"klik disini" pada status bar

|

Contoh pertama mendemontrasikan bagaimana memanipulasi tulisan pada status bar. Ketika anda mengerakan kursor melalui suatu link, maka statusbar akan menampilkan URL tujuan link tersebut.

Suatu kode HTML untuk suatu membentuk link dapat berupa :

<A HREF="mylink.htm">klik disini</A>

Untuk menampilkan sesuatu pada status bar ketika mouse pointer digerakan melalui link, anda perlu menambah kode berikut :

<A HREF="mylink.htm" onMouseOver="window.status='Klik disini untuk mengetahui lebih jauh tentang saya'; return true;" onMouseOut="window.status=''; ">Klik disini</A>

Kode diatas akan menghasilkan suatu link klik disini. Coba gerakan mouse pointer melaluinya, mudah bukan ?

so bagaimana kalo kita pengen klik disini-nya membuka halaman baru, bukannya malah menutup...Caranya mudah saja, cukup mengedit url address yang telah kamu taruh pada blog kamu dengan menambahkan target="_blank" setelah alamat URLnya.

Komposisinya begini:

<a href="http://namablog.blogspot.com/"target="_blank">Nama Pemiliknya</a>

Maka ia akan memerintahkan browser untuk membuka tab baru jika link tersebut di klik dan blog anda tetap tampil.


Kalau kita ingin menampilkan suatu pesan kepada pengunjung, jika suatu tombol atau link di klik. Pada JavaScript kita dapat menggunakan fungsi alert() yang mana akan menampilkan suatu kotak pesan. Misalnya kita ingin memberi kejutan kepada pengunjung, begitu halaman dibuka. Untuk melakukan hal ini, tambahkan saja kode berikut setelah tag <BODY> (atau diantara tag <HEAD>).

<SCRIPT LANGUAGE="JavaScript">
<!-- menyembunyikan dari browser non-js
alert("Press Ok to start formatting your hard disk");
// akhir dari penyembunyian -->
</SCRIPT>


Hal ini tentu saja akan menjadi kejutan bagi pengunjung halaman anda :-). Bagaimana jika kita ingin menampilkan suatu kotak pesan ketika user melakukan klik pada suatu link Anda dapat mencoba klik disini. Untuk memahami apa sebenarnya yang terjadi, coba simak script berikut :

<A HREF="JavaScript: alert('pesan anda disini.')">

JavaScript: bagian ini akan memberitahukan kepada browser bahwa dia harus menjalankan perintah JavaScript yang tersebut ketika link di klik.


<FORM>
<INPUT TYPE=BUTTON VALUE="Klik disini"
onClick="alert('pesan anda disini')">
</FORM>


Catatan

Anda mungkin memperhatikan bahwa, cara penulisan script pada setiap contoh diatas berbeda. Yang pertama adalah script ditulis diantara tag HTML <A HREF=...>, yang kedua adalah diantara suatu tang <SCRIPT> ... </SCRIPT>. Perbedaan ini adalah bahwa, script pertama akan dijalankan pada event tertentu (MouseOver dalam hal ini), sedangkan untuk yang kedua, script langsung dijalankan ketika ditemukan pada dokumen HTML.

Read More..

Cara install MT-4 di Ubuntu

|

Setelah sehari semalam begadangan, menghabiskan 2 bungkus marlboro dan 4 cangkir capuccino panas. Akhirnya...,Millennium Trader 4 Client Terminal (MT 4), berhasil terinstall di ubuntu 6.06 LTS codename Dapper Drake. (versi distro ubuntu kesayangan :p ).
Nah..sekarang cara install nya :
atau yang dah pengen nyoba instal, kirim mail aja deh ke gatsgais@yahoo.com atau info_mpf@yahoo.com atau pm di id itu .., ok ?

Selamat bergabung di OpenSource ....


untuk lengkapnya Cara Instal MT-4 Di Ubuntu


Read More..

Full Source Code "Recent Post" For Blogger Beta

|

Posting terbaru atau biasa disebut Recent Post merupakan informasi singkat dari judul posting terbaru yang ditampilkan secara berurutan agar memudahkan pengunjung melihat urutan posting yang telah kita buat. Untuk membuat recent post kita bisa menggunakan source code dibawah. Mengenai cara penggunaan code telah saya jelaskan pada posting Full source code "Recent Comments" for blogger" jadi tidak ada perbedaan dalam cara menggunakannya caranya hampir sama, yang membedakan hanyalah cource code nya.
Source code ini masih terdiri dari 2 bagian, pada code bagian pertama pertama kode ini dapat dimasukan dimana aja selama kita mempunyai tempat penyimpanan pada directory web. jika gak punya directory penyimpanan pada web site kita dapat menggunakan layanan gratis misalnya http://www.geocities.com atau http://www.tripod.com Sebelum melakukan proses upload ada baiknya buka notepad terlebih dahulu atau tools text editor apa saja, kemudian copy-paste kode dibawah ini simpan dengan nama (mis: recentcomments.txt). Jika nama file sudah tercipta lakukan upload seperti biasa, pasti udah tau caranya khan :). Jika menggunakan layanan http://www.geocities.com kita tinggal login kemudina menuju File Manajer - ketikan nama file-nya kemudian klik tombol new, hapus semua tulisan kemudian copy paste pada halaman tersebut dan terakhir jangan lupa disimpan :)
untuk selengkapnya
Recent Post,Klik disini

Read More..

Mengamankan Komputer dari Virus Tanpa AntiVirus

|


Sering kali Kita kebingungan manakala komputer kita tiba-tiba terjangkit virus di mana pada saat itu kita bener-bener membutuhkan komputer tersebut untuk keperluan yang sangat penting, Mungkin bias saja sih kita pakai antivirus yang terupdate walaupun itu bukan jaminan 100% aman namun setudaknya hal tersebut adalah yang paling ampuh jika menggunakan antivirus.

Sekarang bagaimana kalo kita Tak terkoneksi dengan Internet?itu salah satu kendala untuk update ya ,,mungkin kita bias ke warnet tapi itupun kalo kita punya waktu banyak dan mungkin tak semua Antivirus menyediakan Versi update yang bias di download, Gak sebarkan pengin tahu versi yang tanpa Antivirus tapi Lumayan Handal dan Ampuh, Ok tanpa menunggu lama lagi kita tampilakan….Software yang bernama Deepfreze.
Deepfreze Bagi sebagian kalangan IT terutama Untuk warnet mungkin sudah lama di kenal dan sangat efektif untuk di gunakan karena sedikit memakan resource computer, walaupun begitu kita harus tetap hati-hati lho..karena software ini juga kadang bias menimbulkan hal-hal yang aneh pada computer.
Ok sebelumnya bila belum punya Softwarenya bias download di http://www.faronics.com/html/choose.asp , silahkan anda download versi evaluationnya di situs resminya tersebut.
Berikut ini tips untuk Pake software deepfreeze berdasar pengalaman saya:
1. Install software pada drive yang tidak di pergunakan untuk menyimpan data karena cara kerja deepfreeze adalah mengembalikan systems seperti sediakala ketika computer habis di restart atau di mati’in.
2. Ingat-ingat password yang anda masukkan ketika pertama kali anda konfigurasi deepfreeze karena kalo anda lupa bias menambah pekerjaan anda.
3. Drive D-nya jangan sampe ke deepfreze, ntik malah gk bisa nyimpan dokument, jadi kalo bisa ada drive c,d dan lain-lain


Read More..

Best Free Antivirus

|

Dengan kriteria - gratis tapi punya fitur selayaknya yang berbayar
- lolos 100% tes di 2 institusi yaitu ICSA Labs Anti-Virus Product Certification dan Virus Bulletin Labs.

Avira AntiVir PersonalEdition Classic

Waktu scan keseluruhan : 45 menit; Total file yang terkena scan : 188.629

Avira Antivir ini memang meyakinkan. Waktu scan yang singkat serta total file yang terkena scan lumayan banyak juga. Kemampuannya bisa mendeteksi worm, trojan dan rootkit cukup mengesankan. Apalagi saat saya coba diinstall di komputer server Windows 2003 Server ternyata juga bisa jalan dengan baik. Saat scan tidak menggunakan resource komputer terlalu besar sehingga komputer bisa digunakan untuk hal lain/bekerja sambil scan.

Yang cukup menggelisahkan adalah adanya batasan lisensi program hanya 30 hari. Tapi tidak perlu kuatir, anda bisa download lisence key -nya dan tinggal dimasukkan ke folder instalasinya dan lakukan update melalui internet maka lisensi akan baru lagi (ini menurut forum di website mereka yang saya baca). Kekurangan lainnya adalah untuk update database virus harus selalu online untuk semua komputer. Tidak ada fasilitas update database melalui folder. Selain itu kemampuan scan email juga tidak diberikan pada versi gratisan ini, hanya untuk versi komersial saja.

AOL Active Virus Shield

Waktu scan keseluruhan : 1 jam 30 menit; Total file yang terkena scan : 229.258

AOL ? Ya, AOL membuat antivirus gratisan bekerjasama dengan Kaspersky Lab, pembuat Kaspersky Antivirus yang hanya menyediakan versi komersial saja. Saat menggunakan Active Virus Shield langsung saja saya menghadapi hambatan berupa sistem aktivasi. Sistem aktivasinya harus melalui registrasi online dan kode akan dikirimkan melalui email. Satu komputer satu kode dan saat kita masukkan kode inipun kita wajib online. Belum lagi sistem update database juga harus online tidak bisa melalui folder. Kelemahan lainnya adalah adanya AOL search toolbar yang akan muncul di browser kita kalau kita memilih default. Waktu scan juga lumayan lama meskipun jumlah file yang kena scan juga lumayan banyak juga.

OK, bagaimana keunggulannya ? Tampilannya menarik dan mudah dimengerti. Sederhana dan mudah digunakan. Selain itu memiliki kemampuan scan atas virus, spyware dan malware. Tidak menggunakan resource yang besar pada komputer sehingga bisa digunakan bekerja sambil scan. Juga memiliki kemampuan proteksi email masuk dan keluar.

AVG AntiVirus Free

Waktu scan keseluruhan : 1 jam 44 menit; Total file yang terkena scan : 148.629

Terus terang antivirus ini sudah saya pakai sejak tahun 2000 sampai sekarang. Tetapi untuk pengetesan ini saya mengesampingkan antivirus kegemaran saya ini dan melakukan pengetesan sama dengan lainnya. Hasilnya memang waktu yang digunakan lebih lama daripada 2 pesaingnya diatas serta total file yang terkena scan juga lebih sedikit. Hal ini kemungkinan dikarenakan sistem perhitungan file yang kemungkinan berbeda antar antivirus. Saya menggunakan versi 7.5 yang menurut saya mengalami perubahan mendasar pada sistem navigasi menu yang lebih mudah. Kemudahan lain adalah sistem update database yang bisa melalui 2 cara yaitu online dan folder. Jadi misalnya kita memiliki lebih dari 1 komputer, maka yang perlu update secara online hanya 1 dan lainnya tinggal update melalui folder saja dengan meng-copy file update ke masing-masing komputer. Memiliki fasilitas proteksi email yang keluar dan masuk, bahkan jika anda menggunakan Outlook atau Courier Email Client, maka akan ada informasi dibawah email anda bahwa email anda bebas virus.

OK, sekarang kelemahannya. Dari versi 7.5 versi gratisan ini memang tidak mendukung deteksi spyware, malware dan rootkit karena deteksi tersebut disediakan dalam program terpisah, tetapi yang gratis hanya spyware dan malware dengan banyak batasannya. Juga tidak bisa di-install di komputer server. Kelemahan lain yang masih ada sejak versi pertama mereka sampai sekarang adalah proses scan yang memerlukan resource komputer lumayan besar sehingga saat scan kita akan mengalami komputer kita seakan masih 486 saja karena lambatnya :neutral:

Selain 3 antivirus diatas ada lagi seperti Avast Home Edition. Tetapi saya tidak memiliki waktu cukup untuk mencoba antivirus ini karena tidak sempat lagi. Oleh karena itu saya hanya memberikan ulasan menurut deskripsi dari website mereka dan beberapa teman yang telah memakai antivirus ini. Secara umum kemampuan Avast tidak mengecewakan hanya karena menggunakan tampilan seperti model winamp dan skinable maka bayangan saya adalah akan menghabiskan resource komputer saat antivirus ini digunakan dan hal ini juga diakui oleh beberapa teman saya yang memakainya. Kemampuan deteksi antivirus ini bisa mendeteksi malware, seperti adware, spyware dan dialer melalui Web Shield. Kelemahannya, update database harus online dan tidak bisa untuk komputer server.

Dari hasil pengetesan diatas, sengaja saya tidak memberikan rating karena pemilihan antivirus tergantung dari kebutuhannya dan support atas hardware dan OS-nya. Seperti saya saat ini misalnya, telah memilih AVG Antivirus Free untuk semua komputer workstation kampus dan Avira Antivir untuk komputer server kampus. Sedangkan komputer di rumah (kenetulan ada 2 komputer) menggunakan AVG Antivirus Free dan satunya mencoba kehandalan Active Virus Shield dari AOL untuk beberapa hari kedepan.

Dari hasil diatas saya harapkan anda bisa memilih mana yang terbaik bagi anda. Pesan saya, jangan gunakan produk antivirus bajakan karena banyak kasus pada teman-teman saya yang menggunakan antivirus versi komersial yang bajakan malah banyak terdapat malware, worm dan sejenisnya di komputernya saat saya coba hard drivenya di scan dengan AVG dan Avira Antivir. Kemungkinan hal ini memang disengaja oleh pembajaknya atau malah produsen antivirusnya memasang pengaman saat anda update database yang terhubung ke server mereka, malah anda download banyak malware, worm dan sejenisnya.





Read More..

Surat-Surat Presiden Soekarno

|

surat-surat Presiden Soekarno,
yang ditulis dan dikirim kepada istrinya, Ratna Sari Dewi,
selama hari-hari pertama bulan Oktober 1965.
Surat-surat ini berhasil diselundupkan ke luar negeri,
dan diumumkan oleh Dewi di negeri Belanda bulan Oktober 1973.
Bahan ini dikutip dari
“Berita Pertimbangan” Tahun IV/18 Medio Oktober 1974

“De Nieuwe Linie”, 28 November 1973:

“Surat [di bawah] ini sesungguhnya adalah surat pertama yang dikirimkan oleh Sukarno kepada nyonya Dewi, mungkin pada malam atau sore hari tgl 1 Oktober 1965, yaitu hari terjadinya perebutan kekuasaan yang gagal itu, dan setibanya di istana Bogor atau ketika masih berada di lapangan udara militer Halim Perdanakusuma Jakarta”.

- Saya sedang berada “di tempat” dalam keadaan sehat. Saya berada di sini adalah akibat peristiwa-peristiwa di dalam angkatan perang tadi malam. Anak-anak yang melakukan apa yang dinamakan “pemberontakan” mau melindungi saya, mereka tidak menentang saya. Janganlah kau merisaukan saya.
- Fikiran saya, sekalipun dalam hari-hari yang kacau ini tetap padamu dan menyertaimu.
- Saya mengharap Tuhan melindungi isteriku Dewi. Saya merasa lebih dekat kepadamu dalam waktu-waktu yang kacau balau ini.
Sayang dan ciuman, selamanya

Sukarno


“NRC-Handelsblad”, 22 September 1973:
Presiden Sukarno melihat perebutan kekuasaan 30 September 1965 sebagai pertentangan di antara golongan kanan serta kiri di kalangan militer, di mana PKI tidak ambil bagian. Hal ini terungkap dari delapan pucuk surat-surat Sukarno yang dikirim dari Bogor melalui kurir tertanggal 2 sampai 10 Oktober 1965 kepada isterinya yang ketiga, seorang wanita Jepang Ratna Sari Dewi yang selama itu berada di vilanya, Wisma Yaso di luar kota Jakarta. Sukarno menyuratinya pada tanggal 2 dan 3 Oktober dan menyatakan, bahwa ia sedang menyelesaikan “pertentangan di kalangan militer”, dan untuk itu mengangkat jenderal Pranoto sebagai penjabat sementara panglima AD, oleh karena “dia adalah satu-satunya orang di MBAD yang bisa bergaul dengan golongan kiri dan kanan”. Surat-surat Sukarno dalam periode ini tidak menyebut-nyebut PKI. Mengenai nasib enam jenderal yang dibunuh waktu itu - mayatnya baru ditemukan pada tanggal 3 Oktober malam itu - ternyata sampai tanggal 3 Sukarno masih belum mengetahuinya. Dua hari kemudian, Sukarno masih belum jelas apakah para jenderal yang terbunuh itu merencanakan perebutan kekuasaan terhadapnya atau tidak. Ditulisnya “berita-berita yang ada saling bertentangan.”
Surat-surat Sukarno melukiskan keadaan waktu itu sangat bertentangan dengan penjelasan rezim Suharto yang berbunyi, bahwa Sukarno bersama-sama PKI merencanakan penangkapan serta pembunuhan terhadap enam jenderal pada tanggal 30 September itu. Dengan penjelasan demikian ini akan bisa dihalalkan penyingkiran terhadap Sukarno serta penyembelihan ratusan ribu kaum komunis dan golongan kiri lainnya.
Dari surat-surat yang diselamatkan oleh nyonya Dewi Sukarno itu ternyata, bahwa Sukarno menilai keenam jenderal itu sebagai “komunisto-phobi”, serta diliputi oleh demam anti-komunis yang berlebih-lebihan. Tetapi sedikit pun tak ada pertanda yang menunjukkan, bahwa dia mengetahui tindakan kolonel Untung dari pengawal istana “Cakrabirawa” terhadap para jenderal kanan yang menurut berita-berita mempersiapkan perebutan kekuasaan dengan dukungan CIA pada tanggal 5 Oktober.

