari definisi ini; menunjuk bahwasanya lebih banyak menitik beratkan kepada bentuk, sifat dan cara salat. Dalam artian hanya menyangkut gerak lahir (badan). Untuk salat ini, perkataan yang dilafazkan dapat didengar dan perbuatan yang dilakukan dapat dilihat oleh kita.

2.Definisi salat menurut ahli hakekat adalah Menghadapkan jiwa kepada Allah, yangmana dapat melahirkan rasa takut kepada Allah SWT serta dapat membangkitkan kesadaran yang dalam terhadap kebesaran serta kesempurnaan kekuasaan_NYA.

3. Definisi salat menurut afali makrifat adalah menghadap kepada Allah dengan sepenuh jiwa dan sebenar-benarnya khusyuk dihadapan_NYA, serta ikhlas kepada_NYA dengan disertai hati dalam berzikir, berdoa dan memuji.

Adalah tidak demikian yang terjadi pada point 1 dan 2; yangmana menunjuk bahwasanya tidak terletak pada gerak lahir (badan), akan tetapi terletak pada gerak jiwa dan hati. Dalam hal ini, salat ditentukan oleh keadaan hati dan jiwanya, yangmana hanya Tuhan yang dapat mengetahuinya.

Dari uraian penjelasan atas masing-masing point tersebut diatas, menunjuk bahwasanya bila kita telah mampu melakukan perpaduan antara gerak jiwa dan hati dengan gerak lahir (badan), berarti kita telah mendirikan salat. Akan tetapi; bila kita hanya mampu sebatas gerak lahiriah (badan), berarti kita hanya mengerjakan salat.

Sebagai contoh; apabila kita melihat seseorang berdiri untuk menegakkan salat, bertakbir dan memenuhi segala ketentuan cara salat, baik ruku atau sunnatnya serta memberi salam, maka kita boleh mengatakan sebatas “orang itu telah mengerjakan salat”. Namun demikian kita tidak bisa mengatakan bahwa orang itu telah mendirikan salat, sebab alasan hanya Allah yang tahu bahwa orang itu telah salat dengan gerak jiwa, hati dan lahir (badan).

Berikut adalah hadis Nabi SAW (H.R Thabarani).
Barang siapa yang mendirikan salat pada waktunya dan ia sempurnakan wudhunya, juga ia sempurnakan berdirinya, khusyuknya, rukunya, dan sujudnya, ke luarlah salat itu dalam keadaan puitih berseri-seri, seraya menyeru, “mudah-mudahan Allah memelihara engkau sebagaimana engkau memelihara aku”.
Dan barang siapa yang mengerjakan salat diluar waktunya dan tidak ia sempurnakan wudhunya, dan tidak ia menegakkan khusyuknya, tidak juga ruku dan sujudnya, ke luarlah salat itu dalam keadaan hitam gelap seraya berkata, “mudah-mudahan Allah menyia-nyiakan engkau sebagaimana engkau menyia-nyiakan aku”. Sehingga apabila telah sampai salat itu kesuatu tempat yang ia kehendaki, dilipat-lipatlah salat itu seperti melipat kain yang buruk. Kemudian dipukulkan salat itu dimukanya.

Shalat adalah kewajiban sekaligus kebutuhan setiap Muslim. Karena shalat merupakan waktu terdekat hubungan antara seorang hamba dan Penciptanya. Shalat pula merupakan benteng dalam menangkal perbuatan keji dan mungkar.

Pentingnya shalat terkadang tidak terlalu kita sadari. Sering kita saksikan orang melakukan shalat dengan tergesa-gesa. Tak jarang pula rukun-rukun dan sunah dalam shalat dilanggarnya. Kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan apa yang diperintahkan Allah SWT, yakni kita harus mengerjakan shalat dengan khusyuk dan sabar.

''Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.'' (QS Thaha: 132).

