Tampilkan postingan dengan label Supranatural. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Supranatural. Tampilkan semua postingan

Macam ilmu Islam Kejawen

|

Sebelum membahas Ilmu Gaib Aliran Islam Kejawen, kita akan memperjelas dulu pengertian Ilmu Gaib yang kita pakai sebagai istilah di sini. Ilmu Gaib adalah kemampuan melakukan sesuatu yang tidak wajar melebihi kemampuan manusia biasa, sering juga disebut sebagai Ilmu Metafisika, Ilmu Supranatural atau Ilmu Kebatinan karena menyangkut hal-hal yang tidak nampak oleh mata. Beberapa kalangan menganggap Ilmu Gaib sebagai hal yang sakral, keramat dan terlalu memuliakan orang yang memilikinya, bahkan menganggap wali atau orang suci.
Perlu diterangkan, bahwa keajaiban atau karomah yang ada pada Wali (orang suci kekasih Tuhan) tidak sama dengan Ilmu Gaib yang sedang kita pelajari. Wali tidak pernah mengharap mempunyai keajaiban tersebut. Karomah itu datang atas kehendak Allah karena mereka adalah orang yang sangat saleh dan rendah hati. Sementara kita adalah orang yang meninta kepada Allah agar melimpahakan kekuasaan-Nya untuk keperluan kita.
Dalam hasanah perkembangan Ilmu Gaib di Indonesia, kita mengenal dua aliran utama yaitu Aliran Hikmah dan Aliran Kejawen. Aliran Hikmah berkembang di kalangan pesantren dengan ciri khas doa/mantra yang murni berbahasa Arab (kebanyakan bersumber dari Al-Quran). Sedangkan aliran Kejawen yang ada sekarang sebetulnya sudah tidak murni kejawen lagi, melainkan sudah bercampur dengan tradisi islam. Mantranya pun kebanyakan diawali dengan basmalah kemudian dilanjutkan dengan mantra jawa. Oleh kerena itu, saya menyebutnya Ilmu Gaib Aliran Islam Kejawen. Tradisi islam-kejawen inilah yang lebih banyak mewarnai keilmuan Silat Rohani.

Aliran Islam Kejawen

Ilmu Gaib Aliran Islam Kejawen bersumber dari alkulturasi (penggabungan) budaya jawa dan nilai-nilai agama islam. Ciri khas aliran ini adalah doa-doa yang diawali basmalah dan dilanjutkan kalimat bahasa jawa, kemudian diakhiri dengan dua kalimat sahadad. Aliran Islam Jawa tumbuh syubur di desa-desa yang kental dengan kegiatan keagamaan (pesantren yang masih tradisional).
Awal mula aliran ini adalah budaya masyarakat jawa sebelum islam datang yang memang menyukai kegiatan mistik dan melakukan ritual untuk mendapatkan kemampuan suparantural. Para pengembang ajaran islam di Pulau Jawa (Wali Songo) tidak menolak tradisi jawa tersebut, melainkan memanfaatkannya sebagi senjata dakwah.
Para Wali menyusun ilmu-ilmu Gaib dengan tatacara lelaku yang lebih islami, misalnya puasa, wirid mantra bahasa campuran arab-jawa yang intinya adalah do’a kepada Allah. Mungkin alasan mengapa tidak disusun mantra yang seluruhnya berbahasa Arab adalah agar orang jawa tidak merasa asing dengan ajaran-ajaran yang baru mereka kenal.
Di Indonesia, khususnya orang jawa, pasti mengenal Sunan Kali Jaga (Raden Said). Beliau inilah yang paling banyak mewarnai paham islam-kejawen yang dianut orang-orang jawa saat ini. Sunan Kali jaga menjadikan kesenian dan budaya sebagai kendaraan dakwahnya. Salah satu kendaran Sunan Kali Jaga dalam penyebaran ajarannya adalah melalu tembang / kidung. Kidung-kidung yang diciptakannya mengandung ajaran ketuhanan dan tasawuf yang sangat berharga. Ajaran islam yang luwes dan menerima berbagai perbedaan.
Bahkan Sunan Kali Jaga juga menciptakan satu kidung “Rumeksa Ing Wengi” yang menurut saya bisa disebut sebagai Ilmu Gaib atau Ilmu Supranatural, karena ternyata orang yang mengamalkan kidung ini memiliki berbagai kemampuan supranatural.

Konsep Aliran Islam Kejawen

Setiap perilaku manusia akan menimbulkan bekas pada jiwa maupun badan seseorang. Perilaku-perilaku tertentu yang khas akan menimbulkan bekas yang sangat dasyat sehingga seseorang bisa melakukan sesuatu yang melebihi kemampuan manusia biasa. Perilaku tertentu ini disebut dengan tirakat, ritual, atau olah rohani. Tirakat bisa diartikan sebagai syarat yang harus dipebuhi untuk mendapatkan suatu ilmu.
Penabungan Energi. Karena setiap perilaku akan menimbulkan bekas pada seseorang maka ada suatu konsep yang khas dari ilmu Gaib Aliran Islam Jawa yaitu Penabungan Energi. Jika bandan fisik anda memerlukan pengisian 3 kali sehari melalui makan agar anda tetap bisa beraktivitas dengan baik, begitu juga untuk memperoleh kekuatan supranatural, Anda perlu mengisi energi. Hanya saja dalam Ilmu Gaib pengisian ernergi cukup dilakukan satu kali untuk seumur hidup. Penabungan energi ini dapat dilakukan dengan cara bermacam-macam tergantung jenis ilmu yang ingin dikuasai. Cara-cara penabunganenergi lazim disebut Tirakat.
Tirakat. Aliran Islam Kejawen mengenal tirakat (syarat mendapatkan ilmu) yang kadang dianggap kontroversial oleh kalangan tertentu. Tirakat tersebut bisa berupa bacaan doa. wirid tertentu, mantra, pantangan, puasa atau penggabungan dari kelima unsur tersebut. Ada puasa yang disebut patigeni (tidak makan, minum, tidur dan tidak boleh kena cahaya), nglowong, ngebleng dan lain-lain. Biasanya beratnya tirakat sesuai dengan tingkat kesaktian suatu ilmu. Seseorang harus banyak melakukan kebajikan dan menjaga bersihnya hati ketika sedang melakukan tirakat.
Khodam. Setiap Ilmu Gaib memiliki khodam. Khodam adalah mahluk ghaib yang menjadi “roh” suatu ilmu. Khodam itu akan selalu mengikuti pemilik ilmu. Khodam disebut juga Qorin, ialah mahluk ghaib yang tidak berjenis kelamin artinya bukan pria dan bukan wanita, tapi juga bukan banci. Dia memang diciptakan semacam itu oleh Allah dan dia juga tidak berhasrat kepada manusia. Hal ini berbeda dengan Jin yang selain berhasrat kepada kaum jin sendiri kadang juga ada yang “suka” pada manusia.

Macam-macam Ilmu Aliran Islam Kejawen

Berikut adalah klasifikasi ilmu gaib bedasarkan fungsinya menurut Erlangga. Mungkin orang lain membuat klasifikasi yang berbeda dengan klasifikasi menurut Erlangga. Hal tersebut bukan masalah karena memang tidak ada rumusan baku tentang klasifikasi ilmu Gaib.

1. Ilmu Kanuragan atau Ilmu Kebal
Ilmu kanuragan adalah ilmu yang berfungsi untuk bela diri secara supranatural. Ilmu ini mencakup kemampuan bertahan (kebal) terhadap serangan dan kemampuan untuk menyerang dengan kekuatan yang luar biasa. Contohnya ilmu Asma’ Malaikat, Hizib Kekuatan Batin, Sahadad Pamungkas dll.

2. Ilmu Kawibaan dan Ilmu Pengasihan
Inilah ilmu supranatural yang fungsinya mempengaruhi kejiwaan dan perasaan orang lain. lmu Kewibaan dimanfaatkan untuk menambah daya kepemimpinan dan menguatkan kata-kata yang diucapkan. Orang yang menguasai Ilmu Kewibawaan dengan sempurna akan disegani masyarakat dan tidak satupun orang yang mampu melawan perintahnya apalagi berdebat. Bisa dikatakan bila Anda memiliki ilmu ini Anda akan mudah mempengaruhi dan membuat orang lain nurut perintah Anda tanpa berpikir panjang.
Sedangkan Ilmu Pengasihan atau ilmu pelet adalah ilmu yang berkaitan dengan maslah cinta, yakni membuat hati seseorang yang Anda tuju menjadi simpati dan sayang. Ilmu ini banyak dimanfaatkan pemuda untuk membuat pujaan hati jatuh cinta padanya. Ilmu ini juga dapat dimanfaatkan untuk membuat lawan yang berhati keras menjadi kawan yang mudah diajak berunding dan memulangkan orang yang minggat.

3. Ilmu Trawangan dan Ngrogosukmo
Jika Anda ingin tahu banyak hal dan bisa melihat kemana-mana tanpa keluar rumah, maka kuasailah ilmu trawangan. Ilmu trawangan berfungsi untuk menajamkan mata batin hingga dapat menangkap isyarat yang halus, melihat jarak jauh, tembus pandang dan lain-lain. Sedangkan Ilmu Ngrogosukmo adalah kelanjutan dari Ilmu Trawagan. Dalam ilmu trawangan hanya mata batin saja yang berkeliaran kemana-mana, sedangkan jika sudah menguasai ilmu ngrogosukmo seseorang bisa melepaskan roh untuk melakukan perjalanan kemanapun dia mau. Baik Ilmu Trawangan maupaun Ngrogosukmo adalah ilmu yang tergolong sulit dipelajari karena membutuhkan keteguhan dan kebersihan hati. Biasanya hanya dikuasi oleh orang yang sudah tua dan sudah tenang jiwanya.

4. Ilmu Khodam
Seseorang disebut menguasai ilmu khodam bila orang yang tersebut bisa berkomunikasi secara aktif dengan khodam yang dimiliki. Khodam adalah makhluk pendamping yang selalu mengikuti tuannya dan bersedia melakukan perintah-perintah tuannya. Khodam sesungguhnya berbeda dengan Jin / Setan, meskipun sama-sama berbadan ghaib. Khodam tidak bernafsu dan tidak berjenis kelamin.
5. Ilmu Permainan (Atraksi)
Ada ilmu supranatural yang hanya bisa digunakan untuk pertunjukan di panggung. Sepintas ilmu ini mirip dengan ilmu kanuragan karena bisa memperlihatkan kekebalan tubuh terhadap benda tajam, minyak panas dan air keras. Namun ilmu ini tidak bisa digunakan untuk bertaruang pada keadaan sesungguhnya. Contoh yang sering kita lihat adalah ilmunya para pemain Debus.

6. Ilmu Kesehatan
Masuk dalam kelompok ini adalah ilmu gurah (membersihkan saluran pernafasan), Ilmu-ilmu pengobatan, ilmu kuat seks, dan ilmu-ilmu supranatural lain yang berhubungan dengan fungsi bilologis tubuh manusia.

Tiga Cara Penurunan Ilmu Ghaib

Ada tiga hal yang menyebebkan seseorang memiliki kemampuan supranatural. Yaitu:

1.
Menjalankan Tirakat. Tirakat adalah bentuk olah rohani khas jawa yang tujuannya untuk memperoleh energi supranatural atau tercapainya suatu keinginan. Tirakat tersebut bisa berupa bacaan doa, mantra, pantangan, puasa atau gabungan dari kelima unsur tersebut. Inilah yang disebut belajar ilmu gaib sesungguhnya, karena berhasi atau tidaknya murid menjalankan tirakat hingga menguasai ilmu, tergantung sepenuhnya pada dirinya sendiri. Dalam hal ini guru hanya memberi bimbingan.