***

2-10-’65

Dewiku tercinta,
Saya dalam keadaan baik dan sangat sibuk dengan konferensi bersama semua panglima militer untuk menyelesaikan konflik di kalangan militer. Jangan khawatir, sayang!
Sayang dan 1000 ciuman

Sukarno

3-10-’65

Saya telah menerima dua pucuk suratmu. Saya gembira mengetahui, bahwa engkau juga mendengarkan pidatoku dan menilainya sebagai pidato yang baik.
Anggota MBAD Pranoto agak lemah, tetapi dia adalah satu-satunya orang yang dapat bergaul dengan golongan kiri dan kanan. Saya untuk sementara menugaskan dia menjadi penjabat pimpinan sehari-hari Angkatan Darat. Komando tertinggi berada di tangan saya sendiri dan bila keadaan menjadi tenang kembali, maka saya akan mengangkat panglima yang tetap. Saya belum mengetahui di mana Yani berada, atau apa yang sesungguhnya terjadi terhadap dirinya.
Begitu keadaan aman, saya akan kembali ke Jakarta.
Berita-berita hari ini menunjukkan “belum”.
Saya selalu ingat padamu. Kau mengetahui betapa saya cinta padamu.

4-10-’65

Saya telah menerima suratmu. Terimakasih. Saya tahu bahwa tidak mungkin kau membuka rahasia-rahasia kepada para wartawan. Kepada Subandrio dan Leimena saya telah menyatakan, bahwa engkau tidak pernah lagi berbicara dengan wartawan. Kekasih, saya bangga akan kau, terimakasih banyak!
Saya sedang bekerja keras. Dewasa ini saya sedang mengadakan rapat dengan para panglima dan wakil-wakilnya dari seluruh angkatan. Doakan pada Tuhan semoga saya berhasil.

5-10-’65

Terimakasih untuk suratmu. Hari ini telah dimakamkan ke-enam jenderal dan seorang ajudan dari salah seorang jenderal. Bagian keamanan, maupun Subandrio dan Leimena tidak mengijinkan saya menghadirinya. Alasannya adalah keamanan. Mereka mengatakan siapa pun tidak dapat menduga apa yang akan terjadi dalam upacara yang mengharukan itu. Selesai upacara saya memanggil enam jenderal: jenderal Pranoto, jenderal Mursid, jenderal Sutadio, jenderal Ashari, jenderal Dirgo dan jenderal Adjie dari Bandung. Mereka ini adalah termasuk yang berpengaruh di kalangan angkatan darat. Mengenai jenderal-jenderal yang terbunuh, baiklah kita tunggu hasil dari penyelidikan rahasia kita, apakah benar mereka itu mau melakukan kudeta terhadap saya? Keterangan-keterangan yang ada saling bertentangan. Memang benar bahwa mereka semuanya adalah “komunistophobi”. Begitu keadaan memungkinkan saya akan datang ke Jakarta. Sekarang saya sudah sangat rindu terhadapmu, saya cinta padamu.

6-10-’65

Suratmu yang panjang telah saya terima ketika berlangsung sidang kabinet lengkap.
Saya senang, bahwa kau memperhatikan pendapat saya tentang hal-ihwal serta orang-orang. Ini menunjukkan bahwa kau adalah wanita yang sungguh-sungguh mencintai saya. Terimakasih kekasih.
Semua tindakan dan keputusanku adalah berdasarkan nasehat dari Leimena, Subandrio, Martadinata, Sutjipto, Umardhani, Pranoto dan banyak pembantu lainnya seperti Akhmadi. Aku sangat hati-hati. Hari ini aku telah meminta pendapat dari seluruh kabinet. Karena itu kau janganlah khawatir. Dalam hati saya selalu di sampingmu.

- Martadinata, panglima AL,
- Sutjipto, panglima kepolisian,
- Umardhani, panglima AU,
- Subandrio, wk perdana menteri pertama,
- Leimena, wk perdana menteri ketiga.


8-10-’65

Jangan salah mengerti. Saya tersenyum di sidang kabinet untuk menunjukkan pada dunia luar, bahwa tidak terjadi apa-apa dengan saya, gembira dan bahwa saya tetap menguasai keadaan (seperti kau tahu pers Nekolim memberitakan, bahwa saya telah kalah atau hampir kalah). Dan juga untuk membangkitkan kepercayaan dan kekuatan dari rakyat saya. Tahukah kau, bahwa jenderal-jenderal yang terbunuh telah saya nyatakan sebagai pahlawan revolusi dan saya naikkan pangkatnya setingkat. Tahukah kau bahwa saya telah memutuskan secara tertulis untuk memakamkan Erma Suryani (puteri Nasution) di Taman Pahlawan. Hanya keluarga Nasution sendiri yang memutuskan untuk memakamkannya di Kebayoran.
Mengapa kau begitu marah pada saya? Ini membuatku sedih dan putus asa. Kekasih tenanglah, Dewi manis tenanglah. Jangan membuat saya putus asa.
- pers Nekolim, istilah yang waktu itu dipakai untuk menyebut pers kaum neokolonialis serta imperialis.
- jenderal A.H. Nasution ketika itu menteri pertahanan.

9-10-’65

Pertama-tama saya mengabarkan, bahwa hari Minggu ini saya tidak dapat datang ke Jakarta, karena sore ini saya akan membicarakan sesuatu dengan staf Siliwangi di Bogor dan yang tidak dapat diadakan di Jakarta. Rapat dengan staf Siliwangi ini harus dilakukan dengan rahasia di Bogor. Dan kalau diselenggarakan di Jakarta akan segera “tercium” oleh sementara orang dari angkatan darat. Staf Siliwangi sangat mengkhawatirkan terhadap kemungkinan tersebut. Hanya kepadamu isteriku tercinta, yang kupercayai dapat kukatakan (secara sangat rahasia), bahwa staf Siliwangi dengan keras menentang rencana menempatkan panglima Siliwangi Adjie sebagai panglima Kostrad di Jakarta dan menggantikannya dengan Umar (dewasa ini panglima Jakarta). Staf Siliwangi tetap menahan Adjie sebagai panglima, karena Siliwangi adalah tumpuan saya yang terkuat.
Saya telah mempertimbangkan dengan baik semua nasehatmu, isteriku yang tercinta. Yang saya maksud adalah mengenai masalah Nasution, AURI dan ALRI dan sebagainya. Saya sekarang sangat berterimakasih untuk nasehat-nasehatmu. Mengenai Nasution, saya sekarang sampai kepada kesimpulan, bahwa dia dapat dipercaya. Hanya dia tak mempunyai pengalaman politik. Tapi walau bagaimanapun sejak sekarang saya akan menaruh kepercayaan kepadanya. Saya datang besok (Senin).

Sukarno
- Divisi Siliwangi berada di bawah komando Ibrahim Adjie, tumpuan Sukarno terpenting di dalam tentera. Kemudian sesudah Adjie diangkat sebagai duta besar di London, Siliwangi menjadi salah satu divisi yang paling aktif menumpas kaum komunis.

Read More..

Ramalan Jayabaya

|

“Ramalan Jayabaya”, atau “Jangka Jayabaya” orang Jawa menyebutnya, dikenal dan dipercaya oleh kalangan sangat luas masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Entah sejak kapan “ramalan” ini beredar di tengah masyarakat. Tapi yang pasti ia telah dan akan selalu berulang hadir pada setiap saat masyarakat di dalam kemelut. Entah kemelut karena sebab sosial-politik, entah pula karena adanya bencana atau musibah besar yang melanda. Orang boleh percaya tapi boleh juga tidak percaya, terpulang pada masing-masing dalam menyikapinya.
Penampilan naskah “Ramalan Jayabaya” di bawah ini tidak dengan maksud mengajak memasuki debat, percaya atau tidak percaya terhadapnya. Tapi semata-mata melihatnya, bahwa “Jangka Jayabaya” merupakan hasil karya sastra lisan berbentuk syair yang beredar luas dan melampaui berbagai jaman. Untuk disimpan sebelum ia punah oleh perjalanan waktu dan peristiwa.

Ada pepatah Jawa berbunyi “sadawa-dawane lurung isih luwih dawa gurung” - sepanjang-panjang jalan masih lebih panjang lagi kerongkongan. Itu suatu peringatan. Bahwasanya segala bentuk wacana yang disampaikan secara lisan, akan mengalami pengurangan dan penambahan terus-menerus. Mengalami pengausan. Timbul sangat banyak versi, oleh karenanya, sehingga pada suatu ketika versi-versi tua akan menjadi aus sama sekali, dan timbullah sekian banyak “makhluk-makhluk” baru.
Versi yang diturunkan di bawah ini, salah satu saja dari sekian banyak lainnya yang tak terbilang. Menilik isi dan bahasanya, termasuk salah satu versi yang mutakhir. Tidak ada di sini, misalnya, ungkapan yang mengatakan “ngalor ngulon abure si mliwis putih” (ke barat laut belibis putih terbang), konon ramalan tentang si kulit putih yang bakal terusir kembali ke negeri asal mereka di barat laut; atau ungkapan yang berbunyi “si cebol kate saumur jagung panguwasane” (si pendek katai yang berkuasa seumur jagung), konon ramalan tentang jangka waktu masa pendudukan Jepang.
Teks di bawah ini, jika ditilik dari sudut kebahasaan, bertebaran di sana-sini kata-kata yang bukan Jawa; seperti “nglanggar sumpah” (melanggar sumpah), bukannya “nerak sesanti”, “ngendahake hukum” (mengindahkan hukum), bukannya “nggatekake wewaler”, bahkan - di ujung teks ada kata yang terbaca “selot-selote” (pada akhirnya), yang sangat jelas berasal dari kata Belanda “ten slotte”.
Jayabaya salah seorang raja Kediri (1130-57), penerus Airlangga yang paling banyak dikenang, walaupun tentang masa pemerintahannya sendiri tidak banyak diketahui oleh sejarah. Ketika itulah Empu Sedhah dan Empu Panuluh diperintahnya menyadur Mahabharata Sanskerta ke dalam kakawin Jawa Kuno Bhratayuddha. Empu Panuluh juga menggubah kakawin Gatotkacasraya dan Hariwamsa, sebagai puja-puji persembahannya pada junjungannya Sang Mapanji Jayabhaya Sri Dharmeswara Madhusuddhama Wartamindita itu.
Jaman Kediri, khususnya semasa Kameswara (1115-30) dan Jayabaya (1130-57), memang merupakan jaman mas bagi perkembangan sastra Jawa Kuno. Karena itulah tradisi Jawa mengatakan, bahwa Raja Jayabaya telah meramalkan tentang masa keruntuhan kerajaannya sendiri, dan sekaligus tentang kebangkitan dan kejayaannya kembali di kelak kemudian hari. Ramalan tentang jatuh-bangunnya “Negeri Jawa” atau Nusantara.*

Serat Jayabaya
Syair Jayabaya
Jayabaya’s Words



Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran.
Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
One day there will be a cart without a horse.

Tanah Jawa kalungan wesi.
Tanah Jawa berkalung besi.
The island of Java will wear a necklace of iron.

Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.
Perahu berlayar di ruang angkasa.
There will be a boat flying in the sky.

Kali ilang kedhunge.
Sungai kehilangan lubuk.
The river will loose its current.

Pasar ilang kumandhang.
Pasar kehilangan suara.
There will be markets without crowds.

Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.
Itulah pertanda jaman Jayabaya telah mendekat.
These are the signs that the Jayabaya era is coming.

Bumi saya suwe saya mengkeret.
Bumi semakin lama semakin mengerut.
The earth will shrink.

Sekilan bumi dipajeki.
Sejengkal tanah dikenai pajak.
Every inch of land will be taxed.

Jaran doyan mangan sambel.
Kuda suka makan sambal.
Horses will devour chili sauce.

Wong wadon nganggo pakeyan lanang.
Orang perempuan berpakaian lelaki.
Women will dress in men’s clothes.

Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman.
Itu pertanda orang akan mengalami jaman berbolak-balik.
These are signs that the people is facing the era of turning upside down.

Akeh janji ora ditetepi.
Banyak janji tidak ditepati.
Many promises unkept.

Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe.
Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
Many break their oath.

Manungsa padha seneng nyalah.
Orang-orang saling lempar kesalahan.
People will tend to blame on each other.

Ora ngendahake hukum Allah.
Tak peduli akan hukum Allah.
They will ignore God’s law.

Barang jahat diangkat-angkat.
Yang jahat dijunjung-junjung.
Evil things will be lifted up.

Barang suci dibenci.
Yang suci (justru) dibenci.
Holy things will be despised.

Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit.
Banyak orang hanya mementingkan uang.
Many people will become fixated on money.

Lali kamanungsan.
Lupa jati kemanusiaan.
Ignoring humanity.

Lali kabecikan.
Lupa hikmah kebaikan.
Forgetting kindness.

Lali sanak lali kadang.
Lupa sanak lupa saudara.
Abandoning their families.

Akeh bapa lali anak.
Banyak ayah lupa anak.
Fathers will abandon their children.

Akeh anak wani nglawan ibu.
Banyak anak berani melawan ibu.
Children will be disrespectful to their mothers.

Nantang bapa.
Menantang ayah.
And battle against their fathers.

Sedulur padha cidra.
Saudara dan saudara saling khianat.
Siblings will collide violently.

Kulawarga padha curiga.
Keluarga saling curiga.
Family members will be suspicious of each other.

Kanca dadi mungsuh.
Kawan menjadi lawan.
Friends become enemies.

Akeh manungsa lali asale.
Banyak orang lupa asal-usul.
People will forget their roots.

Ukuman Ratu ora adil.
Hukuman Raja tidak adil
The ruler’s judgements will be unjust.

Akeh pangkat sing jahat lan ganjil.
Banyak pembesar jahat dan ganjil
There will be many peculiar and evil leaders.

Akeh kelakuan sing ganjil.
Banyak ulah-tabiat ganjil
Many will behave strangely.

Wong apik-apik padha kapencil.
Orang yang baik justru tersisih.
Good people will be isolated.

Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin.
Banyak orang kerja halal justru malu.
Many people will be too embarrassed to do the right things.

Luwih utama ngapusi.
Lebih mengutamakan menipu.
Choosing falsehood instead.

Wegah nyambut gawe.
Malas menunaikan kerja.
Many will be lazy to work.

Kepingin urip mewah.
Inginnya hidup mewah.
Seduced by luxury.

Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka.
Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
They will take the easy path of crime and deceit.

Wong bener thenger-thenger.
Si benar termangu-mangu.
The honest will be confused.

Wong salah bungah.
Si salah gembira ria.
The dishonest will be joyful.

Wong apik ditampik-tampik.
Si baik ditolak ditampik.
The good will be rejected.

Wong jahat munggah pangkat.
Si jahat naik pangkat.
The evil ones will rise to the top.

Wong agung kasinggung.
Yang mulia dilecehkan
Noble people will be abused.

Wong ala kapuja.
Yang jahat dipuji-puji.
Evil doers will be worshipped.

Wong wadon ilang kawirangane.
Perempuan hilang malu.
Women will become shameless.

Wong lanang ilang kaprawirane.
Laki-laki hilang perwira
Men will loose their courage.

Akeh wong lanang ora duwe bojo.
Banyak laki-laki tak mau beristri.
Men will choose not to get married.

Akeh wong wadon ora setya marang bojone.
Banyak perempuan ingkar pada suami.
Women will be unfaithful to their husbands.

Akeh ibu padha ngedol anake.
Banyak ibu menjual anak.
Mothers will sell their babies.

Akeh wong wadon ngedol awake.
Banyak perempuan menjual diri.
Women will engage in prostitution.

Akeh wong ijol bebojo.
Banyak orang tukar pasangan.
Couples will trade partners.

Wong wadon nunggang jaran.
Perempuan menunggang kuda.
Women will ride horses.