Kesabaran dalam mendirikan shalat merupakan keharusan jika menginginkan shalat memiliki makna dalam kehidupan kita. Sabar dalam mendirikan shalat berarti kita telah berusaha meningkatkan kualitas shalat serta menyempurnakan rukun dan sunahnya. Sabar dalam mendirikan shalat hanya akan terwujud jika kita berusaha khusyuk mengerjakannya. Allah SWT telah menegaskan bahwa shalat itu merupakan ibadah yang berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

''Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.'' (QS Al-Baqarah: 45).

Allah SWT dan Rasul-Nya telah memberi kunci untuk dapat bersabar dalam shalat dengan mendirikan shalat tepat pada waktunya.

''Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.'' (QS An-Nisa': 103).

Saat terindah bagi seorang pecinta adalah ketika ia bertemu, bercengkrama, dan berdialog dengan orang yang dicintainya. Ketika itu, segala beban hidup dan kenestapaan akan hilang seketika. Bagi para shalihin, bertemu Allah lewat shalat adalah saat yang paling dinantikan, karena pada waktu itulah ia bisa mencurahkan semua isi hati dan bermi'raj menuju Allah. Walau demikian, ia akan kembali lagi ke alam realitas untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang didapat dari shalatnya. Inilah makna sesungguhnya dari khusyuk.

Khusyuk dalam shalat merupakan sebuah keniscayaan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Mukminun: 1-3, "Beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya dan yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna".

Di lain pihak Rasulullah bersabda: Ilmu yang pertama kali diangkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani ) Dua keterangan di atas setidaknya mengadung pesan bahwa shalat seharusnya mampu membawa perbaikan kualitas hidup kita. Dengan kata lain, bila kita ingin sukses dan ingin berhasil dalam hidup ini, maka kuncinya adalah punya iman dan mampu khusyuk dalam shalat. Siapa pun di antara kita yang tidak pernah meneliti kualitas shalatnya, besar kemungkinan ia tidak akan sukses dalam hidup.

Dalam surat yang lain, Allah bersabda, "Celakalah orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dalam shalatnya" (QS. Al Ma'un: 4-5). Redaksi ayat tersebut bukan fi tapi an, yang menggambarkan bahayanya lalai sesudah shalat. Khusyuk ketika shalat hanya memakan waktu sekitar satu jam, sedangkan sehari 24 jam.

Karenanya, tidak mungkin shalat itu hanya efektif untuk yang satu jam. Yakinlah bahwa shalat yang satu jam harus bagus dan sisanya yang 23 jam harus lebih bagus lagi. Maka orang yang shalatnya khusyuk adalah orang yang mampu berkomunikasi dengan baik ketika shalat, dan sesudah shalat ia betul-betul produktif berbuat kebaikan terhadap umat.

Lalu, apa hikmah shalat yang bisa kita dapatkan?

Pelajaran Pertama, Allah mengingatkan kita lima kali sehari tentang waktu. Orang yang khusyuk dalam shalatnya dapat dilihat dari sikapnya yang efektif menggunakan waktu. Ia tidak mau waktunya berlalu sia-sia, karena ia yakin bahwa waktu adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia.

Pelajaran kedua dari shalat adalah kebersihan. Tidak akan pernah diterima shalat seseorang apabila tidak diawali dengan bersuci. Hikmahnya, orang yang akan sukses adalah orang yang sangat cinta dengan hidup bersih. Dalam QS. As Syams: 9-10 Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya dan sesungguhnya sangat merugi orang yang mengotori dirinya". Dengan kata lain, siapa yang shalatnya khusyuk maka ia akan selalu berpikir bagaimana lahir batinnya bisa selalu bersih.

Mulai dari dhahir, rumah harus bersih. Bersih dari sampah, dari kotoran, dan bersih dari barang-barang milik orang lain. Sikap pun harus bersih. Mata, telinga, dan juga lisan harus bersih dari maksiat dan hal-hal yang tak berguna. Dan yang terpenting pikiran dan hati kita harus bersih. Bersihnya hati akan memunculkan kepekaan terhadap setiap titik dosa, dan inilah awal dari kesuksesan.