2.
Pengisian. Seseorang yang tidak mau susah payah juga bisa mempunyai kemampuan supranatural, yaitu dengan cara pengisian. Pengisian adalah pemindahan energi supranatural dari Guru kepada Murid. Dengan begitu murid langsung memiliki kemampuan sama seperti gurunya. Pengisian (transfer ilmu) hanya bisa dilakukan oleh Guru yang sudah mencapai tingkatan spiritual yang tinggi.

3.
Warisan Keturunan. Seseorang bisa mewarisi ilmu kakek-buyutnya yang tidak ia kenal atau ilmu orang yang tidak dikenal secara otomatis tanpa belajar dan tanpa sepengetahuannya. Maka ada yang menyebutnya “ilmu tiban” yang artinya datang tanpa disangka-sangka.

Mitos Tentang Efek Samping

Beberapa orang masih menyakini bahwa pemilik Ilmu Gaib akan mengalami kesulitan hidup dan mati, susah dapat rezeki, bisa sakit jiwa (gila), menderita saat akan mati dll. Saya membantah mentah-mentah argument tersebut. Bukankah masalah rizqi dan nasib adalah Allah SWT yang menentukan.
Memang ada banyak pemilik ilmu gaib adalah orang yang tak punya uang alias miskin, tapi saya yakin itu bukan disebabkan oleh ilmunya, melainkan karena dia malas bekerja dan bodoh. Kebanyakan orang yang memiliki ilmu gaib menjadi sombong dan malas bekerja, hanya mengharapkan orang datang meminta pertolongannya lalu menyelipkan beberapa lembar rupiah ketika bersalaman. Jadi bukan karena Ilmunya.
Sebetulnya baik buruk efek Ilmu Gaib tergantung pemiliknya. Bisa saja Allah menghukum dengan cara menyulitkan rezeki, menyiksa saat datangnya ajal atau hukuman lain karena orang tersebut sombong dan suka menindas orang lain dengan ilmunya, bukankah kita selalu dalam kekuasaan Allah.



Read More..

Kontroversi Serat Darmo Gandhul

|

Masuknya Islam ke Tanah Jawa ternyata menyimpan cerita yang sungguh luar biasa. Salah satunya terekam dalam Serat Darmo Gandhul yang kontroversial itu. Dalam serat yang aslinya berbahasa Jawa Kuno itu dipaparkan perjalanan beberapa wali, juga hambatan dan benturan dengan budaya dan kepercayaan lokal
Penulis serat ini tak menunjukkan jati diri aslinya. Ada yang menafsirkan, pengarangnya adalah Ronggo Warsito. Ia pakai nama samaran Ki Kalam Wadi, yang berarti rahasia atau kabar yang dirahasiakan. Ditulis dalam bentuk prosa dengan pengkisahan yang menarik. Isi Darmo Gandhul tentu saja mengagetkan kita yang selama ini mengira bahwa masuknya agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai tanpa muncratan darah, terpenggalnya kepala dan tetesan air mata. Kaburnya para pemeluk Hindu dan Budha ke berbagai wilayah, misalnya ke Pulau Bali, ke kawasan pegunungan dan hutan rimba, adalah salah satu pertanda bahwa mereka menghindari tindakan pembantaian massal oleh sekelompok orang yang ingin menggulingkan kekuasaan berkedokkan agama.

Terkait dengan kisah Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Ini adalah versi yang tidak lengkap, bersumber dari Tabloid Posmo terbitan Surabaya. Anda bisa baca dan menilai sendiri. Hanya agar lebih enak untuk dibaca, Posmo menyuntingnya disana-sini. Yang perlu dicatat, pembaca sendiri harus kritis menyikapi isi cerita yang mungin amat tendensius ini.

Serat Darmo Gandhul pernah diterbitkan oleh Dahara Prize – Semarang berukuran 15 cm x 15 cm. Berikut ini adalah tulisan tentang Serat Darmo Gandhul yang dimuat berseri di Tabloid Posmo terbitan Surabaya. Isi dari serat ini rasanya masih relevan dikaitkan dengan zaman sekarang, dimana mulai bermunculan kelompok fundamentalis Islam, terorisme yang mengatas namakan agama, dan juga kelompok-kelompok yang bermimpi untuk mendirikan kekhalifahan Islam di negeri ini, dan juga di negara-negara Asia Tenggara lainnya.


Tokoh terkait:
- Darmo Gandhul - murid Ki Kalam Wadi
- Ki Kalam Wadi - penulis serat
- Raden Budi - guru Ki Kalam Wadi
- Prabu Brawijaya - Raja Majalengka (Majapahit)
- Putri Campa (Dwarawati? Dara Petak?) - permaisuri Prabu Brawijaya
- Sayid Rahmad - kemenakan Putri Campa (Sunan Ampel)
- Sayid Kramat - Sunang Bonang
- Raden Patah (Babah) - putra Prabu Brawijaya/Adipati Demak/Senapati Jimbuningrat/
Sultan Syah Alam Akbar Khalifaturrasul Amirilmukminin Tajudil Abdulhamid Khak/Sultan Adi Surya Alam di Bintoro.
- Raden Kusen (Raden Husen/Raden Arya Pecattanda) - saudara kandung Raden Patah (lain ayah)
- Ki Bandar - sahabat Sunan Bonang
- Bandung Bondowoso
- Nyai Plencing - dedemit
- Buta Locaya - raja dedemit (mantan Patih Sri Jayabaya)
- Ni Mas Ratu Pagedongan (Ni Mas Ratu Angin-Angin)
- Kyai Tunggul Wulung
- Kyai Patih
- Syech Siti Jenar
- Tumenggung Kertosono
- Sunan Giri
- Arya Damar - Bupati Palembang
- Patih Mangkurat
- Setyasena - komandan pasukan Cina Islam
- Bupati Pati
- Adipati Pengging
- Adipati Pranaraga
- Sabdo Palon
- Naya Genggong

Sunan kali jogo kemudian mengucapkan sahadat: ashadualla illa hailallah wa ashadu anna muhamadarosulullah .yang artinya : tiada tuhan melainkan allah dan muhammat adalah rosul Allah , kemudian sunan kali jogo menjelaskan arti dari kalimat itu kepada parabu browijoyo terakhir : “Orang yang menyembah kepada arah dan tidak tau wujut itu sama artinya dengan kapir , selain itu orang yang menyembah pada puji yang ber sifat wujut di alam itu namanya menyembah berhala , makanya orng itu harus mengetahui lahir dan batinnya , makanya orng berucap harus tau apa yang di ucapkan .
Kemudian apa arti Nabi Muhamat rosullah : Muhamat itu adalah keadaan kubur , jadi badan manusia itu semuanya adalah keadaan kubur dari roso pangroso , atau sama artinya kita memuji badan kita sendiri bukannya memuji Nabi Mohamay di arab , raga manusia itu adalah wakil Allah / bayangan Allah yang ber wujut roso pangroso , rosul artinya Roso kang nusuli / rasa yang terlahir , rasa yaitu makanan yang berada di lisan .
Nusuli yaitu naik ke surga , Lullah yaitu artinya luluh jadi Lumpur , kemudian di sebut rosullullah yaitu rasa yang tidak baik ber bau salah , kemudian di jadikan satu Muhamad rosululloh artinya yaitu 1.merasakan badan 2.merasakan makanan , sudah jamaknya manusia itu mengagung agungkan rasa dan makanan makanya di sebut Muhamat Rosulullah .
Sebab dari itu kenapa apabila kita sembahyang mengucapkan “usolli” itu artinya melihat asal muasal dari diri kita sediri yang berasal dari roh idlofi / roh suci / rohnya Muhammad Rosul . artinya rosul itu rasa . yaitu kularnya rasa kehidupan yang keluar dari anggota badan yang terbuka karena ashaduala , apa bila tidak mengerti artinya sahadat maka tidak tau rukun islam dan tidak akan tahu porwaning dumadi / awal mula kejadian”. Demikian penuturan sunan kali jogo panjang lebar sehingga sang Prabu Browijoyo pamungkas mau masuk islam .

Kemudian parabu Browijaoyo minta di cukur raambutnya oleh sunan kali jogo akan tetapi rambutnya tidak mempan di potong , makanya sunan kali jogo kemudian matur kepada sang prabu browijoyo supaya masuk islam secara lahir batin karena apabila Cuma
Islam lahirnya saja rambutnya tidak mempan di potong .Kemudian sang prabu Browijoyo berkata bahwa islam nya lahir batin , barulah rambutnya bias di potong .
Setelah memotong rambutnya kemudian prabu Browijoyo menemui abdi kinasih nya Sabdo Palon dan Noyo Genggong dan berkata : “ kamu berdua sekarang aku beri tahu bahwa sejak hari ini aku meninggalkan agama budha dan berganti menjadi agama islam dan menyebut asma Allah yang sejati dan kamu sekalian aku ajak berganti agama Rosul dan meninggalakan agama budha .Sabdopalon berkata dengan sedih “Saya ini ratu dahhyang yang rumekso tanah Jawa , siapapun yang jadi raja menjadi momongan ku semenjak dari leluhur paduka dahulu Sang wiku Manu manusa , Sakutrem dan bambang Sakri turun temurun sampai sekarang saya mengasuh wiji tanah jawa , saya kalo tidur sampai 200 tahun selama saya tidur pasti ada peperangan sodara musuh sodara dan yang nakal pada makan manusia , makan bangsanya sendiri , sampai sekarang usiaku sudah 2000 lebih 3 tahun mengasuh wiji tanah jawa tidak ada yang bersalin agamanya patuh / netepi agama budha , baru paduka yang mau meninggalkan pikukuh / ajaran luhur jawa.
Jawa itu artinya mengetahui , narimo / berserah diri kemudian di sebut jawan .Suka numpang numpang nanti akibatnya menyulitkan kematian paduka besok , Sabda wiku utama di jawab oleh alam yang bergetar Sang Prabu Browijoyo di marahi oleh jawoto karena mau masuk agama rosul yang di tandai oleh di tambahnya 3 jenis mahluk di dunia yaitu 1 . yang bernama rumput jawan 2. padi Rondonunut 3. padi Mriyi.
Sang prabu kemudian bertanya lagi bagai manakah yang menjadi kemantapanmu mau atau tidak meninggalkan agama budha dan berganti agama rasul , menyebut nabi muhamad Rosulullah sebagai panutan para nabi lan menyebut asma Allah pangeran Yang Sejati.