Wong lanang linggih plangki.
Laki-laki naik tandu.
Men will be carried in a stretcher.

Randha seuang loro.
Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
Two divorcees will be valued at 8,5 cents.

Prawan seaga lima.
Lima perawan lima picis.
A virgin will be valued at 10 cents.

Dhudha pincang laku sembilan uang.
Duda pincang laku sembilan uang.
A crippled widower will be valued at nine uang’s

Akeh wong ngedol ngelmu.
Banyak orang berdagang ilmu.
Many will earn their living by trading their knowledge.

Akeh wong ngaku-aku.
Banyak orang mengaku diri.
Many will claims other’s merits as their own.

Njabane putih njerone dhadhu.
Di luar putih di dalam jingga.
White outwardly but orange inwardly

Ngakune suci, nanging sucine palsu.
Mengaku suci, tapi palsu belaka.
They will proclaim their righteousness despite their sinful ways.

Akeh bujuk akeh lojo.
Banyak tipu banyak muslihat.
Many will use sly and dirty tricks.

Akeh udan salah mangsa.
Banyak hujan salah musim.
Rains will fall in the wrong season.

Akeh prawan tuwa.
Banyak perawan tua.
Many women will remain virgins into their old age.

Akeh randha nglairake anak.
Banyak janda melahirkan bayi.
Many divorcees will give birth.

Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne.
Banyak anak lahir mencari bapanya.
Newborns will search for their fathers.

Agama akeh sing nantang.
Agama banyak ditentang.
Religions will be attacked.

Prikamanungsan saya ilang.
Perikemanusiaan semakin hilang.
Humanitarianism will no longer have importance.

Omah suci dibenci.
Rumah suci dijauhi.
Holy temples will be hated.

Omah ala saya dipuja.
Rumah maksiat makin dipuja.
They will be more fond of praising evil places.

Wong wadon lacur ing ngendi-endi.
Di mana-mana perempuan lacur
Prostitution will be everywhere.

Akeh laknat.
Banyak kutuk
There will be many worthy of damnation.

Akeh pengkianat.
Banyak pengkhianat.
There will be many betrayals.

Anak mangan bapak.
Anak makan bapak.
Children will be against father.

Sedulur mangan sedulur.
Saudara makan saudara.
Siblings will be against siblings.

Kanca dadi mungsuh.
Kawan menjadi lawan.
Friends will become enemies.

Guru disatru.
Guru dimusuhi.
Guru is treated as an enemy.

Tangga padha curiga.
Tetangga saling curiga.
Neighbours will become suspicious of each other.

Kana-kene saya angkara murka.
Angkara murka semakin menjadi-jadi.
And ruthlessness will be everywhere.

Sing weruh kebubuhan.
Barangsiapa tahu terkena beban.
The eyewitness has to take the responsibility.

Sing ora weruh ketutuh.
Sedang yang tak tahu disalahkan.
The ones who know nothing will be prosecuted.

Besuk yen ana peperangan.
Kelak jika terjadi perang.
One day when there will armagedon.

Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor.
Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
In the east, in the west, in the south, and in the north.

Akeh wong becik saya sengsara.
Banyak orang baik makin sengsara.
Good people will suffer more.

Wong jahat saya seneng.
Sedang yang jahat makin bahagia.
Bad people will be happier.

Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul.
Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
When this happens, crow will be said heron.

Wong salah dianggep bener.
Orang salah dipandang benar.
The wrong person will be assumed to be honest.

Pengkhianat nikmat.
Pengkhianat nikmat.
Betrayers will live in the utmost of material comfort.

Durjana saya sempurna.
Durjana semakin sempurna.
The deceitful will decline even further.

Wong jahat munggah pangkat.
Orang jahat naik pangkat.
The evil persons will rise to the top.

Wong lugu kebelenggu.
Orang yang lugu dibelenggu.
The modest will be trapped.

Wong mulya dikunjara.
Orang yang mulia dipenjara.
The noble will be imprisoned.

Sing curang garang.
Yang curang berkuasa.
The fraudulent will be ferocious.

Sing jujur kojur.
Yang jujur sengsara.
The honest will unlucky.

Pedagang akeh sing keplarang.
Pedagang banyak yang tenggelam.
Many merchants will fly in a mess.

Wong main akeh sing ndadi.
Penjudi banyak merajalela.
Gamblers will become more addicted to gambling.

Akeh barang haram.
Banyak barang haram.
Illegal things will be everywhere.

Akeh anak haram.
Banyak anak haram.
Many babies will be born outside of legal marriage.

Wong wadon nglamar wong lanang.
Perempuan melamar laki-laki.
Women will propose marriage.

Wong lanang ngasorake drajate dhewe.
Laki-laki memperhina derajat sendiri.
Men will lower their own status.

Akeh barang-barang mlebu luang.
Banyak barang terbuang-buang.
The merchandise will be left unsold.

Akeh wong kaliren lan wuda.
Banyak orang lapar dan telanjang.
Many people will suffer from starve and stark-naked.

Wong tuku ngglenik sing dodol.
Pembeli membujuk penjual.
Buyers will flatter the sellers.

Sing dodol akal okol.
Si penjual bermain siasat.
Sellers will play tricks and muscles.

Wong golek pangan kaya gabah diinteri.
Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
The way people earn a living will be as paddies being sifted.

Sing kebat kliwat.
Siapa tangkas lepas.
Some will go wild out of control.

Sing telah sambat.
Siapa terlanjur menggerutu.
Those who are too far groaning.

Sing gedhe kesasar.
Si besar tersasar.
The ones on the top will get lost.

Sing cilik kepleset.
Si kecil terpeleset.
The ordinary people will slip.

Sing anggak ketunggak.
Si congkak terbentur.
The arrogant ones will be collided.

Sing wedi mati.
Si takut mati.
The fearful ones will not survive.

Sing nekat mbrekat.
Si nekat mendapat berkat.
The risk takers will be successful.


Sing jerih ketindhih.
Si hati kecil tertindih
The ones who are afraid will be crushed.

Sing ngawur makmur.
Yang ngawur makmur
The careless ones will be wealthy.

Sing ngati-ati ngrintih.
Yang berhati-hati merintih.
The careful ones will whine about their suffering.

Sing ngedan keduman.
Yang main gila menerima bagian.
The crazy ones will get their portion.

Sing waras nggagas.
Yang sehat pikiran berpikir.
The ones who are healthy will think wisely.


Wong tani ditaleni.
Si tani diikat.
The farmers will be controlled.

Wong dora ura-ura.
Si bohong menyanyi-nyanyi
Those who are corrupt will sing happily.

Ratu ora netepi janji, musna panguwasane.
Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
The rulers do not keep their promises, will lose their power.

Bupati dadi rakyat.
Pegawai tinggi menjadi rakyat.
The leaders will become ordinary persons.

Wong cilik dadi priyayi.
Rakyat kecil jadi priyayi.
The ordinary people will become leaders.

Sing mendele dadi gedhe.
Yang curang jadi besar.
The dishonest persons will rise to the top.

Sing jujur kojur.
Yang jujur celaka.
The honest ones will be unlucky.

Akeh omah ing ndhuwur jaran.
Banyak rumah di punggung kuda.
There will be many houses on horses’ back.

Wong mangan wong.
Orang makan sesamanya.
People will attack other people.

Anak lali bapak.
Anak lupa bapa.
Children will ignore their fathers.

Wong tuwa lali tuwane.
Orang tua lupa ketuaan mereka.
The olds forget their oldness.

Pedagang adol barang saya laris.
Jualan pedagang semakin laris.
Merchants will sell out of their merchandise.

Bandhane saya ludhes.
Namun harta mereka makin habis.
Yet, they will lose money.

Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan.
Banyak orang mati lapar di samping makanan.
Many people will die from starvation in prosperous times.

Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara.
Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
Many people will have lots of money yet, be unhappy in their live.

Sing edan bisa dandan.
Yang gila bisa bersolek.
The crazy one will be beautifully attired.

Sing bengkong bisa nggalang gedhong.
Si bengkok membangun mahligai.
The insane will be able to build a lavish estate.

Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil.
Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
The ones who are fair and sane will suffer in their lives and will be isolated.

Ana peperangan ing njero.
Terjadi perang di dalam.
There will be internal wars.

Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham.
Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
As a result of misunderstandings between those at the top.

Durjana saya ngambra-ambra.
Kejahatan makin merajalela.
The numbers of evil doers will increase sharply.

Penjahat saya tambah.
Penjahat makin banyak.
There will be more criminals.

Wong apik saya sengsara.
Yang baik makin sengsara.
The good people will live in misery.

Akeh wong mati jalaran saka peperangan.
Banyak orang mati karena perang.
There will be many people die in a war.

Kebingungan lan kobongan.
Karena bingung dan kebakaran.
Others will be disoriented, and their property burnt.

Wong bener saya thenger-thenger.
Si benar makin tertegun.
The honest will be confused.

Wong salah saya bungah-bungah.
Si salah makin sorak sorai.
The dishonest will be joyful.

Akeh bandha musna ora karuan lungane.
Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe
Banyak harta hilang entah ke mana.
Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
There will be disappearance of great riches, titles, and jobs.

Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram.
Banyak barang haram, banyak anak haram.
There will be many illegal goods.

Bejane sing lali, bejane sing eling.
Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
Good luck for the ignoramus, good luck for anyone who is aware.

Nanging sauntung-untunge sing lali.
Tapi betapapun beruntung si lupa.
Yet, no matter how lucky is the ignoramus.

Isih untung sing waspada.
Masih lebih beruntung si waspada.
It is more lucky for anyone who is alert.

Angkara murka saya ndadi.
Angkara murka semakin menjadi.
Ruthlessness will become worse.

Kana-kene saya bingung.
Di sana-sini makin bingung.
Everywhere the situation will be chaotic.

Pedagang akeh alangane.
Pedagang banyak rintangan.
Doing business will be more difficult.

Akeh buruh nantang juragan.
Banyak buruh melawan majikan.
Workers will challenge their employers.

Juragan dadi umpan.
Majikan menjadi umpan.
The employers will become bait.

Sing suwarane seru oleh pengaruh.
Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
Those who speak out will be more influential.

Wong pinter diingar-ingar.
Si pandai direcoki.
The wise ones will be ridiculed.

Wong ala diuja.
Si jahat dimanjakan.
The evil ones will be spoiled.

Wong ngerti mangan ati.
Orang yang mengerti makan hati.
The knowledgeable ones will be in much distress.

Bandha dadi memala.
Hartabenda menjadi penyakit
The material comfort will incite crime.

Pangkat dadi pemikat.
Pangkat menjadi pemukau.
Rank and position will become enticing.

Sing sawenang-wenang rumangsa menang.
Yang sewenang-wenang merasa menang
Those who act arbitrarily will feel as if they are the winners.

Sing ngalah rumangsa kabeh salah.
Yang mengalah merasa serba salah.
Those who act wisely will feel as if everything is wrong.

Ana Bupati saka wong sing asor imane.
Ada raja berasal orang beriman rendah.
There will be leaders who are weak in their faith.

Patihe kepala judhi.
Maha menterinya benggol judi
The chief minister is no one but a leader of the gamblers.

Wong sing atine suci dibenci.
Yang berhati suci dibenci
Those who have a holy heart will be rejected.

Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat.
Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
Those who are evil, and know how to flatter their boss, will be promoted.

Pemerasan saya ndadra.
Pemerasan merajalela.
Human exploitation will be worse.

Maling lungguh wetenge mblenduk.
Pencuri duduk berperut gendut.
The corpulent thieves will be able to sit back and relax.

Pitik angrem saduwure pikulan.
Ayam mengeram di atas pikulan.
The hen will hacth eggs in a carrying pole.

Maling wani nantang sing duwe omah.
Pencuri menantang si empunya rumah.
Thieves will not be afraid to challenge the target.

Begal pada ndhugal.
Penyamun semakin kurang ajar.
Robbers will dissent into greater evil.

Rampok padha keplok-keplok.
Perampok semua bersorak-sorai.
Looters will be given applause.

Wong momong mitenah sing diemong.
Si pengasuh memfitnah yang diasuh
People will slander their caregivers.

Wong jaga nyolong sing dijaga.
Si penjaga mencuri yang dijaga.
Guards will steel the very things they are to protect.

Wong njamin njaluk dijamin.
Si penjamin minta dijamin.
Guarantors will ask for collateral.

Akeh wong mendem donga.
Banyak orang mabuk doa.
Many will ask for blessings.


Kana-kene rebutan unggul.
Di mana-mana berebut menang.
Everybody will compete for personal victory.

Angkara murka ngombro-ombro.
Angkara murka menjadi-jadi.
Ruthlessness will be everywhere.

Agama ditantang.
Agama ditantang.
Religions will be questioned.

Akeh wong angkara murka.
Banyak orang angkara murka.
Many people will be greedy for power, wealth and position.

Nggedhekake duraka.
Membesar-besarkan durhaka.
Rebelliousness will increase.

Ukum agama dilanggar.
Hukum agama dilanggar.
Religious law will be broken.

Prikamanungsan di-iles-iles.
Perikemanusiaan diinjak-injak.
Human rights will be violated.

Kasusilan ditinggal.
Tata susila diabaikan
Ethics will left behind.

Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi.
Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
Many will be insane, cruel and immoral.

Wong cilik akeh sing kepencil.
Rakyat kecil banyak tersingkir.
Ordinary people will be segregated.

Amarga dadi korbane si jahat sing jajil.
Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
They will become the victims of evil and cruel persons.

Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit.
Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
Then there will come a ruler who is influential.

Lan duwe prajurit.
Dan punya prajurit.
And having armies.

Negarane ambane saprawolon.
Lebar negeri seperdelapan dunia.
The country will measured one-eighth of the world.

Tukang mangan suap saya ndadra.
Pemakan suap semakin merajalela.
The number of people who commit bribery will increase.

Wong jahat ditampa.
Orang jahat diterima.
The evil ones will be accepted.

Wong suci dibenci.
Orang suci dibenci.
The innocent ones will be rejected.

Timah dianggep perak.
Timah dianggap perak.
Tin will be thought to be silver.

Emas diarani tembaga.
Emas dibilang tembaga
Gold will be thought to be copper.

Dandang dikandakake kuntul.
Gagak disebut bangau.
A crow will be thought to be an heron.

Wong dosa sentosa.
Orang berdosa sentausa.
The sinful ones will be safe and live in tranquility.

Wong cilik disalahake.
Rakyat jelata dipersalahkan.
The poor will be blamed.

Wong nganggur kesungkur.
Si penganggur tersungkur.
The unemployed will be rooted up.

Wong sregep krungkep.
Si tekun terjerembab.
The diligent ones will be forced down.

Wong nyengit kesengit.
Orang busuk hati dibenci.
The people will seek revenge against the fiercely violent ones.

Buruh mangluh.
Buruh menangis.
Workers will suffer from overwork.

Wong sugih krasa wedi.
Orang kaya ketakutan.
The rich will feel unsafe.

Wong wedi dadi priyayi.
Orang takut jadi priyayi.
People who belong to the upper class will feel insecure.

Senenge wong jahat.
Berbahagialah si jahat.
Happiness will belong to the evil persons.

Susahe wong cilik.
Bersusahlah rakyat kecil.
Trouble will belong to the poor.

Akeh wong dakwa dinakwa.
Banyak orang saling tuduh.
Many will sue each other.


Tindake manungsa saya kuciwa.
Ulah manusia semakin tercela.
Human behaviour will fall short of moral enlightenment.

Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi.
Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
Leaders will discuss and choose which countries are their favourites and which ones are not.

Hore! Hore!
Hore! Hore!
HurraHurrah!

Wong Jawa kari separo.
Orang Jawa tinggal separo.
The Javanese will remain half.

Landa-Cina kari sejodho.
Belanda-Cina tinggal sepasang.
The Dutch and the Chinese each will remain a pair.

Akeh wong ijir, akeh wong cethil.
Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
Many become stingy.

Sing eman ora keduman.
Si hemat tidak mendapat bagian.
The cautious ones will not get their portion.

Sing keduman ora eman.
Yang mendapat bagian tidak berhemat.
The ones who receive their portion will be prodigal.

Akeh wong mbambung.
Banyak orang berulah dungu.
Stupidity will be everywhere.

Akeh wong limbung.
Banyak orang limbung.
Bewildered persons will be everywhere.

Selot-selote mbesuk wolak-waliking jaman teka.
Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya jaman.
One day, yet slowly, the age of turbulence will come.

Read More..

Semua laki-laki pembohong!

|

A man says that he is lying. Is what he says true or false? —Eubulides, 4th century BC

Setelah baca judul diatas,yang cewek pasti dengan semangat berkata “iya tuh!”, sedang yang cowok paling tersenyum simpul dengan sorot mata tidak bersalah sambil berkata “buat apa seh bo'ong??” :p
tapi sebelum kamu semangat ngasih komentar setuju atau ga setuju, coba kita garuk lagi pernyataan diatas.