Pelajaran Ketiga, sebelum memulai shalat kita harus memasang niat. Niat sangat penting dalam ibadah. Diterima tidaknya sebuh ibadah akan sangat dipengaruhi oleh niat. Seorang yang shalatnya khusyu akan selalu menjaga niat dalam setiap perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak mau bertindak sebelum yakin niatnya lurus karena Allah. Ia yakin bahwa Allah hanya akan menerima amal yang ikhlas. Apa ciri orang ikhlas? Ia jarang kecewa dalam hidupnya. Dipuji dicaci, kaya miskin, dilihat tidak dilihat, tidak akan berpengaruh pada dirinya, karena semua yang dilakukannya mutlak untuk Allah.

Setelah niat, shalat memiliki rukun yang tertib dan urutannya. Jadi, Pelajaran keempat dari orang yang khusyuk dalam shalatnya adalah cinta keteraturan. Ketidakteraturan hanya akan menjadi masalah. Shalat mengajarkan kepada kita bahwa kesuksesan hanya milik orang yang mau teratur dalam hidupnya. Orang yang shalatnya khusyuk dapat dilihat bagaimana ia bisa tertib, teratur, dan
prosedural dalam hidupnya.

Pelajaran Kelima, hikmah dari manajemen shalat yang khusyuk adalah tuma'ninah. Tuma'ninah mengandung arti tenang, konsentrasi, dan hadir dengan apa yang dilakukan. Shalat melatih kita memiliki ritme hidup yang indah, di mana setiap episode dinikmati dengan baik. Hak istirahat dipenuhi, hak keluarga, hak pikiran dipenuhi dengan sebaiknya. Rasulullah pun menganjurkan kita untuk proporsional dalam beragama, karena itu salah satu tanda kefakihan seseorang. Bila ini bisa kita lakukan dengan baik insya Allah kita akan mendapatkan kesuksesan yang paripurna., yaitu sukses di kantor, sukses di keluarga, dan sukses di masyarakat.

Pelajaran Keenam, shalat memiliki gerakan yang dinamis. Sujud adalah gerakan paling mengesankan dari dinamisasi shalat. Orang menganggap bahwa kepala merupakan sumber kemuliaan, tapi ketika sujud kepala dan kaki sama derajatnya. Bahkan setiap orang sama Klik disini untuk info buku iniderajatnya ketika shalat. Ini mengandung hikmah bahwa dalam hidup kita harus tawadhu. Ketawadhuan adalah cerminan kesuksesan mengendalikan diri, mengenal Allah, dan mengenal hakikat hidupnya. Bila kita tawadhu (rendah hati) maka Allah akan mengangkat derajat kita. Kesuksesan seorang yang shalat dapat dilihat dari kesantunan, keramahan, dan kerendahan hatinya. Apa cirinya? Ia tidak melihat orang lain lebih rendah daripada dirinya.

Hikmah terakhir dari shalat yang khusyuk adalah salam. Shalat selalu diakhiri dengan salam, yang merupakan sebuah doa semoga Allah memberikan keselamatan, rahmat, dan keberkahan bagimu. Ucapan salam ketika shalat merupakan garansi bahwa diri kita tidak akan pernah berbuat zalim pada orang lain. Ini adalah kunci sukses, karena setiap kali kita berbuat zalim, maka kezaliman itu akan kembali pada diri kita.

Inilah tujuh hikmah yang bisa kita ambil dari manajemen shalat khusyuk. Bila kita mampu mengaplikasikannya, insya Allah kesuksesan dunia dan akhirat ada dalam genggaman kita

Hikmah shalat 2:
Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah. Selepas menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan memberikan tausiyah. Tiba-tiba, masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat.

Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada pria itu, "Sahabatku, engkau tadi belum shalat!"

Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalat dengan sangat cepat. Rasulullah SAW tersenyum melihat "gaya" shalat seperti itu.

Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah SAW. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, "Sahabatku, tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat."

Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang hati ia menuruti perintah Rasulullah SAW. Tentunya dengan gaya shalat yang sama.

Namun seperti "biasanya", Rasulullah SAW menyuruh orang itu mengulangi shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku!"

"Sahabatku," kata Rasulullah SAW dengan tersenyum, "Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Alquran yang engkau pandang paling mudah. Lalu, rukuklah dengan tenang (thuma'ninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak. Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."