Sabdopalon berkata dengan sendu “ paduka masuk sendiri , saya tidak tega melihat watak yang aniyaya seperti orang – orang Arab. Aniyaya itu artinya suka meng hukum dan lagi suka meng aniyaya raga , apabila saya berganti agama pasti akan menyulitkan kematian saya , yang mengatakan mulya itu kan orang Arab dan orang islam semua yang memuji agamanya sendiri , saya setia kepada agama lama , menyebut Dewo Ingkang Linangkung
Jagad ini adalah raganya dewo yang bersipat budi dan hawa , sudah menjadi jamaknya manusia itu patuh kepada eling dan budi keinginan jadi tiak menyulitkan .Apabila menyebut nabi Muhamad Rosullulloh , artinya Muhamad itu keadaan di kubur yaitu keadaan rasa yang salah hanya mengagungkan rasa badan tempat kotoran , sukanya makan enak tidak tau akibat yang di rasakan nanti . makanya di sebut Muhamad yaitu tempatnya rasa selurauh badan . Roh idlofi itu artinya roh awal / roh asal / roh suci apabila sudah rusak akan kembali ke asalnya kemmudian paduka Sang Prabu Browijoyo mau pulang ke mana . Adam itu menjadi satu dengan hyang Brahim yang artinya kebrahen / tertipu di dalam hidupnya , tidak menemuka rasa yang sejati , tetapi lahirnya rasa wujut badan . di sebut Muhamadun , tempat bersemayamnya rasa jasatnya budi jadi wujut manusia dan rasa. Apabila sudah di ambil oleh yang maha Kuasa Paduka menjadi manusia seutuhnya itu terjadi dengan sendirinya lantaran menahan keburukan , jadi bapak dan ibu tidak membuat , makanya di sebut anak karena (wontenipon wujut piyambak ) / adanya dengan sendirinya terjadinya dari gaib yang samar dari kehendak Lotowalhujwa yang menyelimutu segala wujut , terjadi dengan sendirinya dan rusak dengan sendirinya pula , Apabila telah di ambil yang Maha Kuasa hanya tinggal rasa dan perasaan yang paduka bawa , apabila menjadi Demit penunggu tanah itulah yang nista , hanya menunggui daging yang amis yang telah luluh jadi tanah.Semuanya itu tetap tidak ada gunanya di karenakan hanya kurangnya pengetahuan nya . Dikala hidupnya tidak memakan buah pohon Budhi dan buak pohon pengetahuan

hanya nrimo mati sebagai setan , makan tanah dan mengharap kiriman sesaji di kemudian hari memberi kiamat kepada anak cucu nya . Orang mati tidak terikat oleh peraturan lahiriah sudah pasti sukma berpisah dengan budi apabila tekatnya baik maka akan menerima kemuliaan akan tetapi apa bila tekatnya nyasar maka akan menerima siksanya .
Sekarang coba paduka jawab pertanyaan saya ? “ Aku mau pulang kepada asal , asal nor kembali ke nor” jawab prabu browijoyo.Sabdopalon bertutur lagi “ itulah pengetahuan orang yang bingung dikala hidupnya merugi tidak punya pengetahuan budhi , belum makan buah pengetahuan dan buah dari pohon budhi , berasal dari satu pulang satu itu bukan mati yang utama . Sedangkan mati yang utama adalah satus telung puluh : yang di sebut satus itu putus , telu itu tilas / bekas , puloh itu pulih mawujut lagi , wujutnya rusak tetapi yang rusak hanya yang berasal dari roh idofi saja , hidupnya langgeng akan tetapi raga telah pisah dengan sekma , itulah yang di sebut sahadat tanpa ashadu , berganti dengan roh suci / roh asal , sasi surup / rembulan terbenam pasti dari mana awalnya , yaitu berawal dari semenjak jadi manusia .surup artinya sumurup / mengetahi awal tengah sampai akhir , teguhlah jangan sampe goyah dari pusatnya membawa sir cipta awal “.Sang prabu berkata “ cipta saya akan ikut / nempel kepada orang linuwih “
Sabdopalon menjawab “ itu adalah orng yang kesasar seperti benalu yang menempel pada pepohonan yang besar tidak mandiri kemuliaannya hanya dari pemberian orang lain , itu bukan mati yang utama itu adalah matinya orang nista sukanya numpang – numpang tidak mandiri apabila telah di uasir kemudian nglambarang / pergi tanpa tujuan jadi berkasaan dan kemudian menempel kepada yang laen “.
Sang prabu berkata lagi : “ aku berasal dari kosong dan akan kembali kepada kosong , seperti sebelum aku terlahir belum ada apa – apa jadi matiku nanti akan seperti itu”.
Sabdopalon menjawab : “Itu adalah orang yang mati karena bunuh diri , tidak percaya ilmu ketika hidupnya seperti binatang , hanya makan , minum dan tidur , yang demikian itu hanya akan gemuk kebanyakan daging jadi bisa dikatakan hanya nrimo minum air kencing saja , hilang lah hidupnya di alam kematian “ .
Sang prabu berkata : “ aku akan menunggui makam apa bila telah luluh jadi debu “.
Sabdopalon mhnjawab:”itulah matinya orng bodoh matinya jadi setan kuburan , menunggui daging yang telah luluh jadi tanah , tidak tahu apabila biasa berganti roh idofi baru . jangankan itu non saja belum tentu tau”.
Sang prabu berkata : “ aku akan Mokso sampai dengan ragaku “
Sabdopalon menjawab: “ apa bila orang yang ber agama rosul dapat di pastikan tidak akan bisa mokso , tidak akan kuwat menelan raganya karena gemuk kebanyakn daging , orang yang mati mokso itu celaka , karena mati tetapi tidak meninggalkan jasad , itu namanya tidak sahadat tidak hidup dan tidak mati , tidak akan bisa kembali menjadi roh idofi baru dan hanya akan menjadi gunungan demit saja “.
Sang prabu berkata : “Aku tidak ingin apa – apa , tidak ber ihtiar menolak atau memilih , hanya terserah yang maha kuasa saja “.
Sabdopalon menjawab :”Paduka meninggalkan sifat , tidak merasa apa bila tercipta mempunyai suatu kelebihan , meninggalkan kewajiban sebagai manusia , manusia itu berhak menolak dan memilih , apabila sudah pasrah menjadi batu apa perlunya mencari ilmu kamulyaning pati “.
Sang prabu berkata : “ ciptaku akan pulang ke ahirat naik sorga menghadap Hyang Maha Kuasa”.
Sabdopalon menjawab:”Aherat , suwargo sudah paduka bawa ke mana – mana , jagatnya manusia itu sudah lengkap alam sahir dan kabir , ketika semenjak berujut adam sudah lengkap ahirat , suwargo , neroko , arsy , kursy kemudian Paduka mau pergi ke ahirat mana , nanti kalo kesasar looo.., padaha yang namanya ahirat itu artinya mlarat , di manapun ada aherat , kalo bisa malah saya hindari , jangan sampai saya pulang kepada kemlaratan naik ke ahirat adil negari , apa bila salah dalam menjawab pasti di hukum , di ikat dan di paksa untuk bekerja berat dan lagi tidak di upah . Masuk aherat Nusa Srenggi
Nuso artinya manuso sreng artinya pekerjaan yang berat sekali enggi artinya pekerjaan , jadi atrinya manusia dipaksa bekerja kepada ratu nuso srenggi , apa tidak ciloko manusia hidup di dunia seperti itu tadi , seluruh keluarganya hanya makan beras sejimpit , tanpa ikan , sambal maupun sayur,itu adalah ahirat yang kelihatan di toto lahir, apabila ahiratnya orang mati melebihi itu , paduka jangan sampae pulang ke aherat , jangan sampae naik ke sorga , nanti kalo kesasar, banyak rojo koyo yang berada di situ, semua Cuma nrimo berselimutkan tanah , hidupnya bekerja dengan pak saan , tidak salah di cambuk, paduka jangan sampe menghadap gosti Allah , karena gosti Allah itu tidak ber warna dan tidak ber rupa , wujutnya hanya Asmo yang meliputi dunia dan aherat , paduka belum kenal , kenalnya hanya kenal seperti cahaya lintang dan rembulan , bertemunya cahaya bersinar menjadi satu , tidak pisah dan tidak menjadi satu , jauhnya tidak terkira , dekat tapi tidak bersinggungan , saya saja tidak bisa dekat apalagi paduka , Kanjeng Nabi Musa saja tidak kuat melihat cahayanya , maka Allah tidak kelihatan , hanya Dzatnya yang meliputi seluruh wujut , paduka wiji rohani bukan dari golongan malekat , manusia raganya berasal dari nutfah , menghadap Hyang Lotowalhujwa , apabila tempatnya sudah tua minta yang baru jadi tidak bolak balek , yang di sebut mati dan hidup, yang hidup napasnya masih berjalan , artinya hidup yang langgeng tidak berubah dan tidak menjadi tua , yang mati hanya raganya , tidak merasakan kenikmatan , makanya bagi orang yang ber agama budha , apabila jasatnya sudah tua , sukmanya keluar minta ganti jasat yang bagus

agatnya manusia itu langgeng tidak berubah yang berubah itu keadaan rasa , yaitu raga / wadak yang berasal dari roh idlofi.
Prabu Browijoyo tidak lah muda dan tidaklah tua , tetapi langgeng ditengah tengah jagat paduka , berjalan tidak bergerak dari tempatnya , berada di dalam gua sir cipta yang hening . Bawalah bawaanmu , membawa dan memakan raga , asksara telah leyab , hitungan jumlahnya telah terkumpul , melesat dengan utuh . Melihat jantung katub kiri , surut karena sir cipta , bertujuan di cetho cethik cethak (lidah menempel di atas langit – langit) itulah puncak dari pengetahuan , pengetahuannya orang budha , masuk nya roh berjalan melalui cethak , berhenti lagi di cethik , keluar di kalamwadi , gila lautan rahmat kemudian masuk di guwa garba / rahim perempuan , jatuhnya kenikmatan berada di dasarnya bumi rahmat , disitulah budi membuat istana baitullah yang mulia , kejadiannya dari sabda Kun , jadi berada di tengah – tengahnya jagat sorganya ibu , oleh sebab itulah manusia keblatnya derada di tengahnya jagad , jagadnya manusia itu Gua Sir Cipta namanya , di bawa ke mana – mana tidak berubah , umurnya sudah di tentukan , tidak bisa diajukan dan di undurkan , sudah tertulis di dalam lauhful mahfudz , bejo dan celakanya tergantung dari budi nalar dan pengetahuannya , yang kurang dalam ihtiarnya maka bekuranglah bejo / keberuntungannya , inilah asal muasal dari keblat papat / 4 penjuru mata angin yaitu : wetan , kilen , kidul , ler / timur , barat , selatan , utara .Artinya Wetan :yaitu wiwitan manusia maujut , artinya Kilen / kulon : orang tuwa kita kelon / kelonan / berhubungan intim , artinya Kidul : seorang istri di dudul / di masuki organ intimnya , kemudian artinya Lor : lahir / lahirlah jabang bayi , tanggal sepisan kapurnaman , Por itu artinya : jumbuh , Na itu artinya : ana / ada , Ma artinya : maujut /madep dating ujut / berujut , Jumbuh itu artinya pepak / lengkap , serba ada melingkupi alam sahir dan kabir . Tanggal sepisan /awal waktu manusia terlahir dari seorang ibu bersamaan dengan kakang mbarep adi ragil , Kakang Mbarep Itu kawah / air ketuban , Adi Ragil itu ari – ari , saudara yang terlahir bersamaan tanggal gaib nya , menjaga hidup dan kesadarannya , penjelmaan cahaya , ber ujud cahaya , pintu semua eling / kesadaran , siang dan malam janganlah takut dengan semua kejadian , ingatlah semuanya , terbit dan tengelamnya jangan sampai samar / ragu , dulu sekarang dan besok inilah pengetahuan orang Jawi yang ber agama budha .
Raga itu di ibaratkan kapal , sedangkan sukma adalah nahkodanya sebagai penunjuk arah , apabila kapal berjalan ke arah yang salah karena sang nahkoda maka akan menemui celaka , kapal akan pecah , orangnya rebah . Oleh karena itu harus mapan / teratur dan
terarah selagi kapal masih berjalan , apabila tidak mapan hidupnya , konon lagi matinya pasti juga tidak akan bisa mapan netepi sebagai titah manusia , apabila kapalnya pecah maka pisah dengan nahkodanya , artinya sukma berpisah dengan budi ,itulah yang di sebut sahadat , yaitu pisahnya kawulo dan gosti , Sah artinya pisah , Dat artinya dzatnya Gosti , apabila telah pisah antara raga dan sokma Budinya berganti baittullah , napas tali memuji kepada gosti , apabila telah terpisah raga , sukma dan budi , dalam keadaan mertitis / berangan angan yang tidak – tidak maka matinya akan salah selamanya , ini harus lah sangat berhati hati , ingatlah kepada asal dari kawulo , kawulo / seorang hamba juga wajib dan wenang matur dateng Gosti , meminta baitullah yang baru melebihi dari yang lama , raga dari manusia inilah yang disebut baitullah atau perahu buatan Allah , kejadiannya dari sabda Kun , apabila bitullah nya orang Jawi bisa manitis kepada baitullah lagi yang lebih bagus , sedangkan orang islam baitullah nya tinggal pangroso sedangkan kapalnya telah remuk .Apabila sukma itu mati alam dunia ini nati akan suwong / kosong , tidak ada manusia dan apabila manusia itu terus hidup maka dunia ini akan penuh sesak dengan manusia , berjalannya dari urutan yang tua kemudian yang muda demikian sampai ke pada roh lapisan / roh awal / roh sejati , walaupun sukmanya manusia apabila tekatnya nasar / tidak benar maka akan menjelma menjadi kuwuk / demit
, dan walaupun sukmanya hewan bisa juga menjalma jadi manusia , ( sesuai kehendak dan keadilan yang maha kuasa manusia itu ngunduh wohing pakarti / menuai sesuai apa yang di tanamnya . Ketika batara Wisnu memerintah di kerajaan Medang Kasapto , hewan hewan serta lelembut di cipta menjadi manusia menjadi bala tentaranya , Oleh sebab itu ketika eyang Paduka menjadi raja di kerajaan Gajah Oya bau badan dari orang satu dan yang lainnya berbeda beda sesuai dengan dahulunya ketika masih menjadi hewan .Serat tapak Hyang atau yang sering di sebut Sastrojendro Hayuningrat , terjadi karena darisabda kun , yang di namakan Jithok / punuk / buhul artinya puji thok / pujian saja , dewa yang membuat cahya menyelimuti seluruh badan , artinya incengen aneng cengelmu atau lihatlah pada dirimu sendiri