Ketika saya menulis: “Semua laki-laki pembohong!” maka ada sesuatu yang aneh disitu, karena:

1. Saya seorang laki-laki
2. Saya berkata semua laki-laki pembohong

Maka dari dua elemen diatas terlihat kalimat “semua laki-laki pembohong” pun adalah sebuah kebohongan karena yang mengucapkannya adalah seorang laki-laki.

Artinya, semua laki-laki pembohong itu adalah bohong = semua laki-laki bukan pembohong?


Paradoks diatas dikenal luas diungkap oleh seorang filsuf dan penyair Yunani bernama Epimenides yang hidup diabad 6 sebelum masehi.

Epimenides, seorang Cretan, dilaporkan berkata: The Cretans are always liars.

Karena dia sendiri seorang Cretan, dan semua orang Cretan menurut dia adalah seorang pembohong, maka pernyataan Orang cretan selalu berbohong adalah juga tidak benar.

Contoh paling sederhana lain dari paradoks yang sama adalah kalimat:

Pernyataan ini salah

Kalo pernyatan diatas benar, maka seharusnya kalimat diatas mengandung kebenaran, tetapi kalimatnya sendiri sudah berkata bahwa kalimat tersebut salah. Maka pernyataannya jadi benar atau salah?

Kalau saya berkata “Saya berbohong”, maka apakah saya sedang berbohong bahwa saya bohong?

Kalo saya berkata “Jangan pedulikan kalimat ini”, maka apakah saya harus peduli pada peringatan jangan pedulikan kalimat tersebut?

Kita tidak bisa 100% berkata bahwa kalimat diatas salah atau benar. Yang terjadi adalah kontradiksi, karena sebuah kalimat bisa benar sekaligus salah dan bisa salah sekaligus benar.

Kalau begitu mana yang benar? Dan mana yang salah?

Hal yang paling mengganggu dari paradoks yang dikenal dengan nama Epimenides Paradox atau Liar Paradox ini adalah karena ia menunjukkan bahwa kepercayaan yang kita pegang erat tentang mana yang benar dan mana yang salah ternyata membawa kita pada sebuah kontradiksi.


Tulisan This is Not the Title of This Essay mencoba menjawab bahwa masalah dari Liar Paradox adalah self-reference.

Paradoks terjadi karena kita mengambil referensi dari diri kita sendiri.

Apa yang saya katakan salah, maka pertanyaan salah ini mengambil referensi dari kalimat itu lagi.

Paradoks diatas jadi masalah besar, terutama buat para matematikawan, dimana dunia adalah 0 dan 1 dan, sebuah pernyatan harus punya nilai jelas antara True (T) atau False (F).

Kurt Gedel, di tahun 1931, menjelaskan problema self-reference diatas dalam sebuah teorema yang dikenal dengan nama Gedel’s Theorem, yang mengatakan:

To every ω-consistent recursive class χ of formulae there correspond recursive class signs r, such that neither v Gen r nor Neg(v Gen r) belongs to Flg(&chi) (where v is the free variable of r)

Teorema Gedel yang terlihat persis seperti sebuah paradoks sendiri (karena sumpah saya ga ngerti apa maksudnya hehe), pada intinya berkata bahwa niscaya kamu akan bertemu dengan kontradiksi kalo kamu melakukan self-reference atau kalaupun kamu melakukan self-reference pastikan kamu tahu bahwa itu adalah self-reference:) (btw jangan percaya sama Gedel hehe)


Lalu buat kita yang bukan matematikawan dan bukan Gedel apa artinya Liar Paradox ini?

Ada dua artinya.

Pertama, bahwa permasalahan ini adalah masalah khas manusia karena cuma manusia yg punya consciousness, dan cuma mahluk ber-consciousness yang bisa berbohong.

Kedua, berhati-hatilah ketika ada orang atau pihak yang meng-claim memiliki kebenaran dan benar 100% sehingga semua yang lain salah. Karena sudah kita sama-sama tahu bahwa benar dan salah adalah sebuah kontradiksi

Yang penting bukan benar atau salah karenanya, yang penting adalah percaya.

Tidak penting apakah kita benar dan dia salah, yang penting adalah ketika kita percaya kita benar (percaya? hehe).

Makanya, ketika kita berhadapan dengan sesuatu cuma ada dua hal yang bisa kamu lakukan.

Percaya itu benar. Atau percaya itu salah.

Atau.

Kamu bisa lakukan apa yang saya lakukan, tersenyum simpul dengan sorot mata ga bersalah sambil bersiul-siul “duu duuu duuu duuu” :p

original by http://enda.goblogmedia.com/

Read More..

Syech Siti Jenar dan Pemahaman Ttg Manunggaling Kawula Gusti

|

Menurut R.Ng. Ranggawarsita (1802-1873)
Pokok keilmuan Syekh Siti Jenar disebut sebagai “Ngelmu Ma’rifat Kasampurnaning Ngaurip” (ilmu ma’rifat kesempurnaan hidup [the science of ma’rifat to attain perfection of life]). Ranggawarsita menyebutkan basis ilmiah ajaran tersebut adalah renungan filsafat yg bentuk aplikasinya adalah metafisika dan etika.
Ajaran metafisika meliputi ontologi, kosmogoni dan antropologi. Ontologi berbicara tentang Ada dan tidak ada. Dalam hal ini, Syekh Siti Jenar merumuskan tentang the Reality of the Absolute being (hakikat Dzat Yang Maha Suci) yg memiliki sifat, nama dan perbuatan “Kami”. Dari “Kami” inilah kemudian muncul “ada” dan “keadaan” lain, yg sifat hakikinya adalah “Tunggal”.
Manusia yg dalam hidupnya di alam kematian dunia ini disebut sebagai khalifatullah (wakil Allah=pecahan ketunggalan Allah), dan kemudian ia harus berwadah dalam bentuk jisim (jasmani) ia harus menyandang gelar “kawula”, sebab jasad harus melakukan aktivitas untuk memelihara jasadnya dari kerusakan dan untuk menunda kematian yg disebut :"ngibadah” kepada yg menyediakan raga (Gusti). Maka kawula hanya memiliki satu tempat kembali, yakni Allah, sebagai asalnya. Maka manusia tidak boleh terjebak dalam wadah yg hanya berfungsi sementara sebagai “wadah” Roh Ilahi. Justru Roh Ilahi inilah yg harus dijaga guna menuju ketunggalan kembali (Manunggaling Kawula Gusti).
Ajaran ini banyak ditentang karena Tuhan dan manusia adalah hal yang berbeda. Tuhan yang mencipta sedangkan manusia yang diciptakan. Jadi antara yang menciptakan dan yang diciptakan tidak bisa bersatu.
Kalo logikanya orang awam : manusia menciptakan mobil ya brarti mobil dan manusia memang berbeda. Manusia mengambil bahan baku untuk membuat mobil diluar dirinya. nah kalau Tuhan menciptakan manusia. Apakah ia juga mengambil bahan baku diluar diri-Nya?
Ada beberapa martir sufi yang mengakui ajaran ini misalnya syeh siti jenar dgn slogannya "Tiada Tuhan Melainkan Aku". Atau Al Hallaj yang mengatakan "Ana Al Haqq". Bahkan ada hadist nabi yang menceritakan bahwa nabi Muhammad sendiri pernah mengatakan "Ana Ahmad bi la mim" (Ahad) artinya ya Nabi seakan-akan bilang dirinya Tuhan. istilah2 tersebut jelas menandakan bahwa Tuhan ada di dalam diri mereka. Bahkan di Quran pun dikatakan bahwa Allah itu lebih dekat daripada urat leher kita.
Bagi mereka yang mampu melakukan zikir hingga mencapai tahan "fana" maka biasanya ia akan mengalami "mahzub". Namun mahzub tidak mesti dalam keadaan fana. Mahzub bisa terjadi dalam keadaan sadar. Manusia yang mengalami mahzub biasanya akan mengatakan "Subhani" (Maha Suci Aku) dan istilah2 lain yang "meniadakan" dirinya sendiri sehingga memunculkan Tuhan dalam dirinya.
Ajaran MKG mengajarkan bahwa ada 3 unsur yang menyatu yaitu :
1. Sukma Kawekas (Nur Illahi)
2. Sukma Sejati (Nur Muhammad)
3. Nur Insan

Sasahidan Syekh Siti Jenar…

“Insun anakseni ing Datingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran amung Ingsun, lan nakseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun, iya sajatine kang aran Allah iku badan Ingsun, Rasul iku rahsaning-Sun, Muhammad iku cahyaning-Sun, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kan langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kukurangan ing pangerti, byar.. sampurna padhang terawang-an, ora karasa apa-apa, ora ana keton apa-apa, mung Insun kang nglimputi ing ngalam kabeh, kalawan kodrating-Sun.”

Artinya :
“Aku angkat saksi di hadapan Dzat-Ku sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku, dan Aku angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-Ku, sesungguhnya yg disebut Allah Ingsun diri sendiri (badan-Ku), Rasul itu Rahsa-Ku, Muhammad itu cahaya-Ku, Akulah Dzat yg hidup tidak akan terkena mati, Akulah Dzat yang selalu ingat tidak pernah lupa, Akulah Dzat yg kekal tidak ada perubahan dalam segala keadaan, (bagi-Ku) tidak ada yg samar sesuatupun, Akulah Dzat yang Maha Menguasai, yang Kuasa dan Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian, sempurna terang benerang, tidak terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanya Aku yg meliputi sekalian alam dengan kodrat-Ku.”

Ajaran- ajaran Syekh Siti Jenar yang bisa dilacak dalam berbagai karya klasik atau buku lama...yaitu..
1. Serat Dewaroetji, Tan Khoen Swie, Kediri, 1928.
2. Serat Gatolotjo, Tan Khoen Swie, Kediri, 1931.
3. Serat Kebo Kenanga, Tan Khoen Swie, Kediri, 1921.
4. Serat Soeloek Walisongo, Tan Khoen Swie, Kediri, 1931.
5. Serat Tjebolek, terbitan van Dorp, Semarang, 1886.
6. Serat Tjentini, terbitan Bat. Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 4 Jl, Batavia, 1912-1915.
7. Kitab Wedha Mantra, bunga rampai ajaran para wali yang dihimpun oleh Sang Indrajit, diterbitkan oleh Sadu Budi Solo. PAda tahun 1979 sudah mengalami cetak ulang yg ke-12.
8. Suluk Walisanga, karya R. Tanojo yg di dalamnya memuat dialog-dialog antara Syekh Siti Jenar dengan Anggota Dewan Walisanga, gubahan dari karya Sunan Giri II.
9. Wejangan Walisanga, dihimpun oleh Wiryapanitra, diterbitkan oleh TB. Sadu Budi Solo, sekitar tahun 1969.

Mengenal Nama Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar (829-923 H/1348-1439 C/1426-1517 M), memiliki banyak nama : San Ali (nama kecil pemberian orangtua angkatnya, bukan Hasan Ali Anshar seperti banyak ditulis orang); Syekh ‘Abdul Jalil (nama yg diperoleh di Malaka, setelah menjadi ulama penyebar Islam di sana); Syekh Jabaranta (nama yg dikenal di Palembang, Sumatera dan daratan Malaka); Prabu Satmata (Gusti yg nampak oleh mata; nama yg muncul dari keadaan kasyf atau mabuk spiritual; juga nama yg diperkenalkan kepada murid dan pengikutnya); Syekh Lemah Abang atau Lemah Bang (gelar yg diberikan masyarakat Lemah Abang, suatu komunitas dan kampung model yg dipelopori Syekh Siti Jenar; melawan hegemoni kerajaan. Wajar jika orang Cirebon tidak mengenal nama Syekh Siti Jenar, sebab di Cirebon nama yg populer adalah Syekh Lemah Abang); Syekh Siti Jenar (nama filosofis yg mengambarkan ajarannya tentang sangkan-paran, bahwa manusia secara biologis hanya diciptakan dari sekedar tanah merah dan selebihnya adalah roh Allah; juga nama yg dilekatkan oleh Sunan Bonang ketika memperkenalkannya kepada Dewan Wali, pada kehadirannya di Jawa Tengah/Demak; juga nama Babad Cirebon); Syekh Nurjati atau Pangran Panjunan atau Sunan Sasmita (nama dalam Babad Cirebon, S.Z. Hadisutjipto); Syekh Siti Bang, serta Syekh Siti Brit; Syekh Siti Luhung (nama-nama yg diberikan masyarakat Jawa Tengahan); Sunan Kajenar (dalam sastra Islam-Jawa versi Surakarta baru, era R.Ng. Ranggawarsita [1802-1873]); Syekh Wali Lanang Sejati; Syekh Jati Mulya; dan Syekh Sunyata Jatimurti Susuhunan ing Lemah Abang.
Siti Jenar lebih menunjukkan sebagai simbolisme ajaran utama Syekh Siti Jenar yakni ilmu kasampurnan, ilmu sangkan-paran ing dumadi, asal muasal kejadian manusia, secara biologis diciptakan dari tanah merah saja yg berfungsi sebagai wadah (tempat) persemayaman roh selama di dunia ini. Sehingga jasad manusia tidak kekal akan membusuk kembali ketanah. Selebihnya adalah roh Allah, yg setelah kemusnaan raganya akan menyatu kembali dengan keabadian. Ia di sebut manungsa sebagai bentuk “manunggaling rasa” (menyatu rasa ke dalam Tuhan).
Dan karena surga serta neraka itu adalah untuk derajad fisik maka keberadaan surga dan neraka adalah di dunia ini, sesuai pernyataan populer bahwa dunia adalah penjara bagi orang mukmin. Menurut Syekh Siti Jenar, dunia adalah neraka bagi orang yg menyatu-padu dgn Tuhan. Setelah meninggal ia terbebas dari belenggu wadag-nya dan bebas bersatu dgn Tuhan. Di dunia manunggalnya hamba dgn Tuhan sering terhalang oleh badan biologis yg disertai nafsu-nafsunya. Itulah inti makna nama Syekh Siti Jenar.