Kisah dari Mahmud bin Rabi' Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekadar "benar" gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah, tenang, dan khusyuk.

Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat dan terburu-buru. Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna, dan jalinan komunikasi dengan Allah menjadi kurang optimal. Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Rasulullah SAW mengganggap "tidak shalat" orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).

Hikmah gerakan shalat

Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk juga aspek "olah rohani" yang dapat melahirkan ketenangan jiwa, atau "jalinan komunikasi" antara hamba dengan Tuhannya, secara fisik shalat pun mengandung banyak keajaiban.

Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW sarat akan hikmah dan bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan dengan benar, tumaninah serta istikamah (konsisten dilakukan).

Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat, Madyo Wratsongko MBA. mengungkapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat syaraf dan mengaktifkan sistem keringat dan sistem pemanas tubuh. Selain itu juga membuka pintu oksigen ke otak, mengeluarkan muatan listrik negatif dari tubuh, membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).

Kita dapat menganalisis kebenaran sabda Rasulullah SAW dalam kisah di awal. "Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah."

Saat takbir Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ke atas hingga sejajar dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar). Takbir ini dilakukan ketika hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk.

Beliau pun mengangkat kedua tangannya ketika sujud. Apa maknanya? Pada saat kita mengangkat tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.

"Rukuklah dengan tenang (tumaninah)." Ketika rukuk, Rasulullah SAW meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (HR Bukhari dari Sa'ad bin Abi Waqqash). Apa maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai syaraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk pun dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di pungggung, pinggang, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran syaraf memori dapat terjaga kelenturannya dengan rukuk. Kelenturan syaraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata mengharap ke tempat sujud.

"Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak." Apa maknanya? Saat berdiri dari dengan mengangkat tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga syaraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan secara tiba-tiba.

"Selepas itu, sujudlah dengan tenang." Apa maknanya? Bila dilakukan dengan benar dan lama, sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk pula ke mata, telinga, leher, dan pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darah di jantung, sehingga resiko terkena jantung koroner dapat diminimalisasi.

"Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang." Apa maknanya? Cara duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektrik serta syaraf keseimbangan tubuh kita. Selain dapat menjaga kelenturan syaraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki. Subhanallah!

Adapun hikmah dari salat adalah, mengenal dan memahami apa sebenarnya rahasia dan faedah dari ibadah salat itu, terutama untuk jiwa dan akhlak kita-kita yang mendirikan salat.

Surat Thaahaa ayat 14 (XVI:20:14)
Sesungguhnya AKU ini adalah Allah, tidak ada Tuhan melainkan AKU, maka sembahlah AKU dan dirikanlah salat untuk mengingat_KU.

Surat Al Baqarah ayat 269 (III:2:269)
Alah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki_NYA. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, maka sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal.

Al ustadzul imam Syeikh Muhammad Abduh
Adapun hikmah maka di dalam segala sesuatu ialah mengenal rahasianya dan faedahnya, dan yang dimaksud ialah mengenal hokum-hukum agama, syariat dan maksud-maksudnya.
Dan adapun hikmah ialah pengetahuan menyangkut rahasia-rahasia hokum dan manfaat-manfaatnya yang mendorong untuk beramal.

Al ‘Allamah Muhammad Jamaluddin Al Qasimily
Kebanyakan ahli tafsir menyatakan bahwa Al Himah ialah rapi (teliti) ilmu dan amalnya, atau dengan perkataan lain mengetahui yang benar dan mengamalkannya.

Berhasil atau tidaknya kita memperoleh hikmah daripada salat adalah sebenarnya ditentukan oleh dua bentuk katagori, yaitu “mendirikan salat” atau “mengerjakan salat”. Selain itu; juga dapat dilihat dari segi akhlak, sikap dan perilakunya.

Adapun hikmah daripada salat ialah; mencegah dari yang keji dan mungkar, membina jiwa dan membersihkan ruh, mendidik kita senantiasa disiplin dan mematuhi aturan, membina persatuan dan persamaan antara sesama kita, menanamkan ketenangan dan ketentraman didalam jiwa, melatih konsentrasi pikiran, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan.