Read More..

Mitos Penguasa Laut Selatan

|


Konsep Bahari Defensif Kerajaan Mataram

mirunggan kagem eyang resink 1)
ugi kagem ita, yuyud, mas wahana, para kadang ingkang
kesengsem

Konsep penyatu-ragaan Senapati - Lara Kidul: konsep politik
SEKITAR tujuh kilometer arah selatan desa Pleret Kotagede, terletak desa Ngrasawuni. Di arah timur dan timur laut desa ini konon dahulu menjadi tempat Sang Senapati dan Nyai Lara berkencan. Bekas bekas yang masih diingat dalam cerita tutur orang ialah: gua dan bukit yang disebut Gunung Payung. Di bukit ini terdapat dua makam. Yang satu makam kuda sembrani, kuda bersayap kendaraan Senapati, yang bekas telapak nya tercetak pada "batu gilang" di dekat situ. Yang lain "makam kama", yaitu makam sperma Senapati yang tetes di tanah di bukit itu.

Kesatu ragaan Pandawa Pandu dengan Pandawa Lelembut di Astina sejatinya merupakan kesatu ragaan politik. Begitu juga perkawinan Lara Kidul dengan Senapati pada dasarnya perkawinan politik. Senapati memperoleh kedaulatan atas wilayah Mataram, di samping Laut Selatan yang tak berbatas itu. Ini sekaligus merupakan satu deklarasi politik Sutawijaya di depan Adiwijaya, ayah angkatnya. Deklarasai, bahwa Mataram bukan penerus Pajang, baik de facto maupun de iure. Dengan itu pula,
sekaligus untuk "menggertak" lawan lawan nya, Senapati memamerkan kelebihan lelembut istrinya itu di depan segenap makhluk halus yang tak terbilang banyak nya:
'Gung pra peri perayangan ejim
sumiwi Sang Sinom
Prabu Rara yekti gedhe dhewe.
(kutipan dari "Babad Nitik")
saya terjemahkan:
segenap makhluk halus jin
bersembah pada Sang Ratu
yang besar tak bertara

Saya sependapat dengan Ben Anderson yang melihat benteng (saya tambah: juga "jagang" atau parit) di sekeliling kraton Yogya dan Solo, terutama bukan sebagai barikade terhadap tentara musuh, tapi lebih merupakan pernyataan tentang garis batas antara "krama" dan "ngoko", antara "priyagung" dan "wong cilik".*

Walaupun begitu terdapat beda, yang seperti bumi dan langit, antara dasar konsepsi pada lakon carangan "Babad Alas Wanamarta" dengan legenda "Babad Alas Mentaok". Jika pada yang pertama bersifat materiel, pada yang kedua bersifat im-
materiel. Yang pertama kenyataan dihadapi sebagai dan dengan kenyataan, yang kedua kenyataan dihadapi sebagai dan dengan impian. Maka dari itu dunia pedalangan ditutup dengan "Bratayuda Jaya Binangun", dan berakhir dengan kemenangan pihak Pandawa terlepas berapa besar pun kurban yang harus jatuh. Sedangkan babad Mataram, yang mungkin bisa dipandang sebagai "perwakilan Jawa" pada jaman nya, sejak itu tidak
pernah mengenal lagi perang untuk sesuatu nilai. Tidak pernah lagi berinisiatif ofensif. Impian nya pun impian lesu tentang Ratu Adil, yang tak berdarah dan tak berdaging, dan dibangun di atas seribu satu ramalan Jayabaya dan semacamnya, atau
tafsir tafsir yang dipaksakan atas "Jaka Lodang" dan "Kalatida" dari Ranggawarsita. Tidak bisa lain, karena keagungan kerajaan Jawa memang sudah habis bersama dengan
tahun candrasangkala jatuhnya Majapahit: "sirna hilang kartaning bumi" (hilang lenyap keagungan negri).

Mengusut latar belakang mitos
ENTAH lidah atau tangan siapa yang pertama tama mendoktrin kan mitos Lara Kidul itu. Tapi pastilah dari lidah atau tangan yang memang memenuhi syarat syarat kepujanggaan. "Wedatama", yang mem-p4-kan 6) keagungan Senapati berikut mitos Lara Kidul, berasal dari paro sampai perempat terakhir abad ke-19. Kira kira satu abad sebelumnya, tepat nya 11 November 1743, VOC memang telah menodong tanda tangan Paku
Buwana II di pembaringan sakit nya. Dan dari surat todongan itu (agaknya semacam Supersemar Suharto), didapat lah hasil hasil oleh VOC:
(1) sepanjang pantai utara Jawa, dan wilayah sejauh 6 Km
ke pedalaman dikuasai VOC;
(2) semua Bupati pesisir utara Jawa, sebelum mulai
berfungsi, harus bersumpah setia kepada VOC.
Itulah angka tahun ketika kerajaan Jawa secara definitif kehilangan kekuasaan nya atas laut utara. Dan tahun itu (1743), kira kira hanya selang dua dasawarsa saja dari "Babad Karangbolong". Oleh karenanya sejak itu, orang mengadakan
selamatan dan upacara, setiap kali sebelum turun ke gua, untuk mengutip sarang burung. Selamatan dan upacara yang dipersembah kan bagi Dewi Lampet. Upacara ini disertai dengan pergelaran wayang kulit yang mengambil lakon "Dewi Lampet", sebuah nama dan versi lain dari tokoh Dewi Laut Selatan yang satu itu juga: Nyai Lara Kidul (baca: "Histoire de Dewi Lampet: Le Mythe de la Deesse de la Mer du Sud a Karang Bolong" , Claude Guillot; Archipel 24/1982; hal. 101-06).
Tapi semuanya itu tentu tidak berarti bahwa mitos Lara Kidul ini mulai (di)timbul(kan) pada sekitar tahun tahun tersebut. Jauh jauh hari pada senja riwayat Kerajaan Demak, wawasan tentang keadaan dan pengarahan politik telah dibisik
kan Sunan Kalijaga kepada Mas Karebet alias Jaka Tingkir, kelak Sultan Adiwijaya di Pajang. Tanpa menyebut masalah armada dagang berikut ancaman meriam meriam Spanyol,
Portugis, Belanda dan Gujarat di laut utara [tapi wali yang arif ini pasti mencatat di ingatan nya dua kali pengalaman kekalahan Pati Unus di Malaka], diperintah nya Karebet: pertama, agar tidak mempertahankan Demak, tapi membangun
pusat bakal kerajaan nya di pedalaman; dan kedua, agar kerajaan nya kelak tidak bersandar pada para "dagang layar" di laut, tapi pada kaum "among tani". (baca: Atmodarminto, Babad Demak Jarwa, Penerbit "Pesat" 1954).
"Carilah bakal pusat kerajaan mu itu di dekat Prambanan,
di pinggir Kali Kuning sana!" Begitu kira kira nasihat
Kalijaga pada Mas Karebet. Tinggal kan Laut Utara, mundur dan
masuk ke pedalaman.
"Arus sudah berbalik!" Kata Pramudya
Ananta Toer.
Revaluasi atas wawasan situasi objektif, yang
meninggalkan konsep wawasan nusantara bahari, diuji penjabaran nya terutama oleh Sultan Agung Anyakrakusuma (1612-45). Tapi ternyata mengalami kegagalan. Dua kali ekspedisi ke Betawi dikirim (1628 dan 1629), dua kali pula gagal. Bukan saja sama
sama dedel duwel dengan VOC di Betawi (konon J.P. Coen berhasil dipenggal kepalanya oleh lasykar Mataram?), tapi juga harus menghadapi pemberontakan "golongan ketiga" yang sedang tumbuh di pedalaman Mataram. Pemicu pemberontakan ini, agaknya, jika kita mencermati dongeng rakyat "Pranacita - Rara Mendut", akibat semacam "krismon" yang dicoba hendak diatasi dengan (karena belum ada IMF!) politik perpajakan. Begitu juga
oleh sabotase besar besaran dari para "bupati pesisir", sepanjang barat Semarang sampai Rengasdengklok. Sayang "benang merah" tutur Jawa ini kurang diangkat, baik oleh YB. Mangunwijaya maupun oleh Ami Prijono, masing masing dalam
novel dan film nya tentang Rara Mendut.

Lahir dari konsep defensif
G.J.Resink benar, mensinyalir mitos Lara Kidul ini,
dengan menghubungkan nya dengan armada armada Spanyol, Portugis dan Belanda yang dalam masa itu sudah malang melintang di Laut Jawa ("Mers Javanaises"; Archipel 24/1982, hal. 97-100). Namun demikian ini tentu saja tidak berarti, bahwa kepercayaan pada ruh penguasa laut belum ada di Jawa sebelum masa itu. Sebutan "nyai" itu sendiri, bentuk feminin untuk "kyai", sejenis honorefik prefiks bagi orang tua yang
dimuliakan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Termasuk dalam yang akhir ini, terutama yaitu arwah "bahureksa" yang di lain tempat disebut "pamali" (Buru), "danyang" (tentu dari "da" dan "hyang"), dan lain lain.
Nyai Lara Kidul konon berparas cantik. Beda dengan Durga (Umayi) atau si Janda dari desa Girah, Calon Arang. Tapi wataknya? Jelas, tidak pernah melempar senyum barang secercah pada "kawula cilik". "Lampor" nya bikin takut anak anak. Ia
juga luar biasa pencemburu pada perempuan tani di desa. Jika gadis gadis desa dan gunung itu, satu kali setahun, pada kesempatan hari raya Lebaran ingin bergembira ria di laut, bukan main banyak pantangan mereka. Tidak boleh berbaju warna
"gadung", "gadung melati", "jingga", dan sebagainya; tidak boleh berkain "poleng alit", "teluh watu" dan semacam nya. Juga pada penduduk desa umumnya. Ini terjadi sangat hebat, misalnya, di sekitar tahun 1956. Dihamuk nya rakyat
Gunungkidul yang miskin tak berdaya itu. Gelombang Laut Selatan bergulung gulung menghempas pantai, sambil melepas berjuta juta balatentara yang berupa tikus tikus. Dan dimangsanya segala apa saja. Bukan saja tumbuhan dan hasil bumi, bahkan ternak dan bayi anak anak manusia juga dimakan.
Lalu, sekali lagi terjadi pada tahun 1946. Ketika itu Nyai Lara Kidul memerlukan tambahan balatentara, guna memerangi tentara Nica yang musuh Mataram, dan juga musuh Republik. Maka untuk rekrutering balatentara lelembut itu, dibunuhinya
rakyat dengan menyebar wabah pes tanpa pardon! (Yuyud! Ini positif atau negatif, coba? Ironis ya Mas Wah? Jika mitos telah berhasil ditanamkan.)