Asal Usul Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar lahir sekitar tahun 829 H/1348 C/1426 M (Serat She Siti Jenar Ki Sasrawijaya; Atja, Purwaka Tjaruban Nagari (Sedjarah Muladjadi Keradjan Tjirebon), Ikatan Karyawan Museum, Jakarta, 1972; P.S. Sulendraningrat, Purwaka Tjaruban Nagari, Bhatara, Jakarta, 1972; H. Boedenani, Sejarah Sriwijaya, Terate, Bandung, 1976; Agus Sunyoto, Suluk Abdul Jalil Perjalanan Rohani Syaikh Syekh Siti Jenar dan Sang Pembaharu, LkiS, yogyakarta, 2003-2004; Sartono Kartodirjo dkk, [i]Sejarah Nasional Indonesia, Depdikbud, Jakarta, 1976; Babad Banten; Olthof, W.L., Babad Tanah Djawi. In Proza Javaansche Geschiedenis, ‘s-Gravenhage, M.Nijhoff, 1941; raffles, Th.S., The History of Java, 2 vol, 1817), dilingkungan Pakuwuan Caruban, pusat kota Caruban larang waktu itu, yg sekarang lebih dikenal sebagai Astana japura, sebelah tenggara Cirebon. Suatu lingkungan yg multi-etnis, multi-bahasa dan sebagai titik temu kebudayaan serta peradaban berbagai suku.
Selama ini, silsilah Syekh Siti Jenar masih sangat kabur. Kekurangjelasan asal-usul ini juga sama dgn kegelapan tahun kehidupan Syekh Siti Jenar sebagai manusia sejarah.
Pengaburan tentang silsilah, keluarga dan ajaran Beliau yg dilakukan oleh penguasa muslim pada abad ke-16 hingga akhir abad ke-17. Penguasa merasa perlu untuk “mengubur” segala yg berbau Syekh Siti Jenar akibat popularitasnya di masyarakat yg mengalahkan dewan ulama serta ajaran resmi yg diakui Kerajaan Islam waktu itu. Hal ini kemudian menjadi latar belakang munculnya kisah bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing.
Dalam sebuah naskah klasik, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas,
“Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia berdarah kecil saja (rakyat jelata), bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….
Jadi Syekh Siti Jenar adalah manusia lumrah hanya memang ia walau berasal dari kalangan bangsawan setelah kembali ke Jawa menempuh hidup sebagai petani, yg saat itu, dipandang sebagai rakyat kecil oleh struktur budaya Jawa, disamping sebagai wali penyebar Islam di Tanah Jawa.
Syekh Siti Jenar yg memiliki nama kecil San Ali dan kemudian dikenal sebagai Syekh ‘Abdul Jalil adalah putra seorang ulama asal Malaka, Syekh Datuk Shaleh bin Syekh ‘Isa ‘Alawi bin Ahmadsyah Jamaludin Husain bin Syekh ‘Abdullah Khannuddin bin Syekh Sayid ‘Abdul Malikal-Qazam. Maulana ‘Abdullah Khannuddin adalah putra Syekh ‘Abdul Malik atau Asamat Khan. Nama terakhir ini adalah seorang Syekh kalangan ‘Alawi kesohor di Ahmadabad, India, yg berasal dari Handramaut. Qazam adalah sebuah distrik berdekatan dgn kota Tarim di Hadramaut.
Syekh ‘Abdul Malik adalah putra Syekh ‘Alawi, salah satu keluarga utama keturunan ulama terkenal Syekh ‘Isa al-Muhajir al-Bashari al-‘Alawi, yg semua keturunannya bertebaran ke berbagai pelosok dunia, menyiarkan agama Islam. Syekh ‘Abdul Malik adalah penyebar agama Islam yg bersama keluarganya pindah dari Tarim ke India. Jika diurut keatas, silsilah Syekh Siti Jenar berpuncak pada Sayidina Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah. Dari silsilah yg ada, diketahui pula bahwa ada dua kakek buyutnya yg menjadi mursyid thariqah Syathariyah di Gujarat yg sangat dihormati, yakni Syekh Abdullah Khannuddin dan Syekh Ahmadsyah Jalaluddin. Ahmadsyah Jalaluddin setelah dewasa pindah ke Kamboja dan menjadi penyebar agama Islam di sana.
Adapun Syekh Maulana ‘sa atau Syekh Datuk ‘Isa putra Syekh Ahmadsyah kemudian bermukim di Malaka. Syekh Maulana ‘Isa memiliki dua orang putra, yaitu Syekh Datuk Ahamad dan Syekh Datuk Shaleh. Ayah Syekh Siti Jenar adalah Syekh Datuk Shaleh adalah ulama sunni asal Malaka yg kemudian menetap di Cirebon karena ancaman politik di Kesultanan Malaka yg sedang dilanda kemelut kekuasaan pada akhir tahun 1424 M, masa transisi kekuasaan Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sumber-sumber Malaka dan Palembang menyebut nama Syekh Siti Jenar dgn sebutan Syekh Jabaranta dan Syekh ‘Abdul Jalil.
Pada akhir tahun 1425, Syekh Datuk Shaleh beserta istrinya sampai di Cirebon dan saat itu, Syekh Siti Jenar masih berada dalam kandungan ibunya 3 bulan. Di Tanah Caruban ini, sambil berdagang Syekh Datuk Shaleh memperkuat penyebaran Islam yg sudah beberapa lama tersiar di seantero bumi Caruban, besama-sama dgn ulama kenamaan Syekh Datuk Kahfi, putra Syehk Datuk Ahmad. Namun, baru dua bulan di Caruban, pada tahun awal tahun 1426, Syekh Datuk Shaleh wafat.
Sejak itulah San Ali atau Syekh Siti Jenar kecil diasuh oleh Ki Danusela serta penasihatnya, Ki Samadullah atau Pangeran Walangsungsang yg sedang nyantri di Cirebon, dibawah asuhan Syekh datuk Kahfi.
Jadi walaupun San Ali adalah keturunan ulama Malaka, dan lebih jauh lagi keturunan Arab, namun sejak kecil lingkungan hidupnya adalah kultur Cirebon yg saat itu menjadi sebuah kota multikultur, heterogen dan sebagai basis antarlintas perdagangan dunia waktu itu.
Saat itu Cirebon dgn Padepokan Giri Amparan Jatinya yg diasuh oleh seorang ulama asal Makkah dan Malaka, Syekh Datuk Kahfi, telah mampu menjadi salah satu pusat pengajaran Islam, dalam bidang fiqih dan ilmu ‘alat, serta tasawuf. Sampai usia 20 tahun, San Ali mempelajari berbagai bidang agama Islam dgn sepenuh hati, disertai dgn pendidikan otodidak bidang spiritual.

Padepokan Giri Amparan Jati
Setelah diasuh oleh Ki Danusela samapai usia 5 tahun, pada sekitar tahun 1431 M, Syekh Siti Jenar kecil (San Ali) diserahkan kepada Syekh Datuk Kahfi, pengasuh Pedepokan Giri Amparan Jati, agar dididik agama Islam yg berpusat di Cirebon oleh Kerajaan Sunda di sebut sebagai musu(h) alit [musuh halus]
Di Padepokan Giri Amparan Jati ini, San Ali menyelesaikan berbagai pelajaran keagamaan, terutama nahwu, sharaf, balaghah, ilmu tafsir, musthalah hadist, ushul fiqih dan manthiq. Ia menjadi santri generasi kedua. Sedang yg akan menjadi santri generasi ketiga adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Syarif Hidayatullah baru datang ke Cirebon, bersamaan dgn pulangnya Syekh Siti Jenar dari perantauannya di Timur Tengah sekitar tahun 1463, dalam status sebagai siswa Padepokan Giri Amparan Jati, dgn usia sekitar 17-an tahun.
Pada tahun 1446 M, setelah 15 tahun penuh menimba ilmu di Padepokan Amparan Jati, ia bertekad untuk keluar pondok dan mulai berniat untuk mendalami kerohanian (sufi). Sebagai titik pijaknya, ia bertekad untuk mencari “sangkan-paran” dirinya.
Tujuan pertmanya adalah Pajajaran yg dipenuhi oleh para pertapa dan ahli hikmah Hindu-Budha. Di Pajajaran, Syekh Siti Jenar mempelajari kitab Catur Viphala warisan Prabu Kertawijaya Majapahit. Inti dari kitab Catur Viphala ini mencakup empat pokok laku utama.
Pertama, nihsprha, adalah suatu keadaan di mana tidak adal lagi sesuatu yg ingin dicapai manusia. Kedua, nirhana, yaitu seseorang tidak lagi merasakan memiliki badan dan karenanya tidak ada lagi tujuan. Ketiga, niskala adalah proses rohani tinggi, “bersatu” dan melebur (fana’) dgn Dia Yang Hampa, Dia Yang Tak Terbayangkan, Tak Terpikirkan, Tak Terbandingkan. Sehingga dalam kondisi (hal) ini, “aku” menyatu dgn “Aku”. Dan keempat, sebagai kesudahan dari niskala adalah nirasraya, suatu keadaan jiwa yg meninggalkan niskala dan melebur ke Parama-Laukika (fana’ fi al-fana’), yakni dimensi tertinggi yg bebas dari segala bentuk keadaan, tak mempunyai ciri-ciri dan mengatasi “Aku”.
Dari Pajajaran San Ali melanjutkan pengembaraannya menuju Palembang, menemui Aria Damar, seorang adipati, sekaligus pengamal sufi-kebatinan, santri Maulana Ibrahim Samarkandi. Pada masa tuanya, Aria Damar bermukim di tepi sungai Ogan, Kampung Pedamaran.
Diperkirakan Syekh Siti Jenar berguru kepada Aria Damar antara tahun 1448-1450 M. bersama Aria Abdillah ini, San Ali mempelajari pengetahuan tentang hakikat ketunggalan alam semesta yg dijabarkan dari konsep “nurun ‘ala nur” (cahaya Maha Cahaya), atau yg kemudian dikenal sebagai kosmologi emanasi.
Dari Palembang, San Ali melanjutkan perjalanan ke Malaka dan banyak bergaul dgn para bangsawan suku Tamil maupun Malayu. Dari hubungan baiknya itu, membawa San Ali untuk memasuki dunia bisnis dgn menjadi saudagar emas dan barang kelontong. Pergaulan di dunia bisnis tsb dimanfaatkan oleh San Ali untuk mempelajari berbagai karakter nafsu manusia, sekaligus untuk menguji laku zuhudnya ditengah gelimang harta. Selain menjadi saudagar, Syekh Siti jenar juga menyiarkan agama Islam yg oleh masyarakat setempat diberi gelar Syekh jabaranta. Di Malaka ini pula, ia bertemu dgn Datuk Musa, putra Syekh Datuk Ahmad. Dari uwaknya ini, Syekh Datuk Ahmad, San Ali dianugerahi nama keluarga dan nama ke-ulama-an Syekh Datuk ‘Abdul Jalil.

Pencerahan Rohani di Baghdad

Setelah mengetahui bahwa dirinya merupakan salah satu dari keluarga besar ahlul bait (keturunan Rasulullah), Syekh Siti Jenar semakin memiliki keinginan kuat segera pergi ke Timur Tengah terutama pusat kota suci Makkah.
Dalam perjalanan ini, dari pembicaraan mengenai hakikat sufi bersama ulama Malaka asal Baghdad Ahmad al-Mubasyarah al-Tawalud di sepanjang perjalanan. Syekh Siti Jenar mampu menyimpan satu perbendaharaan baru, bagi perjalanan rohaninya yaitu “ke-Esaan af’al Allah”, yakni kesadaran bahwa setiap gerak dan segala peristiwa yg tergelar di alam semesta ini, baik yg terlihat maupun yg tidak terlihat pada hakikatnya adalah af’al Allah. Ini menambah semangatnya untuk mengetahui dan merasakan langsung bagaimana af’al Allah itu optimal bekerja dalam dirinya.
Inilah pangkal pandangan yg dikemudian hari memunculkan tuduhan dari Dewan Wali, bahwa Syekh Siti Jenar menganut paham Jabariyah. Padahal bukan itu pemahaman yg dialami dan dirasakan Syekh Siti Jenar. Bukan pada dimensi perbuatan alam atau manusianya sebagai tolak titik pandang akan tetapi justru perbuatan Allah melalui iradah dan quradah-NYA yg bekerja melalui diri manusia, sebagai khalifah-NYA di alam lahir. Ia juga sampai pada suatu kesadaran bahwa semua yg nampak ada dan memiliki nama, pada hakikatnya hanya memiliki satu sumber nama, yakni Dia Yang Wujud dari segala yg maujud.
Sesampainya di Baghdad, ia menumpang di rumah keluarga besar Ahmad al-Tawalud. Disinilah cakrawala pengetahuan sufinya diasah tajam. Sebab di keluarga al-Tawalud tersedia banyak kitab-kitab ma’rifat dari para sufi kenamaan. Semua kitab itu adalah peninggalan kakek al-Tawalud, Syekh ‘Abdul Mubdi’ al-Baghdadi. Di Irak ini pula, Syekh Siti Jenar bersentuhan dgn paham Syi’ah Ja’fariyyah, yg di kenal sebagai madzhab ahl al-bayt.
Syekh Siti Jenar membaca dan mempelajari dgn Baik tradisi sufi dari al-Thawasinnya al-Hallaj (858-922), al-Bushtamii (w.874), Kitab al-Shidq-nya al-Kharaj (w.899), Kitab al-Ta’aruf al-Kalabadzi (w.995), Risalah-nya al-Qusyairi (w.1074), futuhat al-Makkiyah dan Fushush al-Hikam-nya Ibnu ‘Arabi (1165-1240), Ihya’ Ulum al-Din dan kitab-kitab tasawuf al-Ghazali (w.1111), dan al-Jili (w.1428). secara kebetulan periode al-jili meninggal, Syekh Siti Jenar sudah berusia dua tahun. Sehingga saat itu pemikiran-permikiran al-Jili, merupakan hal yg masih sangat baru bagi komunitas Islam Indonesia.
Dan sebenarnya Syekh Siti Jenar-lah yg pertama kali mengusung gagasan al-Hallaj dan terutama al-Jili ke Jawa. Sementara itu para wali anggota Dewan Wali menyebarluaskan ajaran Islam syar’i madzhabi yg ketat. Sebagian memang mengajarkan tasawuf, namun tasawuf tarekati, yg kebanyakkan beralur pada paham Imam Ghazali. Sayangnya, Syekh Siti Jenar tidak banyak menuliskan ajaran-ajarannya karena kesibukannya menyebarkan gagasan melalui lisan ke berbagai pelosok Tanah Jawa. Dalam catatan sastra suluk Jawa hanya ada 3 kitab karya Syekh Siti Jenar; Talmisan, Musakhaf (al-Mukasysyaf) dan Balal Mubarak. Masyarakat yg dibangunnya nanti dikenal sebagai komunitas Lemah Abang.
Dari sekian banyak kitab sufi yg dibaca dan dipahaminya, yg paling berkesan pada Syekh Siti Jenar adalah kitab Haqiqat al-Haqa’iq, al-Manazil al-Alahiyah dan al-Insan al-Kamil fi Ma’rifat al-Awakhiri wa al-Awamil (Manusia Sempurna dalam Pengetahuan tenatang sesuatu yg pertama dan terakhir). Ketiga kitab tersebut, semuanya adalah puncak dari ulama sufi Syekh ‘Abdul Karim al-Jili.
Terutama kitab al-Insan al-Kamil, Syekh Siti Jenar kelak sekembalinya ke Jawa menyebarkan ajaran dan pandangan mengenai ilmu sangkan-paran sebagai titik pangkal paham kemanuggalannya. Konsep-konsep pamor, jumbuh dan manunggal dalam teologi-sufi Syekh Siti Jenar dipengaruhi oleh paham-paham puncak mistik al-Hallaj dan al-Jili, disamping itu karena proses pencarian spiritualnya yg memiliki ujung pemahaman yg mirip dgn secara praktis/’amali-al-Hallaj; dan secara filosofis mirip dgn al-Jili dan Ibnu ‘Arabi.
Syekh Siti Jenar menilai bahwa ungkapan-ungkapan yg digunakan al-Jili sangat sederhana, lugas, gampang dipahami namun tetap mendalam. Yg terpenting, memiliki banyak kemiripan dgn pengalaman rohani yg sudah dilewatkannya, serta yg akan ditempuhnya. Pada akhirnya nanti, sekembalinya ke Tanah Jawa, pengaruh ketiga kitab itu akan nampak nyata, dalam berbagai ungkapan mistik, ajaran serta khotbah-khotbahnya, yg banyak memunculkan guncangan-guncangan keagamaan dan politik di Jawa.
Syekh Siti Jenar banyak meluangkan waktu mengikuti dan mendengarkan konser-konser musik sufi yg digelar diberbagai sama’ khana. Sama’ khana adalah rumah-rumah tempat para sufi mendengarkan musik spiritual dan membiarkan dirinya hanyut dalam ekstase (wajd). Sama’ khana mulai bertumbuhan di Baghdad sejak abad ke-9 (Schimmel; 1986, hlm. 185). Pada masa itu grup musik sufi yg terkenal adalah al-Qawwal dgn penyanyi sufinya ‘Abdul Warid al-Wajd.
Berbagai pengalaman spiritual dilaluinya di Baghdad sampai pada tingkatan fawa’id (memancarnya potensi pemahaman roh karena hijab yg menyelubunginya telah tersingkap. Dgn ini seseorang akan menjadi berbeda dgn umumnya manusia); dan lawami’ (mengejawantahnya cahaya rohani akibat tersingkapnya fawa’id), tajaliyat melalui Roh al-haqq dan zawaid (terlimpahnya cahaya Ilahi ke dalam kalbu yg membuat seluruh rohaninya tercerahkan). Ia mengalami berbagai kasyf dan berbagai penyingkapan hijab dari nafsu-nafsunya. Disinilah Syekh Siti Jenar mendapatkan kenyataan memadukan pengalaman sufi dari kitab-kitab al-Hallaj, Ibnu ‘Arabi dan al-Jili.
Bahkan setiap kali ia melantunkan dzikir dikedalaman lubuk hatinya dgn sendirinya ia merasakan denting dzikir dan menangkap suara dzikir yg berbunyi aneh, Subhani, alhamdu li, la ilaha illa ana wa ana al-akbar, fa’budni (mahasuci aku, segala puji untukku, tiada tuhan selain aku, maha besar aku, sembahlah aku). Walaupun telinganya mendengarkan orang di sekitarnya membaca dzikir Subhana Allah, al-hamduli Allahi, la ilaha illa Allah, Allahu Akbar, fa’buduhu, namun suara yg di dengar lubuk hatinya adalah dzikir nafsi, sebagai cerminan hasil man ‘arafa bafsahu faqad ‘arafa Rabbahu tersebut. Sampai di sini, Syekh Siti Jenar semakin memahami makna hadist Rasulullah “al-Insan sirri wa ana sirruhu” (Manusia adalah Rahasia-Ku dan Aku adalah rahasianya).
Sebenarnya inti ajaran Syekh Siti Jenar sama dgn ajaran sufi ‘Abdul Qadir al-Jilani (w.1165), Ibnu ‘Arabi (560/1165-638-1240), Ma’ruf al-Karkhi, dan al-Jili. Hanya saja ketiga tokoh tsb mengalami nasib yg baik dalam artian, ajarannya tidak dipolitisasi, sehingga dalam kehidupannya di dunia tidak pernah mengalami intimidasi dan kekerasan sebagai korban politik dan menemui akhir hayat secara biasa.