Mari kita bersama untuk mencoba memahami perihal hikmah salat yang dimaksud.

[Surat Al ‘Ankabuut ayat 45 (XXI:29:45)[/b]
Bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari kitab dan dirikanlah salat, sesungguhnya salat mencegah dari yang keji dan yang mungkar, dan sungguh Allah mengingat lebih besar. Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.

Muhammad Al Ghazali menegaskan
Menjauhkan diri dari sifat-sifat yang kotor, membersihkan diri dari perkataan dan perbuatan yang buruk itulah hakekat salat.

H.R. Albazzaar,
Sesungguhnya AKU menerima salat dari orang yang merendahkan diri karena kebesaran_KU dan tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mahluk_KU dan tidak terus menerus berbuat maksiat kepada_KU. Dan ia menghabiskan hari siangnya dalam ingatan kepada_KU, dan ia sayang kepada orang yang miskin, ibnu sabil dan janda dan saying kepada orang yang ditimpa musibah.

Mari kita bersama mencoba memahami perihal hadis ini.

Maksud daripada faedah bila kita merendahkan diri dihadapan kebesaran_NYA adalah; Bila kita telah salat, semestinya tingkah laku dan karakter kita berubah menjadi rendah hati, lemah lembut, sopan santun dan budi pekerti baik. Sebab alasan adalah sadar dan insyaf bahwa yang besar hanyalah DIA semata.

Adapun maksud daripada tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mahlukNYA adalah; Bila kita telah salat, kita tidak boleh bertindak sesuka hati atau seenaknya saja yaitu bukan saja terbatas hanya pada manusia saja, akan tetapi juga pada mahluk-mahluk lainnya. Sebab itu; kita harus mampu bersikap, berkata dan berbuat baik terhadap siapa saja, tanpa pandang bulu.

Sedangkan maksud daripada tidak terus menerus berbuat maksiat adalah; Bila kita telah salat, senantiasa bertaubat kepada Allah dan mohon ampun apabila terlanjur melakukan suatu kesalahan dengan berjanji tidak akan mengulanginya kembali.

Mengenai perihal menghabiskan hari siangnya dalam ingatan kepada_NYA adalah; tidaklah semata hanya pada yang diucapkan dalam bentuk zikir, akan tetapi kita harus mampu mencapai kesadaran didalam hati, bahwasanya DIA senantiasa beserta kita. Sehingga kita senantiasa akan berbuat sesuai ridho Allah.

Kemudian untuk perihal Sayang kepada yang miskin adalah; bukan sekedar rasa kasihan saja, tetapi haruslah disertakan dengan tindakan dan perbuatan yang baik. Semisal memberi bantuan pada si miskin baik secara moril maupun materil, bahkan juga dalam bentuk pikiran yang dapat membantu si miskin lepas dari penderitaan atau tekanan.

Demikian halnya terhadap Ibnu sabil (orang yang kehabisan uang dalam perjalanan),kita harus memberi bantuan seperti halnya pada si miskin.

Selanjutnya saying kepada janda terlepas apakah janda muda atau tua adalah; kita harus memberi bantuan secara moril, materil dan phsykholog. Sebab alasan phsykholog diperlukan, adalah mengingat pada umumnya masyarakat selalu menilai negative, terutama bila itu janda muda.

Yang terakhir adalah sayang kepada yang ditimpa musibah adalah kita harus meberi bantuan secara moril, materil dan phsykholog dalam artian untuk meringankan penderitaan daripada si penderita semisal dengan menyabarkan atau menetapkan hati dan keimanan si penderita.

H.R. Ahmadi; “Maukah kamu aku kabarkan, siapakah yang paling kucintai dan yang paling dekat dengan aku di hari kiamat nanti?” Rasulullah mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali. Para sahabat menjawab, “Tentu ia, ya Rasulullah”. Rasulullah lantas menegaskan, “Orang yang paling baik diantara kamu akhlaknya”.