Penutup
Menghadapi mitos, legenda, saga dan sebangsanya, bukan lah "who's who" nya yang penting. Tapi "mengapa" nya, lalu "bagaimana" nya. Di situ lah soal nya. Maka itu, menurut hemat saya, bukan soal beratus nama dan beribu versi penuturan yang
masalah. Namun, karena terperangkap keasyikan mencari tahu "apa siapa" nya itu, orang terkadang lantas tergelincir berasyik masyuk di dalam "dichtung" kejadian nya saja. Bung Karno, dalam ceramah di Universitas Gajahmada (1954?) menyi- kapi legenda Nyai Lara Kidul ini dari konsep impian wawasan nusantara bahari. Juga di dalam
"Sarinah", diceritakannya tentang mitos laut bangsa bangsa Timur Tengah, yang mengandung kisah kisah perjuangan mereka dalam menunduk kan laut. Demikian juga Bima. Tak kurang gagah dan perkasa nya pula tokoh idola Bung Karno itu. Ada satu kali
ia memang kompromi dengan Nagaraja di Saptapratala. Tapi itu terjadi bukan lantaran Nagaraja berputri Nagagini yang jelita, melainkan karena keadaan darurat. Bahwa ia harus menyelamatkan empat saudara saudaranya dan Kunti, ibunya, dari pengejaran
Kurawa, sesudah kegagalan usaha pembunuhan dalam peristiwa
judi di Balai Sigalagala itu. Selebih nya paling tidak tiga kali Bima telah bertempur mati matian, dan berhasil mengalah kan tokoh tokoh bahureksa sakti: Hidimba (Arimba), raksasa penunggu pohon randu alas; dua raksasa kembar penunggu gunung;
dan seekor naga laut dalam kisah "Dewaruci". Konon kisah "Dewaruci" berasal dari jaman Mamenang (Isyanawikrama alias Empu Sindok), sekitar enam abad lebih tua dari jaman Mataran Senapati.
Kisah kisah perjuangan dan kemenangan anak manusia Jawa terhadap arwah bahureksa seperti itu, banyak terdapat baik dalam dunia wayang maupun dalam dongeng rakyat.
Adanya berbagai versi penuturan mitos tentang laut, menandakan juga adanya berbagai tokoh bahureksa laut di berbagai daerah kebudayaan. Tapi, beda dengan mitologi Hindu yang memandang laut sebagai laki laki (Dewa Waruna), di
Indonesia (seperti di Mesir) bahureksa laut mendapat bentuk sosok perempuan. Seperti halnya bumi, tanah dan air, laut merupakan unsur pengandung - pelahir - dan penyusui kehidupan.
Rakyat Buru selain mengenal Ina Kabuki, ratu yang bertahta di dasar Teluk Kayeli, juga mempunyai tokoh Boki Ronja(ng), "pamali' atau bahureksa sungai Wai Apu.
Bentuk feminin itu barangkali juga karena, di hadapan langit, laut terletak di bawah. Dari dunia pedalangan sering kita dengar kata kata, diucap kan terhadap tokoh yang akan dikenai senjata pamungkas; "tumengaa Bapa Angkasa, tumungkula
Babu Pertiwi" (tengadah lah pada Bapa Langit, dan tunduk lah
pada Ibu Bumi". Gagasan pemikiran demikian, bahwa "bapa" (laki laki) adalah langit, dan "ibu" (perempuan) adalah bumi, sesuai dengan konsep susunan bangunan lingga dan yoni.
Kemanunggalan Mataram dan Laut Selatan adalah mutlak, karena Laut Utara tidak lagi memberi lebensraum. Kesatu- tubuhan Senapati - Lara Kidul adalah mutlak, karena itu ialah kesatuan nya antara langit dan bumi, antara lingga dan yoni.
Mitos Nyai Lara Kidul sebuah konsep yang mempunyai akar sejarah pada "Wahyu Majapahit", mempunyai dasar ideologi pada dua aspek "gender" dalam satu tubuh (bandingkan dengan sesaji "ardanareswari" di Bali), dan merupakan antropomorfi dari
wawasan bahari Kerajaan Mataram yang telah hilang.
_______________________________
1 Profesor (pensiun) G.J. Resink (Yogya 1911-Jakarta 1996).
Artikel ini ditulis dan disiarkan "Kompas Minggu" tahun 1982.
2 Dalam konsepsi Jawa, perempuan atau syakti ("sy" ini
mestinya "c cedille") yang maha hebat agaknya selalu
dilukiskan sebagai "mengerikan". Ingat: Sarpakenaka, Durga,
Calon Arang, sedikit banyak juga "Durga Umayi" YB
Mangunwijaya, dsb.; bandingkan dengan konsepsi Barat yang
sebaliknya: Maria, Aya Sofia dll. Kenapa begitu, ya!?
3 Perhatikan gelar ini: "panembahan" gelar yang biasa
disandang para wali, raja atau bangsawan tinggi, yang kuasa
atas bidang ruhani (agama) dan kenegaraan. Jadi boleh lah di
terjemahkan sebagai: Yang Suci Panglima Perang. Gelar ini
tampaknya timbul dari satu jaman, ketika "dua tangan" (ulama
dan raja) memegang "satu fungsi" yang bersegi kembar ibarat
"kupu tarung" (segi ruhani dan badani), yaitu (untuk Jawa
Tengah) di jaman kerajaan Demak; dan lebih melembaga di jaman
ketika "dwi fungsi' (agama dan politik) dipegang satu tangan,
yaitu sejak jaman Panembahan Senapti dan lebih tegas lagi
sejak Amangkurat.
4 Adat kepercayaan demikian terdapat pada banyak suku murba
(terjemahan saya untuk "primitif" yang di telinga saya
terdengar melecehkan), juga sementara suku di Irian dan Papua
Niugini.
5 Ruba, Ruang Bawah Tanah, diambil dari istilah yang dipakai o-
leh gerakan perlawanan bersenjata melawan pemerintahan rezim
$uharto tahun 1968 di sekitar Blitar Selatan. Ide sistem perta
hanan ini diambil dari pengalaman para pejuang Vietnam ketika
mereka melakukan ofensif milter mengepung benteng Dien Bien Phu
yang akhirnya membebaskan mereka dari penjajahan Prancis.
6 P4 istilah Orde $uharto "Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila" tak lain istilah selubung untuk "indoktrinasi" atau
"brainwashing".
original post


Read More..

Serat Dewaruci

|


Cerita Dewa Ruci diduga -menurut Prof. Dr. RM. Ng Purbotjaroko dan Dr.
Stutterheim- ditulis kira-kira pada masa peralihan agama, atau pada awal tersebarnya Islam di Tanah Jawa. Cerita aslinya, yang dianggap Babon-nya, dinisbahkan kepada Mpu Ciwamurti. Tetapi naskah-naskah kemudian dihubungkan kepada Ajisaka, yang konon menjadi murid Maulana Ngusman Ngali, seorang penyebar agama Islam. Pada tangan Sunan Bonang, Serat Dewa Ruci yang asli itu diterjemahkan dari Bahasa Kawi ke dalam bahasa Jawa Modern. Terjemahan ini tersimpan di perpustakaan pribadi R.Ng.Ronggowarsito.
Orang hanya dapat memahami Dewa Ruci bila ia memiliki latar belakang ilmu tasawuf, dengan merujuk paling tidak pada karya-karya Al-Ghazali dan Ibn Arabi. Walaupun Prof. Dr. Ng. Purbotjaroko mengatakan bahwa nilai sastra dewa Ruci itu tidak besar dan nilainya sebagai buku tasawuf juga tidak begitu penting, bagi kebanyakan orang Jawa, terutama
"angkatan tua", ia dianggap sebagai sumber pokok ajaran Kejawen, sebagai rujukan untuk "ilmu kasampurnan" .

Dalam Cerita Dewa Ruci, sebenarnya tasawuf disampaikan dengan menggunakan "bahasa" orang Jawa. Secara hermeneutik, jika kita membaca Cerita Dewa Ruci dengan Vorverstandnis (preunderstanding) sastra modern, kita akan mengatakannya seperti Prof. Dr. Ng. Purbotjaroko.Tetapi bila preunderstanding kita itu dilandasi pada literatur sufi,
kita akan melihatnya sangat sufistik.Sudah lazim dalam literatur sufi, para sufi mengajar lewat ceritra. Cerita itu diambil dari khazanah budaya bangsa yang dihadapi para sufi itu.
Lihatlah, bagaimana Sa'di, Rumi, dan Hafez mengambil banyak cerita dari khazanah Persia untuk mengajarkan tasawuf.

R. Ng. Ronggowarsito, yang sempat mengakses Dewa Ruci itu di perpustakaannya, sering merujuk kepadanya dan sangat terpengaruh olehnya pada karya-karya sufistiknya.Sebagai misal, dalam Suluk Suksma Lelana, dikisahkan seorang santri yang bernama Suksma Lelana.Ia melakukan perjalanan panjang untuk mencari ilmu sangkan paran kepada seorang guru kebatinan yang bernama Syekh Iman Suci di arga (bukit) Sinai.Ia mengalami berbagai cobaan. Ia berhadapan dengan putri Raja Kajiman bernama Dewi Sufiyah, dengan dua orang pembantunya: Ardaruntik dan Drembabhukti.

Menurut Dr Simuh, ketiga makhluk ini melambangkan tiga macam nafsu:
Sufiyah, Amarah, dan Lawwamah. Para penafsir Dewa Ruci juga menyebut gua di Candramuka dengan dua raksasa di sana sebagai tiga macam nafsu. Ada juga yang menyebut Bhima dengan empat saudaranya (saderek gangsal manunggil bayu), sebagai perjuangan diri kita melawan empat nafsu - Lawwamah, Amarah, Sufiyah, dan Mutmainnah.

Kisah pencarian air kehidupan bukan hanya ada di Jawa.
Kisah ini bahkan bisa dilacak sampai setua kebudayaan Mesopotamia, pada bangsa Sumeria.Di kota kuno Uruk bertahta Raja yang sangat perkasa, Gilgamesh.
Ia tidak pernah mengalami kekecewaan kecuali ketika sahabatnya yang sangat dicintainya, Enkidu, meninggal dunia."Seperti singa betina yang ditinggal mati anak-anak bayinya, sang raja mondar-mandir di dekat ranjang kawannya, meremas-remas rambutnya sendiri, minta anak buahnya membuat patung kawannya dan meraung-meraung dengan keras," begitu tertulis dalam 12 bilah papan yang dikumpulkan dari fragmen Akkadia, kira-kira 1750 SM.