Dari perenungannya mengenai dunia nafsu manusia, hal ini membawa Syekh Siti Jenar menuai keberhasilan menaklukkan tujuh hijab, yg menjadi penghalang utama pendakian rohani seorang salik (pencari kebenaran). Tujuh hijab itu adalah lembah kasal (kemalasan naluri dan rohani manusia); jurang futur (nafsu menelan makhluk/orang lain); gurun malal (sikap mudah berputus asa dalam menempuh jalan rohani); gurun riya’ (bangga rohani); rimba sum’ah (pamer rohani); samudera ‘ujub (kesombongan intelektual dan kesombongan ragawi); dan benteng hajbun (penghalang akal dan nurani).

Ingsun, Allah dan Kemanunggalan (Syekh Siti Jenar)

1.“Sabda sukma, adhep idhep Allah, kang anembah Allah, kang sinembah
Allah, kang murba amisesa.”
Pernyataan Syekh Siti Jenar diatas secara garis besarnya adalah: “Pernyataan roh yg bertemu-hadapan dgn Allah, yg menyembah Allah, yg disembah Allah, yg meliputi segala sesuatu.”
Ini adalah salah satu sumber pengetahuan ajaran Syekh Siti Jenar yg maksudnya adalah sukma (roh di kedalaman jiwa) sebagai pusat kalam (pembicaraan dan ajaran). Hal itu diakibatkan karena di kedalaman roh batin manusia tersedia cermin yg disebut mir’ah al-haya’ (cermin yg memalukan). Bagi orang yg sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya serta mencapai fana’ cermin tersebut akan muncul, yg menampakkan kediriannya dengan segala perbuatan tercelanya. Jika ini telah terbuka maka tirai-tirai Rohani juga akan tersingkap, sehingga kesejatian dirinya beradu-adu (adhep idhep), “aku ini kau, tapi kau aku”.
Maka jadilah dia yg menyembah sekaligus yg disembah, sehingga dirinya sebagai kawula-Gusti memiliki wewenang murba amisesa, memberi keputusan apapun tentang dirinya, menyatu iradah dan kodrat kawula-Gusti.

2. “Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan pancaindera. Pancaindera ini merupakan barang pinjaman, yg jika sudah diminta oleh yg empunya, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis. Oleh karena itu pancaindera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari pancaindera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa tidur dan seringkali tidak jujur. Akal itu pula yg siang malam mengajak dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki dapat pula menuju perbuatan jahat, menimbulkan kesombongan, untuk akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan, sehingga menodai nama dan citranya. Kalau sudah sampai sedemikian jauhnya, baru orang menyesalkan perbuatannya.”
Menurut Syekh Siti Jenar, baik pancaindera maupun perangkat akal tidak dapat dijadikan pegangan dan pedoman hidup. Sebab semua itu bersifat baru, bukan azali. Satu-satunya yg bisa dijadikan gondhelan dan gandhulan hanyalah Zat Wajibul Maulanan, Zat Yang Maha Melindungi. Pancaindera adalah pintu nafsu dan akal adalah pintu bagi ego. Semuanya harus ditundukkan di bawah Zat Yang Wajib memimpin.
Karena hanya Dialah yg menunjukkan semua budi baik. Jadi pancaindera harus dibimbing oleh budi dan budi dipimpin oleh Sang Penguasa Budi atau Yang Maha Budi. Sedangkan Yang Maha Budi itu tidak terikat dalam jeratan dan jebakan nama tertentu. Sebab nama bukanlah hakikat. Nama itu bisa Allah, Hyang Widi, Hyang Manon, Sang Wajibul Maulana dan sebagainya. Semua itu produk akal, sehingga nama tidak perlu disembah. Jebakan nama dalam syari’at justru malah merendahkan nama-NYA.

3.“Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, sunsum, bisa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya? Biarpun bersembahyang seribu kali setiap harinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi akhirnya menjadi debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, Apakah para Wali dapat membawa Pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan batu, dalilnya layabtakiru hilamuhdil yg artinya tidak membuat sesuatu wujud lagi tentang terjadinya alam semesta sesudah dia membuat dunia.”
Dari pernyataan itu nampak Syekh Siti Jenar memandang alam makrokosmos sama dengan mikrokosmos (manusia). Kedua hal tersebut merupakan barang baru ciptaan Tuhan yg sama-sama akan mengalami kerusakan atau tidak kekal.
Pada sisi lain, pernyataan Syekh Siti Jenar tsb mempunyai muatan makna pernyataan sufistik, “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia pasti mengenal Tuhannya.” Sebab bagi Syekh Siti Jenar manusia yg utuh dalam jiwa raganya merupakan wadag bagi penyanda, termasuk penyanda alam semesta. Itulah sebabnya pengelolaan alam semesta menjadi tanggungjawab manusia.
Maka mikrokosmos manusia, tidak lain adalah Blueprint dan gambaran adanya jagat besar termasuk semesta.
Baginya Manusia terdiri dari jiwa dan raga yg intinya ialah jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan (Sang Pribadi). Sedangkan raga adalah bentuk luar dari jiwa yg dilengkapi pancaindera, berbagai organ tubuh seperti daging, otot, darah dan tulang. Semua aspek keragaan atau ketubuhan adalah barang pinjaman yg suatu saat setelah manusia terlepas dari pengalaman kematian di dunia ini, akan kembali berubah menjadi tanah.
Sedangkan rohnya yg menjadi tajalli Ilahi, manunggal ke dalam keabadian dengan Allah.

4. “Segala sesuatu yg terjadi di alam semesta ini pada hakikatnya adalah af’al (perbuatan) Allah. Berbagai hal yg dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi keliru dan sesat pandangan yg mengatakan bahwa yg baik dari Allah dan yg buruk dari selain Allah.” “…Af’al Allah harus dipahami dari dalam dan dari luar diri. Saat manusia menggoreskan pena misalnya, di situ lah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yg dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-NYA, yakni kemampuan kodrati gerak pena. Di situlah berlaku dalil "Wa Allahu khalaqakum wa ma ta’malun (Qs.Ash-Shaffat:96)", yg maknanya Allah yg menciptakan engkau dan segala apa yg engkau perbuat. Di sini terkandung makna mubasyarah. Perbuatan yg terlahir dari itu disebut al-tawallud. Misalnya saya melempar batu. Batu yg terlempar dari tangan saya itu adalah berdasarkan kemampuan kodrati gerak tangan saya. Di situ berlaku dalil "Wa ma ramaita idz ramaita walakinna Allaha rama (Qs.Al-Anfal:17)", maksudnya bukanlah engkau yg melempar, melainkan Allah jua yg melempar ketika engkau melempar. Namun pada hakikatnya antara mubasyarah dan al-tawallud hakikatnya satu, yakni af’al Allah sehingga berlaku dalil la haula wa la quwwata illa bi Allahi al-‘aliyi al-‘adzimi. Rosulullah bersabda “La tataharraku dzarratun illa bi idzni Allahi", yg maksudnya tidak akan bergerak satu dzarah pun melainkan atas idzin Allah.”
Eksistensi manusia yg manunggal ini akan nampak lebih jelas peranannya, dimana manusia tidak lain adalah ke-Esa-an dalam af’al Allah. Tentu ke-Esa-an bukan sekedar af’al, sebab af’al digerakkan oleh dzat. Sehingga af’al yg menyatu menunjukkan adanya ke-Esa-an dzat, kemana af’al itu dipancarkan.

5. “Di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yg cepat juga akan menjadi busuk dan bercampur tanah. Ketahuilah juga apa yg dinamakan kawula-Gusti tidak berkaitan dgn seorang manusia biasa seperti yg lain-lain. Kawula dan Gusti itu sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-Gusti itu berlaku, yakni selama saya mati. Nanti, kalau saya sudah hidup lagi, Gusti dan kawula lenyap, yg tinggal hanya hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam ADA sendiri. Bila kau belum menyadari kebenaran kata-kataku maka dgn tepat dapat dikatakan, bahwa kau masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak hiburan aneka warna. Lebih banyak lagi hal-hal yg menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat pancaindera. Itu hanya impian yg sama sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orang yg terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian. Satu-satunya yg kuusahakan, ialah kembali kepada kehidupan.”
Syekh Siti Jenar menyatakan dgn tegas bahwa dirinya sebagaiTuhan, ia memiliki hidup dan Ada dalam dirinya sendiri, serta menjadi Pangeran bagi seluruh isi dunia. Sehingga didapatkan konsistensi antara keyakinan hati, pengalaman keagamaan, dan sikap perilaku dzahirnya. Juga ditekankan satu hal yg selalu tampil dalam setiap ajaran Syekh Siti Jenar. Yakni pendapat bahwa manusia selama masih berada di dunia ini sebetulnya mati, baru sesudah ia dibebaskan dari dunia ini, akan dialami kehidupan sejati. Kehidupan ini sebenarnya kematian ketika manusia dilahirkan. Badan hanya sesosok mayat karena ditakdirkan untuk sirna. (bandingkan dengan Zoetmulder; 364). Dunia ini adalah alam kubur, dimana roh suci terjerat badan wadag yg dipenuhi oleh berbagai goda-nikmat yg menguburkan kebenaran sejati dan berusaha menguburkan kesadaran Ingsun Sejati.

SURGA DAN NERAKA Syekh Siti Jenar

“anal jannatu wa nara katannalr al anna”, sering digunakan oleh Syekh Siti Jenar dalam menjelaskan hakikat surga dan neraka. Penulisan yg benar nampaknya adalah “inna al-janatu wa al-naru qath’un ‘an al-ana” (Sesungguhnya keberadaan surga dan neraka itu telah nyata adanya sejak sekarang atau di dunia ini).
Sesungguhnya, menurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidaklah kekal. Yang menganggap kekal surga dan neraka itu adalah kalangan awam. Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan binasa.
Bagi Syekh Siti Jenar, surga atau neraka bukanlah tempat tertentu untuk memberikan pembalasan baik dan buruknya manusia. Surga neraka adalah perasaan roh di dunia, sebagai akibat dari keadaan dirinya yg belum dapat menyatu-tunggal dgn Allah. Sebab bagi manusia yg sudah memiliki ilmu kasampurnan, jelas bahwa ketika mengalami kematian dan melalui pintunya, ia kembali kepada Hidup Yang Agung, hidup yang tan kena kinaya ngapa (hidup sempurna abadi sebagai Sang Hidup). Yaitu sebagai puncak cita-cita dan tujuan manusia.
Jadi, karena surga dan neraka itu ternyata juga makhluk, maka surga dan neraka tidaklah kekal, dan juga bukanlah tempat kembalinya manusia yang sesungguhnya. Sebab tidak mungkin makhluk akan kembali kepada makhluk, kecuali karena keadaan yang belum sempurna hidupnya. Oleh al-Qur’an sudah ditegaskan bahwa tempat kembalinya manusia hanya Allah, yang tidak lain adalah proses kemanunggalan ……ilaihi raji’un, ilaihi al-mashir………

PUASA dan HAJI Syekh Siti Jenar

“Syahadat, shalat dan puasa itu, sesuatu yang tidak diinginkan, jadi tidak perlu. Adapun zakat dan naik haji ke Makah, itu semua omong kosong (palson kabeh). Itu seluruhnya kedurjanaan budi, penipuan terhadap sesama manusia. Orang-orang dungu yg menuruti aulia, karena diberi harapan surga di kelak kemudian hari, itu sesungguhnya keduanya orang yang tidak tahu. Lain halnya dengan saya, Siti Jenar.”
“Tiada pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di mesjid mengenakan jubah, pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala berbelulang. Sesungguhnya hal ini idak masuk akal! Di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka-duka, menderita sakit dan duka nestapa, tiada beda satu dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal saja, yaitu Gusti Zat Maulana.”
Syekh Siti jenar menyebutkan bahwa syariat yang diajarkan para wali adalah “omong kosong belaka”, atau “wes palson kabeh”(sudah tidak ada yang asli). Tentu istilah ini sangat amat berbeda dengan anggapan orang selama ini, yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar menolak syari’at Islam. Yang ditolak adalah reduksi atas syari’at tersebut. Syekh Siti Jenar menggunakan istilah “iku wes palson kabeh”, yg artinya “itu sudah dipalsukan atau dibuat palsu semua.” Tentu ini berbeda pengertiannya dengan kata “iku palsu kabeh” atau “itu palsu semua.”
Jadi yang dikehendaki Syekh Siti Jenar adalah penekanan bahwa syari’at Islam pada masa Walisanga telah mengalami perubahan dan pergeseran makna dalam pengertian syari’at itu. Semuanya hanya menjadi formalitas belaka. Sehingga manfaat melaksanakan syariat menjadi hilang. Bahkan menjadi mudharat karena pertentangan yang muncul dari aplikasi formal syariat tsb.
Bagi Syekh Siti Jenar, syariat bukan hanya pengakuan dan pelaksanaan, namun berupa penyaksian atau kesaksian. Ini berarti dalam pelaksanaan syariat harus ada unsur pengalaman spiritual. Nah, bila suatu ibadah telah menjadi palsu, tidak dapat dipegangi dan hanya untuk membohongi orang lain, maka semuanya merupakan keburukan di bumi.
Apalagi sudah tidak menjadi sarana bagi kesejahteraan hidup manusia. Ditambah lagi, justru syariat hanya menjadi alat legitimasi kekuasaan (seperti sekarang ini juga). Yang mengajarkan syari’at juga tidak lagi memahami makna dan manfaat syari’at itu, dan tidak memiliki kemampuan mengajarkan aplikasi syari’at yg hidup dan berdaya guna. Sehingga syari’at menjadi hampa makna dan menambah gersangnya kehidupan rohani manusia.
Nah, yg dikritik Syekh Siti Jenar adalah shalat yg sudah kehilangan makna dan tujuannya itu. Shalat haruslah merupakan praktek nyata bagi kehidupan. Yakni shalat sebagai bentuk ibadah yg sesuai dgn bentuk profesi kehidupannya. Orang yg melakukan profesinya secara benar, karena Allah, maka hakikatnya ia telah melaksanakan shalat sejati, shalat yg sebenarnya. Orientasi kepada yang Maha Benar dan selalu berupaya mewujudkan Manunggaling Kawula Gusti, termasuk dalam karya, karsa-cipta itulah shalat yg sesungguhnya.

Makna Ihsan…..