Kita semua tahu bahwasanya diri kita ini terdiri daripada dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Bilasaja kita mampu mendirikan salat sebagaimana mestinya, menunjuk bahwasanya kita senantisa berhubungan dengan Tuhan. Karenanya; ruh kita akan tetap bersih dan suci, sehingga kita selalu dituntun oleh_NYA senantiasa untuk berbuat kebaikan, kebenaran dan keadilan. Sebab alasan inilah; maka salat dapat membina jiwa dan membersihkan ruh.

Adalah sebenarnya salat merupakan suatu kewajiban bagi kita semua dengan waktu yang telah ditentukan. Kapan waktu salat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya, adalah sudah ditentukan oleh Rasulullah saw.

H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Salatlah kamu sebagaimana kamu lihat Aku salat”.

Sebab itu; dengan senantiasa mendirikan salat, kita dilatih untuk disiplin dan patuh terhadap aturan-aturan salat yang telah ditetapkan, mulai dari yang bersifat gerak badan, sampai pada bacaan, dzikir, doa, demikian juga gerak akal dan gerak jiwa, semuanya haruslah menurut sunnah Rasulullah saw dan tidak boleh ditambah-tambah, dirubah ataupun dikurangi.

Hanya saja yang acapkali kita jumpai, tidaklah seperti maksud uraian diatas, bahkan menciptakan cara salat yang tidak berdasar, walaupun maksud/tujuannya dapat kita mengerti. Namun demikian; benar atau tidak salat hasil ciptaan ini, tentulah kita harus kembali pada syarat dan rukun salat serta ketentuan salat sebagaimana mestinya.

H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mengada-ada dalam agama kami ini sesuatu yang bukan daripadanya, maka yang diada-adakan itu ditolak”.

Walhasil; dengan mendirikan salat sebagaimana mestinya, kita dididik untuk disiplin dan mematuhi aturan.

Pada umumnya kita acapkali alpa dalam mendirikan salat secara berjamaah, yangmana sebenarnya dalam jamaah inilah terdapat hikmah yang sangat dalam. Yaitu kita diwajibkan untuk disiplin dan patuh pada imam dalam salat jamaah. Dan selain itu; masing-masing kita wajib untuk meluruskan shaf, yangmana mau tidak mau dan secara sadar, kita sama-sama saling mengatur shaf.

H.R Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Luruskan shafmu, karena meluruskan shaf itu menentukan kesempurnaan salat”.

Dalam urusan pengaturan shaf inilah, kita juga dituntun untuk saling disiplin tanpa lagi melihat apa dan siapa kita-kita ini, dalam artian berpangkat atau hanya rakyat biasa. Bahkan; sebelum kita mendirikan salat jamaah, umumnya kita-kita yang lebih awal datang (semisal di masjid), secara sadar dapat menempati shaf pertama bilamana belum ada yang menempati. Demikian untuk seterusnya, tidak lagi melihat apa dan siapa kita-kita ini.

H.R Albazzaar Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik kamu ialah orang yang paling lunak bahunya dalam salat dan tidak ada satu langkahpun yang lebih besar pahalanya dari langkah seseorang yang dilakukannya untuk mengisi tempat yang kosong dalam shaf dan menutupi/menempatinya”.

Jelaslah sudah; dengan mendirikan salat dapat membina persatuan dan persamaan antar kita, tanpa lagi terjadi bentuk dan sifat membeda-bedakan.

Adalah sebenarnya; bila kita senantiasa mendirikan salat sebagaimana mestinya, tentunya kita senantiasa ingat pada Allah SWT. Dalam keadaan inilah, berarti kita juga senantiasa tenang dan tenteram setiap menghadapi segala keadaan dan peristiwa. Kita tidak akan angkuh dan sombong selama dalam keadaan senang, atau kita tidak akan kecewa, berduka cita dan berputus asa, karena kita senantiasa sadar bahwasanya segala sesuatu adalah kehendak dan ketentuan_NYA.

Untuk itu; salat dapat menanamkan ketenangan dan ketentraman didalam jiwa kita Rasulullah bersabda, “Supaya kamu tidak berputus asa karena ada yang luput daripadamu dan supaya jangan terlalu gembira dengan apa yang datang kepadamu dan Allah tidak suka kepada orang yang angkuh lagi sombong”.