"Aduhai, biarlah aku tidak mati seperti sahabatku Enkidu. Derita telah merasuki tubuhku. Mati aku takut. Aku akan terus berjalan. Aku tidak akan mundur," kata Gilgamesh sambil meneruskan perjalanannya mencari tanaman yang akan melepaskannya dari kematian dan mengantarkannya kepada keabadian. Hampir seperti Dewa Ruci, ia menempuh perjalanan yang berat dan berbahaya. Ia berhadapan dengan singa-singa yang buas, yang dapat ia hindari berkat bantuan Dewa Bulan. Ia pergi ke gunung di tempat mentari tenggelam. Kepadanya diperlihatkan kematian. Ia berjumpa dengan manusia kalajengking yang menjaga gua. Seorang di antaranya membukakan pintu gua. Gilgamesh dilemparkan ke dalam kegelapan. Habis gelap terbitlah terang. Ia sampai ke taman yang indah dan di tepi pantai ia berjumpa dengan putri yang misterius, Siduri. Sang putri melarangnya meneruskan perjalanan:

O Gilgamesh, whither do you fare?
The life you seek, you will not find
When the gods created man,
They apportioned death to mankind;
And retained life to themselves
O Gilgamesh, fill your belly,
Make merry, day and night;
Make of each day a festival of joy,
Dance and play, day and night!
Let your raiment be kept clean,
Your head washed, body bathed,
Pay heed to the little one, holding onto your hand,
Let your wife delighted your heart,
For in this is the portion of man

Tetapi Gilgamesh tidak ingin berkutat pada "the portion of man".Ia ingin mencari jauh di luar itu. Ia ingin abadi.Putri itu mengantarkannya kepada tukang perahu kematian, yang pada
gilirannya mengantarkannya ke lautan kosmis.Di situ ia berjumpa dengan Untuk-napishtim, yang hidup abadi bersama isterinya.Ia diberitahu bahwa tanaman keabadian itu terletak di dasar samudra kosmis.Ia harus memetiknya. Pohonnya berduri yang sangat tajam.Tak pernah orang datang untuk memetik tanaman itu, kembali ke pantai dalam keadaan selamat.Jika durinya mengenai tangan, tangan akan segera terpotong; tetapi bila tangan itu berhasil mencabutnya, ia akan hidup abadi.Singkatnya cerita, Gilgamesh berhasil memetiknya, membawanya ke pantai,
dan -ketika ia beristirahat mandi sejenak- ular mencuri tanaman itu.
Gilgamesh tidak bisa berusia panjang, tetapi ular bisa .

Lalu, lebih kemudian dari kebudayaan Sumeria, adalah kisah kepahlawanan Aleksander yang Agung dari Masedonia.Setelah berbagai penaklukannya yang menakjubkan, ia juga ingin mencari
air kehidupan, yang akan memberikannya keabadian.Aleksander menempuh perjalanan panjang bersama tukang masaknya yang bernama Andreas.Setelah berkelana bertahun-tahun, akhirnya keduanya memutuskan untuk mengambil jalan terpisah.Pada suatu tempat, di tepi sungai, Andreas berhenti untuk makan.Ia membuka bakul makanan, yang di dalamnya sudah disimpan ikan yang sudah dimasak.Tiba-tiba sepercik air mengenai ikan itu. Ikan melompat ke sungai.Andreas mengejar ikan itu dan akhirnya kecebur dalam air keabadian.

Filosofi Dewa Ruci

Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula (manusia)dan Gusti (Pencipta) (manunggaling kawula Gusti )/ pendekatan kepada Yang Maha Kuasa secara total.

Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Sang Pencipta, yang mempunyai moral yang baik, bersih dan jujur. beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap.Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta melalui kebersihan hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa dan karya harus baik, benar, suci dan ditujukan untuk mamayu hayuning bawono. Kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang berusaha memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang mengandung nilai-nilai spiritual yang tinggi.

Tindakan tersebut dibagi tiga bagian yaitu tindakan simbolis dalam religi, tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan simbolis dalam seni. Tindakan simbolis dalam religi, adalah contoh kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannya misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang Murbheng Dumadi, Gusti Ingkang Maha Kuaos, dan sebagainya. Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya tradisi upacara kematian yaitu medoakan orang yang meninggal pada tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun ,tiga tahun, dan seribu harinya setelah seseorang meninggal ( tahlilan ). Dan tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada wajah wayang kulit; warna ini menggambarkan karakter dari masing-masing tokoh dalam wayang.

Perkembangan budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan orang jawa dalam kehidupan. Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa membuktikan hal gaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam metode tanpa mengindahkan unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itu kehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasi dan penelitian.

Kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah soko guru (tiang penyangga) yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya akan memperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut. Namun dengan adanya teknologi konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko guru itu tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah.Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme. Dan sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya cakra panggilingan.

Orang Jawa menganggap cerita wayang merupakan cermin dari pada kehidupannya.

Dewa Ruci yang merupakan cerita asli wayang Jawa memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan harmonis antara Kawula dan Gusti, yang diperagakan oleh Bima atau Aria Werkudara dan Dewa Ruci.Dalam bentuk kakawin (tembang) oleh Pujangga Surakarta,Yosodipuro berjudul:"Serat Dewaruci Kidung" yang disampaikan dalam bentuk macapat, berbahasa halus dan sesuai rumus-rumus tembang, dengan bahasa Kawi, Sanskerta dan Jawa Kuna.

Intisari cerita tersebut yaitu bahwa pihak kaum Kurawa dengan dinegeri Amarta, ingin menjerumuskan pihak Pandawa dinegeri Astina,(yang sebenarnya adalah:bersaudara) ke dalam kesengsaraan, melalui perantaraan guru Durna. Sena yang juga adalah murid guru Durno diberikan ajaran: bahwa dalam mencapai kesempurnaan demi kesucian badan ,Sena diharuskan mengikuti perintah sang Guru untuk mencari air suci penghidupan ke hutan Tibrasara. Sena mengikuti perintah gurunya dan yakin tidak mungkin teritipu dan terbunuh oleh anjuran Gurunya, dan tetap berniat pergi mengikuti perintah sang Guru,walaupun sebenarnya ada niat sang Guru Durno untuk mencelakaannya.

Diceritakan Pada saat di negeri Amarta ,Prabu Suyudana/raja Mandaraka/prabu Salya sedang rapat membahas bagaimana caranya Pandawa dapat ditipu secara halus agar musnah, sebelum terjadinya perang Baratayuda, bersama dengan Resi Druna, Adipati Karna, Raden Suwirya, Raden Jayasusena, Raden Rikadurjaya, Adipati dari Sindusena, Jayajatra, Patih Sengkuni, Bisma, Dursasana, dan lain-lainnya termasuk para sentana/pembesar andalan lainnya.

Kemudian Durna memberi petunjuk kepada Sena, bahwa jika ia telah menemukan air suci itu ,maka akan berarti dirinya mencapai kesempurnaan, menonjol diantara sesama makhluk,dilindungi ayah-ibu, mulia, berada dalam triloka,akan hidup kekal adanya. Selanjutnya dikatakan, bahwa letak air suci ada di hutan Tibrasara, dibawah Gandawedana, di gunung Candramuka, di dalam gua. Kemudian setelah ia mohon pamit kepada Druna dan prabu Suyudana, lalu keluar dari istana, untuk mohon pamit, mereka semua tersenyum, membayangkan Sena berhasil ditipu dan akan hancur lebur melawan dua raksasa yang tinggal di gua itu, sebagai rasa optimisnya ,untuk sementara merekamerayakan dengan bersuka-ria, pesta makan minum sepuas-puasnya.

Setelah sampai di gua gunung Candramuka, air yang dicari ternyata tidak ada, lalu gua disekitarnya diobrak-abrik. Raksasa Rukmuka dan Rukmakala yang berada di gua terkejut, marah dan mendatangi Sena. Namun walau telah dijelaskan niat kedatangannya, kedua raksasa itu karena merasa terganggu akibat ulah Sena, tetap saja mengamuk. Terjadi perkelahian .......Namun dalam perkelahian dua Raksaksa tersebut kalah, ditendang, dibanting ke atas batu dan meledak hancur lebur. Kemudian Sena mengamuk dan mengobrak-abrik lagi sampai lelah,dalam hatinya ia bersedih hati dan berfikir bagaimana mendapatkan air suci tersebut.Karena kelelahan,kemudian ia berdiri dibawah pohon beringin.

Setibanya di serambi Astina, saat lengkap dihadiri Resi Druna, Bisma, Suyudana, Patih Sangkuni, Sindukala, Surangkala, Kuwirya Rikadurjaya, Jayasusena, lengkap bala Kurawa, dan lain-lainnya, terkejut....! atas kedatangan Sena. Ia memberi laporan tentang perjalannya dan dijawab oleh Sang Druna :bahwa ia sebenarnya hanya diuji, sebab tempat air yang dicari, sebenarnya ada di tengah samudera. Suyudana juga membantu bicara untuk meyakinkan Sena.
Karena tekad yang kuat maka Senapun nekat untuk pergi lagi....., yang sebelumnya ia sempat mampir dahulu ke Ngamarta.(tempat para kerabatnya berada) Sementara itu di Astina keluarga Sena yang mengetahui tipudaya pihak Kurawa mengirim surat kepada prabu Harimurti/Kresna di Dwarawati, yang dengan tergesa-gesa bersama bala pasukan datang ke Ngamarta.

Setelah menerima penjelasan dari Darmaputra, Kresna mengatakan bahwa janganlah Pandawa bersedih, sebab tipu daya para Kurawa akan mendapat balasan dengan jatuhnya bencana dari dewata yang agung. Ketika sedang asyik berbincang-bincang, datanglah Sena, yang membuat para Pandawa termasuk Pancawala, Sumbadra, Retna Drupadi dan Srikandi, dan lain-lainnya, senang dan akan mengadakan pesta. Namun tidak disangka, karena Sena ternyata melaporkan bahwa ia akan meneruskan pencarian air suci itu, yaitu ke tengah samudera. Nasehat dan tangisan, termasuk tangisan semua sentana laki-laki dan perempuan, tidak membuatnya mundur.

Sena berangkat pergi, tanpa rasa takut keluar masuk hutan, naik turun gunung, yang akhirnya tiba di tepi laut. Sang ombak bergulung-gulung menggempur batu karang bagaikan menyambut dan tampak kasihan kepada yang baru datang, bahwa ia di tipu agar masuk ke dalam samudera, topan datang juga riuh menggelegar, seakan mengatakan bahwa Druna memberi petunjuk sesat dan tidak benar.

Bagi Sena, lebih baik mati dari pada pulang menentang sang Maharesi, walaupun ia tidak mampu masuk ke dalam air, ke dasar samudera. Maka akhirnya ia berpasrah diri, tidak merasa takut, sakit dan mati memang sudah kehendak dewata yang agung, karena sudah menyatakan kesanggupan kepada Druna dan prabu Kurupati, dalam mencari Tirta Kamandanu, masuk ke dalam samudera.

Dengan suka cita ia lama memandang laut dan keindahan isi laut, kesedihan sudah terkikis, menerawang tanpa batas, lalu ia memusatkan perhatian tanpa memikirkan marabahaya, dengan semangat yang menyala-nyala mencebur ke laut, tampak kegembiraannya, dan tak lupa digunakannya ilmu Jalasengara, agar air menyibak.
Alkisah ada naga sebesar segara anakan, pemangsa ikan di laut, wajah liar dan ganas, berbisa sangat mematikan, mulut bagai gua, taring tajam bercahaya, melilit Sena sampai hanya tertinggal lehernya, menyemburkan bisa bagai air hujan. Sena bingung dan mengira cepat mati, tapi saat lelah tak kuasa meronta, ia teringat segera menikamkan kukunya, kuku Pancanaka, menancap di badan naga, darah memancar deras, naga besar itu mati, seisi laut bergembira.