“Itulah yang dianggap Syekh Siti Jenar Hyang Widi. Ia berbuat baik dan menyembah atas kehendak-NYA. Tekad lahiriahnya dihapus. Tingkah lakunya mirip dengan pendapat yg ia lahirkan. Ia berketetapan hati untuk berkiblat dan setia, teguh dalam pendiriannya, kukuh menyucikan diri dari segala yg kotor, untuk sampai menemui ajalnya tidak menyembah kepada budi dan cipta. Syekh Siti Jenar berpendapat dan menggangap dirinya bersifat Muhammad, yaitu sifat rasul yg sejati, sifat Muhammad yg kudus.”
“Gusti Zat Maulana. Dialah yg luhur dan sangat sakti, yg berkuasa maha besar, lagipula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas kehendak-NYA. Dialah yg maha kuasa, pangkal mula segala ilmu, maha mulia, maha indah, maha sempurna, maha kuasa, rupa warna-NYA tanpa cacat seperti hamba-NYA. Di dalam raga manusia Ia tiada nampak. Ia sangat sakti menguasai segala yg terjadi dan menjelajahi seluruh alam semesta, Ngidraloka”.
Dua kutipan di atas adalah aplikasi dari teologi Ihsan menurut Syekh Siti Jenar, bahwa sifatullah merupakan sifatun-nafs. Ihsan sebagaimana ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu hadistnya (Sahih Bukhari, I;6), beribadah karena Allah dgn kondisi si ‘Abid dalam keadaan menyaksikan (melihat langsung) langsung adanya si Ma’bud. Hanya sikap inilah yg akan mampu membentuk kepribadian yg kokoh-kuat, istiqamah, sabar dan tidak mudah menyerah dalam menyerukan kebenaran.
Sebab Syekh Siti Jenar merasa, hanya Sang Wujud yg mendapatkan haq untuk dilayani, bukan selain-NYA. Sehingga, dgn kata lain, Ihsan dalam aplikasinya atas pernyataan Rasulullah adalah membumikan sifatullah dan sifatu-Muhammad menjadi sifat pribadi.
Dengan memiliki sifat Muhammad itulah, ia akan mampu berdiri kokoh menyerukan ajarannya dan memaklumkan pengalamannya dalam “menyaksikan langsung” ada-NYA Allah. “Persaksian langsung” itulah terjadi dalam proses manunggal.
“Hyang Widi, wujud yg tak nampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya mempunyai wujud, seperti penampakan raga yg tiada tampak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus-menerus, menggambarkan kenyataan tiada berdusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yg meniadakan permulaan, karena asal dari diri pribadi.”
Ihsan berasal dari kondisi hati yg bersih. Dan hati yg bersih adalah pangkal serta cermin seluruh eksistensi manusia di bumi. Keihsanan melahirkan ketegasan sikap dan menentang ketundukan membabi-buta kepada makhluk. Ukuran ketundukan hati adalah Allah atau Sang Pribadi. Oelh karena itu, sesama manusia dan makhluk saling memiliki kemerdekaan dan kebebasan diri. Dan kebebasan serta kemerdekaan itu sifatnya pasti membawa kepada kemajuan dan peradaban manusia, serta tatanan masyarakat yg baik, sebab diletakkan atas landasan Ke-Ilahian manusia. Penjajahan atas eksistensi manusia lain hakikatnya adalah bentuk dari ketidaktahuan manusia akan Hyang Widhi…Allah (seperti Rosul sering sekali mengatakan bahwa “Sesungguhnya mereka tidak mengerti”).
Karena buta terhadap Allah Yang Maha Hadir bagi manusia itulah, maka manusia sering membabi-buta merampas kemanusiaan orang lain. Dan hal ini sangat ditentang oleh Syekh Siti Jenar. Termasuk upaya sakralisasi kekuasaan Kerajaan Demak dan Sultannya, bagi Syekh Siti Jenar harus ditentang, sebab akan menjadi akibat tergerusnya ke-Ilahian ke dalam kedzaliman manusia yang mengatasnamakan hamba Allah yg shalih dan mengatasnamakan demi penegakan syari’at Islam.
Pribadi adalah pancara roh, sebagai tajalli atau pengejawantahan Tuhan. Dan itu hanya terwujud dengan proses wujudiyah, Manuggaling Kawula-Gusti, sebagai puncak dan substansi tauhid. Maka manusia merupakan wujud dari sifat dan dzat Hyang Widi itu sendiri. Dengan manusia yg manunggal itulah maka akan menjadikan keselamatan yg nyata bukan keselamatan dan ketentraman atau kesejahteraan yg dibuat oleh rekayasa manusia, berdasarkan ukurannya sendiri. Namun keselamatan itu adalah efek bagi terejawantah-NYA Allah melalui kehadiran manusia.
Sehingga proses terjadinya keselamatan dan kesejahteraan manusia berlangsung secara natural (sunnatullah), bukan karena hasil sublimasi manusia, baik melalui kebijakan ekonomi, politik, rekayasa sosial dan semacamnya sebagaimana selama ini terjadi.
Maka dapat diketahui bahwa teologi Manuggaling Kawula Gusti adalah teologi bumi yg lahir dengan sendirinya sebagai sunnatullah. Sehingga ketika manusia mengaplikasikannya, akan menghasilkan manfaat yg natural juga dan tentu pelecehan serta perbudakan kemanusiaan tidak akan terjadi, sifat merasa ingin menguasai, sifat ingin mencari kekuasaan, memperebutkan sesama manusia tidak akan terjadi. Dan tentu saja pertentangan antar manusia sebagai akibat perbedaan paham keagamaan, perbedaan agama dan sejenisnya juga pasti tidak akan terjadi.

Tafsir Kisah Musa dan Khidir (Syekh Siti Jenar)

“Sesungguhnya, Khidir AS bukanlah sosok lain yg terpisah sama sekali dari keberadaan manusia rohani. Apa yg disaksikan sebagai tanah menjorok dgn lautan di sebelah kanan dan kiri itu bukanlah suatu tempat yg berada di luar diri manusia. Tanah itulah yg disebut perbatasan (barzakh). Dua lautan itu adalah Lautan Makna (bahr al-ma’na), perlambang alam tidak kasatmata (‘alam al-ghaib) dan lautan Jisim (bahr al-ajsam), perlambang alam kasatmata (‘alam asy-syahadat).”
“Sedangkan kawanan udang adalah perlambang para pencari Kebenaran yg sudah berenang di perbatasan alam kasatmata san alam tidak kasatmata. Kawanan udang perlambang para penempuh jalan rohani (salik) yg benar-benar bertujuan mencari Kebenaran. Sementara itu, kawanan udang yg berenang di lautan sebelah kiri, di antara batu-batu, merupakan perlambang para salik yg penuh diliputi hasrat-hasrat dan pamrih-pamrih duniawi.”
“Sesungguhnya, peristiwa yg dialami Nabi Musa AS dgn Khidir AS, sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur’an Al-Karim, bukanlah hanya peristiwa sejarah seorang manusia bertemu manusia lain. Ia adalah peristiwa perjalanan rohani yg berlangsung di dalam diri Nabi Musa AS sendiri. Sebagaimana yg telah saya jelaskan, yg disebut dua lautan di dalam Al-Qur’an tidak lain dan tidak bukan adalah Lautan Makna (bahr al-ma’na) dan Lautan Jisim (bahr al-ajsam). Kedua lautan itu dipisahkan oleh wilayah perbatasan atau sekat (barzakh).”
“Ikan dan lautan dalam kisah Qur’ani itu merupakan perlambang dunia kasatmata (‘alam asy-syahadat) yg berbeda dengan wilayah perbatasan yg berdampingan dgn dunia gaib (‘alam al-ghaib). Maksudnya, jika saat itu Nabi Musa AS melihat ikan dan kehidupan yg melingkupi ikan tersebut dari tempatnya berdiri, yaitu di wilayah perbatasan antara dua lautan, maka Nabi Musa AS akan melihat sang ikan berenang di dalalm alamnya, yaiu lautan. Jika saat itu Nabi Musa AS mencermati maka ia akan dapat menyaksikan bahwa sang ikan yg berenang itu dapat melihat segala sesuatu di dalam lautan, kecuali air (dilambangkan manusia juga sama). Maknanya, sang ikan hidup di dalam air dan sekaligus di dalam tubuh ikan ada air, tetapi ia tidak bisa melihat iar dan tidak sadar jika dirinya hidup di dalam air. Itulah sebabnya, ikan tidak dapat hidup tanpa air yg meliputi bagian luar dan bagian dalam tubuhnya. Di mana pun ikan berada, ia akan selalu diliputi air yg tak bisa dilihatnya.”
“Sementara itu, seandainya sang ikan di dalam lautan melihat Nabi Musa AS dari tempat hidupnya di dalam air lautan maka sang ikan akan berkata bahwa Musa AS di dalam dunia-yang diliputi udara kosong-dapat menyaksikan segala sesuatu, kecuali udara kosong yg meliputinya itu. Maknanya, Nabi Musa AS hidup di dalam liputan udara kosong yg ada di luar maupun di dalam tubuhnya, tetapi ia tidak bisa melihat udara kosong dan tidak sadar jika dirinya hidup di dalam udara kosong. Itu sebabnya, Nabi Musa AS tidak dapat hidup tanpa udara kosong yg meliputi bagian luar dan dalam tubuhnya. Di mana pun Nabi Musa AS berada, ia akan selalu diliputi udara kosong yg tidak bisa dilihatnya.”
“Sesungguhnya, pemuda (al-fata) yg mendampingi Nabi Musa AS dan membawakan bekal makanan adalah perlambang dari terbukanya pintu alam tidak kasatmata. Sesungguhnya, dibalik keberadaan pemuda (al-fata) itu tersembunyi hakikat sang Pembuka (al-Fattah). Sebab, hijab gaib yg menyelubungi manusia dari Kebenaran sejati tidak akan bisa dibuka tanpa kehendak Dia, sang Pembuka (al-Fattah). Itu sebabnya, saat Nabi Musa AS bertemu dgn Khidir AS, pemuda (al-fata) itu disebut-sebut lagi karena ia sejatinya merupakan perlambang keterbukaan hijab ghaib.”
“Adapun bekal makanan yg berupa ikan adalah perlambang pahala perbuatan baik (al-‘amal ash-shalih) yg hanya berguna untuk bekal menuju ke Taman Surgawi (al-jannah). Namun, bagi pencari Kebenaran sejati, pahala perbuatan baik itu justru mempertebal gumpalan kabut penutup hati (ghain). Itu sebabnya, sang pemuda mengaku dibuat lupa oleh setan hingga ikan bekalnya masuk ke dalam lautan.”
“Andaikata saat itu Nabi Musa AS memerintahkan si pemuda untuk mencari bekal yg lain, apalagi sampai memburu bekal ikan yg telah masuk ke dalam laut, niscaya Nabi Musa AS dan si pemuda tentu akan masuk ke Lautan Jisim (bahr al-ajsam) kembali. Dan, jika itu terjadi maka setan berhasil memperdaya Nabi Musa AS.”
“Ternyata, Nabi Musa AS tidak peduli dgn bekal itu. Ia justru menyatakan bahwa tempat di mana ikan itu melompat ke lautan adalah tempat yg dicarinya sehingga tersingkaplah gumpalan kabut ghain dari kesadaran Nabi Musa AS. Saat itulah purnama rohani zawa’id berkilau dan Nabi Musa AS dapat melihat Khidir AS, hamba yg dilimpahi rahmat dan kasih sayang (rahmah al-khashshah) yg memancar dari citra ar-Rahman dan ar-Rahim dan Ilmu Ilahi (ilm ladunni) yg memancar dari Sang Pengetahuan (al-Alim).”
“Anugerah Ilahi dilimpahkan kepada Khidir AS karena dia merupakan hamba-NYA yg telah mereguk Air Kehidupan (ma’ al-hayat) yg memancar dari Sang Hidup (al-Hayy). Itu sebabnya, barang siapa di antara manusia yg berhasil bertemu Khidir AS di tengah wilayah perbatasan antara dua lautan, sesungguhnya manusia itu telah menyaksikan pengejawantahan Sang Hidup (al-Hayy), Sang Penyayang (ar-Rahim). Dan, sesungguhnya Khidir AS itu tidak lain dan idak bukan adalah ar-roh al-idhafi, cahaya hijau terang yg tersembunyi di dalam diri manusia, “Sang Penuntun” anak keturunan Adam AS ke jalan Kebenaran Sejati. Dialah penuntun dan penunjuk (mursyid) sejati ke jalan Kebenaran (al-Haqq). Dia sang mursyid adalah pengejawantahan yang Maha Menunjuki (as –Rasyid).”
“Demikianlah, saat sang salik melihat Khidir AS sesungguhnya ia telah menyaksikan ar-roh al-idhafi, mursyid sejati di dalam diri manusia sendiri. Saat ia menyaksikan kawanan udang di lautan sebelah kanan, sesungguhnya ia telah menyaksikan Lautan Makna (bahr-al-ma’na) yg merupakan hamparan permukaan Lautan Wujud (bahr al-wujud). Namun, jika terputus penglihatan batiin (bashirab) itu pada titik ini, berarti perjalanan menusia itu menuju ke Kebenaran Sejati masih akan berlanjut.”
Sesungguhnya, perjalanan rohani menuju Kebenaran Sejati penuh diliputi tanda kebesaran Ilahi yg hanya bisa diungkapkan dalam bahasa perlambang. Sesungguhnya, masing-masing menusia akan mengalami pengalaman rohani yg berbeda sesuai pemahamannya dalam menangkap kebenaran demi kebenaran. Yang jelas, pengalaman yg akan manusia alami tidak selalu mirip dgn pengalaman yg dialami Nabi Musa AS.”
“Setelah berada di wilayah perbatasan, Khidir AS dan Nabi Musa AS digambarkan melanjutkan perjalanan memasuki Lautan Makna, yaitu alam tidak kasatmata. Mereka kemudian digambarkan menumpang perahu. Sesungguhnya, perahu yg mereka gunakan untuk menyeberang itu adalah perlambang dari wahana (syari’ah) yg lazimnya digunakan oleh kalangan awam untuk mencari ikan, yakni perlambang perbuatan baik (al ‘amal ash-shalih). Padahal, perjalanan mengarungi Lautan Makna menuju Kebenaran Sejati adalah perjalanan yg sangat pribadi menuju Lautan Wujud. Itulah sebabnya, perahu (syari’ah) itu harus dilubangi agar air dari Lautan Makna masuk ke dalam perahu dan penumpang perahu mengenal hakikat air yg mengalir dari lubang tersebut.”
“Setelah penumpang perahu mengenal air yg mengalir dari lubang maka ia akan menjadi sadar bahwa lewat lubang itulah sesungguhnya ia akan bisa masuk ke dalam Lautan Makna yg merupakan permukaan Lautan Wujud. Andaikata perahu itu tidak dilubangi, dan kemudian perahu diteruskan berlayar, maka perahu itu tentu akan dirampas oleh Sang Maha Raja (malik al-Mulki) sehingga penumpangnya akan menjadi tawanan. Jika sudah demikian, maka untuk selamanya sang penumpang perahu tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju Dia, Yang Maha Ada (al-Wujud), yg bersemayam di segenap penjuru hamparan Lautan Wujud. Penumpang perahu itu mengalami nasib seperti penumpang perahu yg lain, yakni akan dijadikan hamba sahaya oleh Sang Maha Raja. Bahkan, jika Sang Maha Raja menyukai hamba sahaya-NYA itu maka ia akan diangkat sebagai penghuni Taman (jannah) indah yg merupakan pengejawantahan Yang Maha Indah (al Jamal).”
“Adapun Atas Pernyataan kenapa wahana (syariah) harus dilubangi dan tidak lagi digunakan dalam perjalanan menembus alam ghaib manuju Dia? Dapat dijelaskan sebagai berikut.”
“Sebab, wahana adalah kendaraan bagi manusia yg hidup di alam kasatmata untuk pedoman menuju ke Taman Surgawi. Sedangkan alam tidak kasatmata adalah alam yg tidak jelas batas-batasnya. Alam yg tidak bisa dinalar karena segala kekuatan akal manusia mengikat itu tidak bisa berijtihad untuk menetapkan hukum yg berlaku di alam gaib. Itu sebabnya, Khidir AS melarang Nabi Musa AS bertanya sesuatu dgn akalnya dalam perjalanan tersebut. Dan, apa yg disaksikan Nabi Musa AS terdapat perbuatan yg dilakukan Khidir AS benar-benar bertentangan dgn hukum suci (syari’at) dan akal sehat yg berlaku di dunia, yakni melubangi perahu tanpa alasan, membunuh seorang anak kecil tak bersalah dan menegakkan tembok runtuh tanpa upah.”
“Namun jika wahana (syari’ah) tidak lagi bisa dijadikan petunjuk, sebenarnya pedomannya tetaplah sama, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul. Tetapi pemahamannya bukan dgn akal (‘aql) melainkan dgn dzauq, yaitu cita rasa rohani. Inilah yg disebut cara (thariqah). Di sini, sang salik selain harus berjuang keras juga harus pasrah kepada kehendak-NYA. Sebab, telah termaktub dalam dalil araftu rabbi bi rabbi bahwa kita hanya mengenal Dia dgn Dia. Maksudnya jika Tuhan tidak berkehendak kita mengenal-NYA maka kita pun tidak akan bisa mengenal-NYA. Dan, kita mengenal-NYA pun maka hanya melalui Dia (walaupun kita tidak mau tetapi semua telah kehendak-NYA). Itu sebabnya, di alam tidak kasatmata yg tidak jelas batas dan tanda-tandanya itu kita tidak dapat berbuat sesuatu kecuali pasrah seutuhnya dan mengharap limpahan rahmat dan hidayah-NYA.”
“Tentang makna di balik kisah Khidir AS membunuh seorang anak (ghulam) dapat saya jelaskan sebagai berikut.”
“Anak adalah perlambang keakuan kerdil yg kekanak-kanakan. Kedewasaan rohani seorang yg teguh imannya bisa runtuh akibat terseret cinta kepada keakuan kerdil yg kekanak-kanakan tersebut. Itu sebabnya, keakuan kerdil y kekanak-kanakan itu harus dibunuh agar kedewasaan rohani tidak terganggu.”
“Sesungguhnya, di dalam perjalanan rohani menuju Kebenaran Sejati selalu terjadi keadaan di mana keakuan kerdil yg kekank-kanakan (ghulam) dari salik cenderung mengikari kehambaan dirinya terhadap Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad) sebagai akibat ia belum fana ke dalam Sang Rasul (fana fi rasul). Ghulam cenderung durhaka dan ingkar terhadap kehambaan kepada Sang Rasul. Jika keakuan yg kerdil dan kekanak-kanakan itu dibunuh maka akan lahir ghulam yg lebih baik dan lebih diberbakti yg melihat dengan mata batin bahwa dia sesungguhnya adalah “hamba” dari Sang Rasul, pengejawantahan Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad).”
“Sesungguhnya, keakuan kerdil yg kekanak-kanakan adalah perlambang dari keberadaan nafsu manusia yg cenderung durhaka dan ingkar terhadap Sumbernya. Sedangkan ghulam yg baik dan berbakti merupakan perlambang dari keberadaan roh manusia yg cenderung setia dan berbakti kepada Sumbernya. Dan sesungguhnya, perbuatan Khidir AS itu adalah perlambang yg sama saat Nabi Ibrahim AS akan menyembelih Nabi Ismail AS ‘Pembuhunan’ itu adalah perlambang puncak dari keimanan mereka yg beriman (mu’min).”
“Adapun dinding yg ditinggikan Khidir AS adalah perlambang Sekat Tertinggi (al barzakh al ‘a’la) yg disebut juga dgn Hijab Yang Maha Pemurah (hajib ar-Rahman). Dinding itu adalah pengejawantahan Yang Maha Luhur (al-Jalil). Lantaran itu, dinding tersebut dinamakan Dinding al-Jalal (al jidar al-Jalal), yg dibawahnya tersimpan Khazanah Perbendaharaan (Tahta al-Kanz) yg ingin diketahui.”
“Sedangkan dua anak yatim (ghulamaini yatimaini) pewaris dinding itu adalah perlambang jati diri Nabi Musa AS, yg keberadaannya terbentuk atas jasad ragwi (al-basyar) dan rohani (roh). Kegandaan jati diri manusia itu baru tersingkap jika seseorang sudah berada dalam keadaan tidak memiliki apa-apa (muflis), terkucil sendiri (mufrad) dan telah berada di dalam waktu tak berwaktu (ibn al-waqt). Dua anak yatim itu adalah perlambang gambaran Nabi Musa AS dan bayangannya di depan Cermin Memalukan (al-mir’ah al-haya’I).”
“Adapun gambaran tentang ‘ayah yg salih’ dari kedua anak yatim, yakni ayah yg mewariskan Khazanah Perbendaharaan , adalah perlambang diri dari Abu halih, Sang Pembuka Hikmah (al-hikmah al-futuhiyyah), yakni pengejawantahan Sang Pembuka. Dengan demikian apa yg telah dialami Nabi Musa AS dalam perjalanan bersama Khidir AS (QS. Al-Kahfi : 60-82) menurut penafsiran adalah perjalanan rohani Nabi Musa AS ke dalam dirinya sendiri yg penuh dgn perlambang (isyarat).”
“Memang Nabi Musa AS lahir hanya satu. Namun, keberadaan jati dirinya sesungguhnya adalah dua, yaitu pertama keberadaan sebagai al-basyar ‘anak’ Adam AS yg berasal dari anasir tanah yg tercipta; dan keberadaannya sebagai roh ‘anak’ Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad) yg berasal dari tiupan (nafakhtu) Cahaya di Atas Cahaya (Nurun ‘ala Nurin). Maksudnya, sebagai al-basyar, keberadaan jasad ragawi nabi Musa AS berasal dari Yang Mencipta (al-Kha-liq).”
“Sehingga tidak akan pernah terjadi perseteruan dalam memperebutkan Khazanah Perbendaharaan warisan ayahnya yg shalih. Sebab, saat keduanya berdiri berhadap-hadapan di depan Dinding al-jalal (al-jidar al-Jalal) dan mendapati dinding itu runtuh maka saat itu yg ada hanya satu anak yatim. Maksudnya, saat itu keberadaan al-basyar ‘anak’ Adam AS akan terserap ke dalam roh ‘anak’ Nur Muhammad. Saat itulah sang anak sadar bahwa ia sejatinya berasal dari Cahaya di Atas cahaya (Nurun ‘ala Nurin) yg merupakan pancaran dari Khazanah Perbendaharaan. Sesungguhnya, hal semacam itu tidak bisa diuraikan dgn kaidah-kaidah nalar manusia karena akan membawa kesesatan. Jadi, harus dijalani dan dialami sendiri sebagai sebuah pengalaman pribadi.”