Sebagaimana telah dikemukan sebelum ini, bahwasanya mendirikan salat sebagaimana mestinya adalah kita harus mampu melakukan perpaduan antara gerak jiwa dan hati dengan gerak lahir (badan), sesuai dengan aturan semestinya salat. Hal yang demikian; akan membiasakan kita terlatih berkonsentrasi serta memusatkan pikiran, perhatian, perasaan dan kemauan. Dimana; selanjutnya kita akan senantiasa dapat menimbang dengan seksama, memperhatikan dengan teliti dan mengkaji masalah dengan sebaik-baiknya. Juga kita secara sadar mampu mengambil keputusan yang tepat dan benar serta bertindak rapih dan teliti, tanpa lagi me_reka2.

Karenanya; dengan kita salat sebagaimana mestinya, dapat melatih konsentrasi kita serta menumbuhkan jiwa kepemimpinan kita

H.R Muslim Rasulullah bersabda, “Hendaklah mengimami kaum itu orang yang paling ahli membaca kitab Allah. Jika mereka sama dalam soal bacaan, hendaklah orang yang paling mengetahui sunnah Rasul. Maka jika mereka sama pengetahuannya tentang sunnah Rasul, maka hendaklah orang yang dahulu hijrah. Dan jika sama dalam soal hijrah, maka hendaklah orang yang lebih tua usianya. Dan janganlah seseorang mengimami orang lain dalam kekuasaannya dan janganlah ia duduk dirumah orang di atas tikarnya melainkan dengan izinnya”.

Yang dimaksud orang yang ahli membaca Al Quran disini adalah tidaklah semata ahli membaca dalam artian faseh, tetapi juga ahli dalam mengartikannya serta pengertiannya. Adalah sebenarnya kita harus mampu dengan seksama apakah imam kita seperti demikian?

Adapun syarat sah salat ialah, Mengetahui telah masuk waktu salat, Bersih dari hadats, Suci badan, pakaian dan tempat dari najis, Menutup aurat, serta Menghadap kiblat. Syarat disini adalah sesuatu yang wajib dilakukan sebelum kita salat, akan tetapi tidak merupakan bagian dari salat.

Surat An Nisaa’ ayat 103 (V:4:103)
Maka apabila kamu telah menunaikan salat, ingatlah Allah dalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk dan dalam keadaan berbaring. Dan apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang mukmin.

Surat Al Ahzaab ayat 21 (XXI:33:21)
Sungguh pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu, bagi orang yang mengharap Allah dan hari kemudian dan banyak mengingat Allah.

Surat Al Baqarah ayat 63 (I:2:63)
Dan ketika KAMI mengambil perjanjian kamu dan KAMI mengangkat gunung diatasmu, “pegang teguhlah apa yang KAMI berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya supaya kamu takwa.

Surat At Taubah ayat 60 (X:9:60)
Sedekah-sdekah itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, orang-orang yang mengurusnya, orang-orang yang dibujuk hatinya, untu budak, untuk orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang dalam perjalanan; merupakan suatu ketentuan dari Allah. Allah Maha mengetahui lagi Maha bijaksana.

Surat Al Baqarah ayat 273 (III:2:273)
Bagi orang-orang fakir yang terikat pada jalan Allah, mereka tidak dapat berusaha di bumi. Orang yang tidak tahu, mengira mereka orang kayak arena memelihara diri dari minta-minta.

Surat Al Israa’ ayat 14 (XV:17:14)
“Bacalah kitabmu. Cukuplah engkau sendiri pada hari ini menghitungmu.”

Syair Ibnu Arabi; Aku adalah misteri Tuhanku dan simbolnya. Aku adalah jasad yang menyimpan mutiara. Aku adalah rembulan yang memantulkan sinar matahari. Aku adalah bayangan yang disoroti selalu oleh cahaya.

Berguru kepada yang tahu, bertanya kepada ahlinya, berjalan sampai ke batas, berlayar sampai ke pulau dan mengaji sampai khatam.