Sementara itu Pandawa bersedih hati dan menangis memohon penuh iba, kepada prabu Kresna. Lalu dikatakan oleh Kresna, bahwa Sena tidak akan meninggal dunia, bahkan mendapatkan pahala dari dewata yang nanti akan datang dengan kesucian, memperoleh cinta kemuliaan dari Hyang Suksma Kawekas, diijinkan berganti diri menjadi batara yang berhasil menatap dengan hening. Para saudaranya tidak perlu sedih dan cemas.

Kembali dikisahkan Sang Wrekudara yang masih di samudera, ia bertemu dengan dewa berambut panjang, seperti anak kecil bermain-main di atas laut, bernama Dewa Ruci. Lalu ia berbicara :"Sena apa kerjamu, apa tujuanmu, tinggal di laut, semua serba tidak ada tak ada yang dapat di makan, tidak ada makanan, dan tidak ada pakaian. Hanya ada daun kering yang tertiup angin, jatuh didepanku, itu yang saya makan". Dikatakan pula :"Wahai Wrekudara, segera datang ke sini, banyak rintangannya, jika tidak mati-matian tentu tak akan dapat sampai di tempat ini, segalanya serba sepi. Tidak terang dan pikiranmu memaksa, dirimu tidak sayang untuk mati, memang benar, disini tidak mungkin ditemukan".
"Kau pun keturunan Sang Hyang Pramesthi, Hyang Girinata, kau keturunan dari Sang Hyang Brama asal dari para raja, ayahmu pun keturunan dari Brama, menyebarkan para raja, ibumu Dewi Kunthi, yang memiliki keturunan, yaitu sang Hyang Wisnu Murti. Hanya berputra tiga dengan ayahmu, Yudistira sebagai anak sulung, yang kedua dirimu, sebagai penengah adalah Dananjaya, yang dua anak lain dari keturunan dengan Madrim, genaplah Pandawa, kedatanganmu disini pun juga atas petunjuk Dhang Hyang Druna untuk mencari air Penghidupan berupa air jernih, karena gurumu yang memberi petunjuk, itulah yang kau laksanakan, maka orang yang bertapa sulit menikmati hidupnya", lanjut Dewa Ruci.

Kemudian dikatakan :"Jangan pergi bila belum jelas maksudnya, jangan makan bila belum tahu rasa yang dimakan, janganlah berpakaian bila belum tahu nama pakaianmu. Kau bisa tahu dari bertanya, dan dengan meniru juga, jadi dengan dilaksanakan, demikian dalam hidup, ada orang bodoh dari gunung akan membeli emas, oleh tukang emas diberi kertas kuning dikira emas mulia. Demikian pula orang berguru, bila belum paham, akan tempat yang harus disembah".
Wrekudara masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan "Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku", kata Dewa Ruci. Sambil tertawa sena bertanya :"Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk".Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:"besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku".

Atas petunjuk Dewa Ruci, Sena masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri. Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati.
Ada empat macam benda yang tampak oleh Sena, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci: "Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.

Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.

Lalu Wrekudara melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya, memancar bernyala-nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat.

Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.

Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab. Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang benar, persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti. Manusia bagaikan wayang, Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak, dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan untuk memainkan panggungnya.

Penerima ajaran dan nasehat ini tidak boleh menyombongkan diri, hayati dengan sungguh-sungguh, karena nasehat merupakan benih. Namun jika ditemui ajaran misalnya kacang kedelai disebar di bebatuan tanpa tanah tentu tidak akan dapat tumbuh, maka jika manusia bijaksana, tinggalkan dan hilangkan, agar menjadi jelas penglihatan sukma, rupa dan suara. Hyang Luhur menjadi badan Sukma Jernih, segala tingkah laku akan menjadi satu, sudah menjadi diri sendiri, dimana setiap gerak tentu juga merupakan kehendak manusia, terkabul itu namanya, akan segala keinginan, semua sudah ada pada manusia, semua jagad ini karena diri manusia, dalam segala janji janganlah ingkar.

Jika sudah paham akan segala tanggung jawab, rahasiakan dan tutupilah. Yang terbaik, untuk disini dan untuk disana juga, bagaikan mati di dalam hidup, bagaikan hidup dalam mati, hidup abadi selamanya, yang mati itu juga. Badan hanya sekedar melaksanakan secara lahir, yaitu yang menuju pada nafsu.

Wrekudara setelah mendengar perkataan Dewa Ruci, hatinya terang benderang, menerima dengan suka hati, dalam hati mengharap mendapatkan anugerah wahyu sesungguhnya. Dan kemudian dikatakan oleh Dewa Ruci :"Sena ketahuilah olehmu, yang kau kerjakan, tidak ada ilmu yang didatangkan, semua sudah kau kuasai, tak ada lagi yang dicari, kesaktian, kepandaian dan keperkasaan, karena kesungguhan hati ialah dalam cara melaksanakan.
Dewa Ruci selesai menyampaikan ajarannya, Wrekudara tidak bingung dan semua sudah dipahami, lalu kembali ke alam kemanusiaan, gembira hatinya, hilanglah kekalutan hatinya, dan Dewa Ruci telah sirna dari mata,
Wrekudara lalu mengingat, banyak yang didengarnya tentang tingkah para Pertapa yang berpikiran salah, mengira sudah benar, akhirnya tak berdaya, dililit oleh penerapannya, seperti mengharapkan kemuliaan, namun akhirnya tersesat dan terjerumus.

Bertapa tanpa ilmu, tentu tidak akan berhasil, kematian seolah dipaksakan, melalui kepertapaannya, mengira dapat mencapai kesempurnaan dengan cara bertapa tanpa petunjuk, tanpa pedoman berguru, mengosongkanan pikiran, belum tentu akan mendapatkan petunjuk yang nyata. Tingkah seenaknya, bertapa dengan merusak tubuh dalam mencapai kamuksan, bahkan gagallah bertapanya itu.

Guru yang benar, mengangkat murid/cantrik, jika memberi ajaran tidak jauh tempat duduknya, cantrik sebagai sahabatnya, lepas dari pemikiran batinnya, mengajarkan wahyu yang diperoleh. Inilah keutamaan bagi keduanya.
Tingkah manusia hidup usahakan dapat seperti wayang yang dimainkan di atas panggung, di balik layar ia digerak-gerakkan, banyak hiasan yang dipasang, berlampu panggung matahari dan rembulan, dengan layarnya alam yang sepi, yang melihat adalah pikiran, bumi sebagai tempat berpijak, wayang tegak ditopang orang yang menyaksikan, gerak dan diamnya dimainkan oleh Dalang, disuarakan bila harus berkata-kata, bahwa itu dari Dalang yang berada dibalik layar, bagaikan api dalam kayu, berderit oleh tiupan angin, kayu hangus mengeluarkan asap, sebentar kemudian mengeluarkan api yang berasal dari kayu, ketahuilah asal mulanya, semuanya yang tergetar, oleh perlindungan jati manusia, yang yang kemudian sebagai rahasia.

Kembali ke Negeri Ngamarta
Tekad yang sudah sempurna, dengan penuh semangat, Raden Arya Wrekudara kemudian pulang dan tiba ke negerinya, Ngamarta, tak berpaling hatinya, tidak asing bagi dirinya, sewujud dan sejiwa, dalam kenyataan ditutupi dan dirahasiakan, dilaksanakan untuk memenuhi kesatriaannya. Permulaan jagad raya, kelahiran batin ini, memang tidak kelihatan, yang bagaikan sudah menyatu, seumpama suatu bentukan, itulah perjalanannya.
Bersamaan dengan kedatangan Sena, di Ngamarta sedang berkumpul para saudaranya bersama Sang Prabu Kresna, yang sedang membicarakan kepergian Sena, cara masuk dasar samudera. Maka disambutlah ia, dan saat ditanya oleh Prabu Yudistira mengenai perjalanan tugasnya, ia menjawab bahwa perjalanannya itu dicurangi, ada dewa yang memberi tahu kepadanya, bahwa di lautan itu sepi,tidak ada air penghidupan. Gembira mendengar itu, lalu Kresna berkata :"Adikku ketahuilah nanti, jangan lupa segala sesuatu yang sudah terjadi ini".


MAKNA AJARAN DEWA RUCI

- Pencarian air suci Prawitasari

Guru Durna memberitahukan Bima untuk menemukan air suci Prawitasari. Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih, suci; sari artinya inti. Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari dari pada ilmu suci.

- Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksamuka

Air suci itu dikatakan berada dihutan Tikbrasara, dilereng Gunung Reksamuka. Tikbra artinya rasa prihatin; sara berarti tajamnya pisau, ini melambangkan pelajaran untuk mencapai lendeping cipta (tajamnya cipta). Reksa berarti mamalihara atau mengurusi; muka adalah wajah, jadi yang dimaksud dengan Reksamuka dapat diartikan: mencapai sari ilmu sejati melalui samadi.

1. Sebelum melakukan samadi orang harus membersihkan atau menyucikan badan dan jiwanya dengan air.

2. Pada waktu samadi dia harus memusatkan ciptanya dengan fokus pandangan kepada pucuk hidung. Terminologi mistis yang dipakai adalah mendaki gunung Tursina, Tur berarti gunung, sina berarti tempat artinya tempat yang tinggi.


Pandangan atau paningal sangat penting pada saat samadi. Seseorang yang mendapatkan restu dzat yang suci, dia bisa melihat kenyataan antara lain melalui cahaya atau sinar yang datang kepadanya waktu samadi. Dalam cerita wayang digambarkan bahwasanya Resi Manukmanasa dan Bengawan Sakutrem bisa pergi ketempat suci melalui cahaya suci.

- Raksasa Rukmuka dan Rukmakala

Di hutan, Bima diserang oleh dua raksasa yaitu Rukmuka dan Rukmala. Dalam pertempuran yang hebat Bima berhasil membunuh keduanya, ini berarti Bima berhasil menyingkirkan halangan untuk mencapai tujuan supaya samadinya berhasil.

Rukmuka : Ruk berarti rusak, ini melambangkan hambatan yang berasal dari kemewahan makanan yang enak (kemukten).

Rukmakala : Rukma berarti emas, kala adalha bahaya, menggambarkan halangan yang datang dari kemewahan kekayaan material antara lain: pakaian, perhiasan seperti emas permata dan lain-lain (kamulyan)

Bima tidak akan mungkin melaksanakan samadinya dengan sempurna yang ditujukan kepada kesucian apabila pikirannya masih dipenuhi oleh kamukten dan kamulyan dalam kehidupan, karena kamukten dan kamulyan akan menutupi ciptanya yang jernih, terbunuhnya dua raksasa tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa Bima bisa menghapus halangan-halangan tersebut.

- Samudra dan Ular

Bima akhirnya tahu bahwa air suci itu tidak ada di hutan , tetapi sebenarnya berada didasar samudra. Tanpa ragu-ragu sedikitpun dia menuju ke samudra. Ingatlah kepada perkataan Samudra Pangaksama yang berarti orang yang baik semestinya memiliki hati seperti luasnya samudra, yang dengan mudah akan memaafkan kesalahan orang lain.

Ular adalah simbol dari kejahatan. Bima membunuh ular tersebut dalam satu pertarungan yang seru. Disini menggambarkan bahwa dalam pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati, tidaklah cukup bagi Bima hanya mengesampingkan kamukten dan kamulyan, dia harus juga menghilangkan kejahatan didalam hatinya. Untuk itu dia harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Rila: dia tidak susah apabila kekayaannya berkurang dan tidak iri kepada orang lain.