Penjelasan tentang konsep Shiratal Mustaqim (Syekh Siti Jenar)
“Saya hanya memberi sebuah petunjuk yg bisa digunakan untuk meniti jembatan (shirath) ajaib ke arah-NYA. Saya katakan ajaib karena jembatan itu bisa menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak mereka yg meniti dgn tujuan yg hendak dicapai.”
“Sebagaimana kisah Nabi Musa AS dalam perjalanan mencari Khidir AS, jembatan itu memiliki empat bagian mantra yg masing-masing memiliki pintu. Pertama, mantra istighfar yg berisi perlambang Nabi Musa AS bersama pemuda (al-fata) menjumpai Khidir AS di perbatasan antara dua lautan. Kedua, mantra salawat yg berisi perlambang Khidir AS melubangi perahu. Ketiga, mantra dalil yg berisi perlambang Khidir AS membunuh anak. Keempat, mantra nafs al-haqq yg berisi perlambang Khidir AS menegakkan dinding yg di bawahnya tersembunyi perbendaharaan.”
Bagi kalangan awam, istighfar lazimnya dipahami sebagai upaya memohon ampun kepada al-ghaffar sehingga mereka beroleh ampunan (maghfirah). Tetapi bagi para salik, istighfar adalah upaya memohon pembebasan dari ‘belenggu’ (penjara) kekauan kepada al-ghaffar sehingga beroleh maghfirah yg menyingkap tabir ghain yg menyelubungi manusia. Sesungguhnya di dalam Asma’ al-Ghaffar terangkum makna Maha Pengampun dan juga Makna Maha Menutupi, Maha menyembunyikan dan Maha Menyelubungi.”
“Sesungguhnya perjalanan manusia, ketika sudah mengalami kasyf al-hijab ia telah sampai ke bagian jembatan yg disebut mantra istighfar. Tabir ghain yg menyelubungi keakuannya telah menyingsing. Ia telah menyaksikan Khidir AS, namun karena kadang ia terperangkap pada keinginan untuk memperoleh karunia-NYA semata (karamah dari kealian), namun ia hanya berputar-putar di mantra istighfar yg penuh diliputi gambaran-gambaran indah karunia-NYA.”
“Cara melepaskan hal itu, agar ia sampai pada mantra salawat adalah dgn “Melubangi perahu” seperti yg dilakukan Khidir AS hal ini harus dilakukan.”
“Tanpa melubangi perahu (maksudnya tinggalkan akal dimana itu hanya sekedar pancaindera yg tidak kekal dan hanya niat yg tulus dan "kasih" maka akan diberikan hidayah bagi yg demikian.....seperti Prabu Jayabaya melakukan Moksa, Beliau meninggalkan segala bentuk atribut kerajaan yg diperlambang meninggalkan akal..dan intinya kembali ke fitrah seorang bayi yg melihat dgn "kasih" tanpa ada kerajaan "Akal" di kepalanya), sang salik tidak akan mengetahui hakikat sejati Lautan Wujud (bahr al-wujud). Tanpa melubangi perahu maka kedudukan salik tidak jauh berbeda dgn kedudukan para nelayan; memanfaatkan perahu untuk mencari ikan (pahala) dan berbagai karunia-NYA yg terhampar di permukaan Lautan Wujud, yg selain bergelombang dahsyat juga berisiko dihadang Sang Rajadiraja (al-Malik al-Mulki) yg setiap saat akan merampas perahu-perahu yg baik.”
“Di mantra salawat ini sang salik harus menyadari kehambaannya kepada Yang Maha Terpuji (ahmad) sebagai Sumber segala kejadian. Di Mantra itu sang salik harus menjadi ghulam yg baik dan berbakti kepada sumbernya, yakni pancaran Air Kehidupan yg mengalir dari lubang perahu yg dibuat Khidir AS Ghulam yg durhaka dan mengingkari kehambaannya kepada Yang Terpuji harus dibunuh. Sang salik yg tenggelam ke dalam mantra salawat ini disebut fana ke dalam Rasulullah (fana’ fi rasul).”
“Air Kehidupan yang memancar dari lubang itu sesungguhnya sama hakikatnya dgn Air Kehidupan yg tergelar di hamparan Lautan Wujud. Walau demikian, tanpa melalui Air Kehidupan yg mengalir dari lubang maka salik tidak akan mencapai Air Kehidupan yg tergelar di Lautan Wujud.”
“Mantra tahlil adalah mantra Ke-Esa-an. Mantra Tauhid. Inilah mantra Ke-Esa-an Wujud; Lautan Wujud sama hakikatnya dengan Air Kehidupan. Ibarat ungkapan kesaksian tidak ada ilah selain Allah (la ilaha illa Allah), demikianlah di mantra ini terungkap kesaksian tidak ada air lain yg tergelar di hamparan Lautan Wujud kecuali Air Kehidupan (Ma’ al-Hayy) yg mengalir dari Sang hidup (al-Hayy). Inilah mantra yg diibaratkan dalam perlambang dinding yg ditegakkan Khidir AS yg di bawahnya tersembunyi perbendaharaan.”
“Mantra nafs al-haqq adalah mantra rahasia yg tidak bisa diuraikan. Sebab, mantra ini menyangkut Perbendaharaan Tersembunyi yg terdapat di bawah dinding. Tak ada satu pun di antara makhluk yg mengetahui keberadaan-NYA, kecuali memang dikehendaki-NYA. Jika Al Qur’an saja tidak memberikan penjelasan tentang apa sesungguhnya Perbendaharaan, tentunya manusia tidak boleh menghayal-khayal tentang Perbendaharaan itu. Gambaran Nabi Musa AS yg berpisah dengan Khidir AS di mantra itu adalah kearifan dari Sang Pencerita untuk tidak mengungkapkan apa yg tidak dapat dipahami pendengar-NYA.”
Bagi Syekh Siti Jenar, bentuk lafadz istighfar, shalawat, tasbih, tahlil dan semacamnya sebenarnya lafadz-lafadz yg menuntut menusi untuk menempuh jalan menuju kemanunggalan. Sehingga kalimat-kalimat tersebut tidaklah cukup hanya dijadikan ucapan penghias bibir belaka. Kalimat-kalimat tersebut hakikatnya adalah urat nadi perjalanan rohani manusia, yg penyelami atasnya dapat membawa ke samudera ma’rifat untuk mengenal dan mendekati-NYA dan kemudian menghampiri-NYA untuk manunggal dalam keabadian. Sehingga mantra-mantra dari kalimat itu akan tetap terbawa kesadarannya tetap mengiringinya dengan senyum menuju Haribaan-NYA.

Yakinlah kamu atas nama Allah maka kamu akan sampai dgn kehendak-NYA...Amin...amin...

Pelaksanaan Haji Syekh Siti Jenar
Bagi Syekh Siti Jenar, ibadah haji di al-Haramain merupakan tindakan atau laku ‘abid yg sedang menjalankan ibadah untuk mengarahkan kiblat kepada Ma’bud. Inilah inti ibadah haji yg menurut Syekh Siti Jenar akan mampu membawa pencerahan bagi pelaksananya. Haji bukan semata-mata melaksanakan ihram, thawaf, sa’I, wuquf, bermalam di Muzdalifah dan Masy’ar al-Haram dan melempar jumrah secara badani.
Tetapi makna hakiki haji bagi Beliau adalah peribadatan yg mampu membawa seorang salik mendaki maqam jasadiyah ke maqam rohaniyah; tindakan manapaki kembali jejak Adam yg terusir dari surga, ke asal penciptaan yg mulia di antara semua hamba-NYA, yaitu Adam yg kepadanya seluruh malaikat bersujud dan dibanggakan Rabb-nya karena mengetahui nama-nama serta berwawansabda dgn al-Khaliq.
Demikian pula dgn Makkah. Bagi Beliau kota suci ini merupakan tempat meningkatkan kualitas kehidupan mistiknya. Ka’bah sebagai “pusat kosmik” merupakan tempat khusus memperoleh pengalaman rohani yg tidak mungkin diperoleh di temapat lain. Perenungan yg demikian dalam itulah yg kemudian menghasilkan pengalaman spiritual, menuju puncak ma’rifatullah.
Pengalaman spiritual pertama, Syekh Siti Jenar mengalami ke fana’-an yg lebih tinggi dibanding pengalaman spiritual yg sudah lewat. Dalam keadaan fana’-nya itu, ia mengalami pandangan lawami’, menyaksikan seorang pemuda yg telah sampai kepada tingkatan puncak dalam pendakian spiritual. Melalui isyarat (pembicaraan dgn bahasa perlambang) dan al-ima’ (pembicaraan tanpa lisan dan bahasa perlambang), pemuda tersebut mengungkap jalan menuju-NYA; menembus berbagai tabir hijab dualitas insaniyah dan Ilahi-yah, memasuki samudera sifat dan Asma Allah. Beliau dituntun menjadi al-Insan al-Kamil, dimana potensi Roh al-Haqq yg bersemayam dalam Baitul Haram hati-jiwanya, dioptimalisir bagi eksistensi dirinya di dunia. Jika Roh al-Haqq ini tidak dioptimalisasikan, maka hakikat manusia hidup adalah hanya sebagai mayat atau bangkai. Demikian pula jalur ibadah formal yg tidak disertai kebangkitan Roh al-Haqq, tidak akan memiliki efektivitas apapun, bagi kehidupan sejati di akhirat kelak.
Roh al-Haqq dari lubuk Abitul Haram hati itulah yg menjalin relasi dgn Dia (Huwa), yg meniupkan roh-NYA melalui nafs al-rahman. Melalui jalur itulah akan tersingkap seluruh rahasia keberadaan al-Haqq (Yang Riil) yg menjadi esensi sekaligus substansi Roh al-Haqq. Jalinan antara al-Haqq dan Huwa (Dia Yang Mutlak Tak Terbatas) itulah hakikat sejati dari fana’ fi tauhid; Yang Riil Yang Beragam (farq), manunggal dengan Yang Satu (Jam’).
Setelah Beliau mengalami pengalaman puncak spiritual yg dahsyat tsb, kembali terjadi pengalaman kedua. Melalui nur lawami’ dan fawa’id-nya, ia mengetahui bahwa pemuda yg semula membimbingnya mengalami pengalaman puncak, tiada lain dan tidak bukan adalah Abu Bakar al-Shidiq, sahabat etrkasih Rasulullah. Pengalaman pertemuan dgn roh Abu Bakar itu terjadi dalam kondisi ekstase kesufian, ketika kesadaran jiwanya berada dalam ‘alam al-khalaq (alam kasatmata)dgn 'alam al-khayal (alam imajinasi).
Pengalaman ketiga, terjadi ketika thawaf wada’. Ketika kondisi rohaninya sedang berada dalam ke-fana’-an, ia merasakan nur dalam dirinya menyatu dgn Nur Muhammad. Dalam pergulatan kalbunya itu, kemudian ia terbawa dalam situasi yg mencengangkan. Mendadak Ka’bah dan segala yg disekitarnya lenyap. Ia berada di alam syahadah yg maha-luas, dimana seluruh tubuhnya memancar Nur. Ia merasakan dan menyatu dgn Nur, sehingga ia tidak tahu lagi tentang eksistensi dirinya. Antara sadar dan tidak, ia merasakan al-Haqq yg bersemayam di arsy Baitul Haram hatinya berkata-kata sendiri, “Ana sirr al-Haqqi wa ma al-Haqq ana, wa ANA AL-HAQQ fa innani ma ziltu aba wa bi al-Haqqi haqqun.”
Di Makkah beliau telah berhasil mencapai kemanunggalan. Kini seluruh pandangan beliau telah selalu berada dalam ‘ain al-bashirah, sebagai pengejawantahan dari al-Bashir.
Ketika Syekh Siti Jenar berada di depan kubur Rasulullah, ia kembali mengalami lintasan-lintasn rohani yg menakjubkan. Kali ini melalui pandangan al-bashirah-nya, ia dieprtumukan dgn sosok agung Muhammad SAW, yg mengungkapkan rahasia Nur Muhammad dan wujudiyah kepada Syekh Siti Jenar, mengungkapkan rahasia kalimat, “Ana min nur Allah wa khalq kulluhum min nuri.” Demikian pula mengenai rahasia Haqiqah Muhammad, yg di dalamnya terhadap nama lain Nabi Muhammad, yaitu “Ahmad” itulah yg dimaksud dalam hadist “ana Ahmadun bi-la mim.” Yg maksudnya adalah “Aku tidak lain adalah Ahad.” Jadi Nabi Muhammad yg diberi nama semesta “Ahmad” tidak lain adalah pengejawantahan dari sang “Ahad” sendiri.
Dari pengalaman kemanunggalan yg dialami di Makkah itu, Syekh Siti Jenar tidak bisa membedakan antara fana’ fi Allah dan fana’ fi rasul, sebab hakikat dan esensinya sama. Fana’ fi rasul, melalui rahasia di balik nama “Ahmad”, tidak lain juga fana’ fi al-Ahad.



Read More..