2. Legawa : harus selalu bersikap baik dan benar.

3. Nrima : bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar.

4. Anoraga : rendah hati, dan apabila ada orang yang berbuat jahat kepadanya, dia tidak akan membalas, tetap sabar.

5. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak kepada kebaikan dan kebenaran.

6. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tidak pernah berhenti untuk berbuat yang benar antara lain : melakukan samadi. Selalu waspada untuk menghindari perbuatan jahat.

7. Gembira : bukan berarti senang karena bisa melaksanakan kehendak atau napsunya, tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari pada kesalahan-kesalahan dari kerugian yang terjadi pada masa lalu.

8. Rahayu : kehendak untuk selalu berbuat baik demi kepentingan semua pihak.

9. Wilujengan : menjaga kesehatan, kalau sakit diobati.

10. Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar.

11. Samadi.

12. Ngurang-ngurangi: dengan antara lain makan pada waktu sudah lapar, makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan tidak perlu harus memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah mengantuk dan tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman; tidak boleh terlalu sering bercinta dan itu pun hanya boleh dilakukan dengan pasangannya yang sah.


Pertemuan dengan Dewa Suksma Ruci

Sesudah Bima mebunuh ular dengan menggunakan kuku Pancanaka, Bima bertemu dengan Dewa kecil yaitu Dewa Suksma Ruci yang rupanya persis seperti dia. Bima memasuki raga Dewa Suksma Ruci melalui telinganya yang sebelah kiri. Didalam, Bima bisa melihat dengan jelas seluruh jagad dan juga melihat dewa kecil tersebut.

Pelajaran spiritual dari pertemuan ini adalah :

- Bima bermeditasi dengan benar, menutup kedua matanya, mengatur pernapasannya, memusatkan perhatiannya dengan cipta hening dan rasa hening.

- Kedatangan dari dewa Suksma Ruci adalah pertanda suci, diterimanya samadi Bima yaitu bersatunya kawula dan Gusti.

Didalam paningal (pandangan didalam) Bima bisa melihat segalanya segalanya terbuka untuknya (Tinarbuka) jelas dan tidak ada rahasia lagi. Bima telah menerima pelajaran terpenting dalam hidupnya yaitu bahwa dalam dirinya yang terdalam, dia adalah satu dengan yang suci, tak terpisahkan. Dia telah mencapai kasunyatan sejati. Pengalaman ini dalam istilah spiritual disebut “mati dalam hidup” dan juga disebut “hidup dalam mati”. Bima tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Mula-mula di tidak mau pergi tetapi kemudian dia sadar bahwa dia harus tetap melaksanakan pekerjaan dan kewajibannya, ketemu keluarganya dan lain-lain.

Arti simbolis pakaian dan perhiasan Bima

Bima mengenakan pakaian dan perhiasan yang dipakai oleh orang yang telah mencapai kasunytan-kenyataan sejati. Gelang Candrakirana dikenakan pada lengan kiri dan kanannya. Candra artinya bulan, kirana artinya sinar. Bima yang sudah tinarbuka, sudah menguasai sinar suci yang terang yang terdapat didalam paningal.

Batik poleng : kain batik yang mempunyai 4 warna yaitu; merah, hitam, kuning dan putih. Yang merupakan simbol nafsu, amarah, alumah, supiah dan mutmainah. Disini menggambarkan bahwa Bima sudah mampu untuk mengendalikan nafsunya.

Tusuk konde besar dari kayu asem

Kata asem menunjukkan sengsem artinya tertarik, Bima hanya tertarik kepada laku untuk kesempurnaan hidup, dia tidak tertarik kepada kekeyaan duniawi.

Tanda emas diantara mata.

Artiya Bima melaksanakan samadinya secara teratur dan mantap.

Kuku Pancanaka

Bima mengepalkan tinjunya dari kedua tangannya.

Melambangkan :

1. Dia telah memegang dengan kuat ilmu sejati.

2. Persatuan orang-orang yang bermoral baik adalah lebih kuat, dari persatuan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, meskipun jumlah orang yang bermoral baik itu kalah banyak.

Contohnya lima pandawa bisa mengalahkan seratus korawa. Kuku pancanaka menunjukkan magis dan wibawa seseorang yang telah mencapai ilmu sejati.


Read More..

Permata dan Khasiatnya

|

Bukan untuk tujuan syirik hanya sedikit ingin mengungkap keutamaan yang di titipkan Allah SWT didalam kristal unik ciptaannya ini.
BANYAK orang percaya dalam batu-batu perhiasan atau permata terdapat "penghuni gaib" yang membuat batu itu bertuah. Tak heran jika seseorang rela mengeluarkan uang hingga bejuta-juta karena menginginkan keberuntungan yang konon muncul karena ia mengenakan batu tersebut.
Benarkah anggapan itu? Yang jelas, ada alasan lebih rasional dan ilmiah tentang khasiat batu ini ketimbang sekadar memercayai di dalam batu tersebut ada qadamnya.
Menurut ahli batuan dari Malaysia Dr.(HC) Hisham Hashim, batu bisa digunakan untuk pengobatan karena memiliki gelombang elektromagnetik. Dengan elektromagnetik inilah batu dapat membetulkan medan elektromagnetik yang terganggu di tubuh manusia, sehingga yang bersangkutan sehat.
"Tubuh manusia memiliki satu medan magnet. Bila medan magnet di tubuh tidak seimbang, timbul masalah seperti penurunan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, yang bersangkutan akan terkena berbagai penyakit," kata lulusan Jurusan Geologi University Science Malaysia ini kepada "PR", di Perlis Malaysia, belum lama ini.
Gangguan medan elektromagnetik di tubuh manusia memang bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya gangguan gelombang dari handphone, komputer, televisi, atau bisa juga karena pencemaran udara.
Sebagai contoh bahwa batu permata bisa berguna untuk pengobatan, Hashim mengutip pendapat Karen Ryan tentang tiga langkah pengobatan menggunakan batu kristal kuarsa.
Tahap pertama, penderita akan melalui proses penyucian selama tiga hingga empat bulan, bergantung pada kronisnya penyakit yang dideritanya. Agar proses ini berjalan optimal, penderita harus memakai batu kuarsa sekurang-kurangnya 21 hari. "Dalam kurun waktu ini akan terjadi penghilangan ketidakseimbangan yang terjadi dalam tubuh," ujar Hashim.
Tahap kedua, terjadilah proses kesimbangan itu. Si sakit akan merasakan perubahan positif secara fisik, mental, emosi dan spiritualnya. Badannya akan lebih stabil. "Ini terjadi karena adanya pengeluaran toksin (racun) dan tenaga negatif dalam tubuhnya," kata Hashim menambahkan. Proses tersebut akan berlangsung berulang-ulang. Setelah empat minggu menggunakan batu kuarsa biasanya tubuh penderita akan betul-betul seimbang.
Tahap terakhir adalah proses penstabilan, langkah yang paling penting dalam pengobatan dengan batu. Pengobatan ini minimal berlangsung tiga hingga empat bulan. Dalam kurun waktu ini kristal kuarsa tidak boleh dilepas karena proses stabilitas akan terganggu. Jika kuarsa kristal dilepas, upaya pengobatan harus diulangi dari awal.

Harus satu

Hashim menyarankan, agar pengobatan tercapai secara optimal, batu permata yang dikenakan sebaiknya satu saja. Hal ini karena setiap batu permata memiliki getaran (vibration) yang berbeda.
Pemilihan batuan pun harus disesuaikan dengan penyakit yang diderita seseorang. Selain itu, pemilihan batu juga disesuaikan dengan keadaan sekitar. Sebagai contoh, penderita yang tinggal di tempat yang banyak gelombang listrik, disarankan mengenakan batu permata jenis berlian atau kristal jernih. "Kedua jenis batu ini dianegerahkan Allah memiliki tenaga, gelombang, kemampuan refleksi yang tinggi," ujar Hashim menjelaskan.

Khasiat permata

Pada dasarnya, hampir semua batuan dapat digunakan untuk pengobatan karena masing-masing mengandung getaran elektromagnetik. Hashim menyebutkan beberapa di antaranya.

1. Zamrud
Kandungan kimia Zamrud yang berwarna hijau ini adalah silica, alumunium, soda, dan magnesium. Karena warnanya yang menarik zamrud banyak disukai orang untuk digunakan sebagai perhiasan.

Menurut Rowland, seorang doktor yang di abad ke-17 meneliti batuan, zamrud sangat baik untuk mengatasi penyakit hati (liver) dan masalah di bagian kepala. Orang yang pelupa cocok untuk mengenakannya. Zamrud juga dipercaya mampu mengatasi kencing manis atau penawar sengatan/gigitan binatang berbisa.

Zamrud (Be 3 Al 2 SiO 6) adalah batu permata atau batu mulia yang berwarna hijau sampai hijau tua. Zamrud termasuk mineral silikat beril (mengandung beryllium) dan warna hijaunya disebabkan oleh kelumit kromium. Adanya vanadium dan besi yang menyertai kelumit kromium akan menyebabkan ragam zona pada warna hijau tersebut. Kekerasan zamrud termasuk tinggi (7,5 dalam skala Mohr).
Variasi warna : hijau segar, hijau - kekuningan, hijau - kebirua.
Kadar transparasi : transparan, translusan.
Kilap polis : kilap - kaca.
Index bias : 2,67 - 2,78.
Formula kimia : Be 3 Al 2 SiO 6.
Sistem kristal : Heksagonal.
Penghasil zamrud kualitas tinggi adalah Kolombia, Siberia, Afrika Selatan, Zimbabwe, Australia dan Brazil.

Banyak batu-permata berwarna hijau, tetapi hijau jamrud-lah yang dianggap paling mempesona. Sebagai mineral, jamrud termasuk kelompok jenis beril. jenis beril ini sebenarnya ada juga yang berwarna biru, kuning dan merah -- tetapi hanya warna hijaulah yang sejuk dan teduh itulah yang membuatnya bisa tampil sejajar dengan batu-permata-mulia lainya. Uniknya, mayoritas mineral jamrud terlahir dengan membawa ciri khas alami berupa retakan-retakan ataupun serat-serat -- sehingga kalau bisa menemukan satu yang berwarna bagus dan berbodi mulus...lha, ini dia! Mau tau harganya? dipasar bebas sebentuk jamrud nyaris sempurna dan berukuran besar bisa dinilai di atas US$ 10,000.00 per karatnya!
Sebagai batu-permata, jamrud tampak paling anggun dan ideal bila diasah model faset dalam bentuk potongan persegi-empat atau potongan-jamrud (emera-cut), sehingga dia sangat digandrungi oleh kaum pria yang akan merasa bangga kalau dapat memakainya sebagai mata cincin dengan ditretes intan-berlian pada bagian pinggirnya. Mantap lah rasanya.

Aura batu :
Menciptakan suasana sejuk, aman dan nyaman,
menjaga kesegaran jasmani dan rohani.

Relevansi profesi :
Praktis bidang kesehatan,
agrobis lingkungan-hidup.

special
Emerald/Zamrut : Menstimulasi visi dan pemahaman yang jelas

2. Pirus ("turquoise")
Pirus sebenarnya bukan 100% batu, namun merupakan campuran tanah, kapur, dan batu. Kandungan kimia pirus terdiri dari alumunium silicate dan hydrated phosphate.

Pirus bermanfaat untuk mengatasi penyakit paru-paru, syaraf, mata, penyakit di kerongkongan. Pirus pun mampu menguatkan jantung, memperbaiki peredaran darah, keracunan dalam darah, dan memulihkan tenaga.

3. Batu akik
Batu akik sering dikenakan sebagai perhiasan oleh kaum lelaki. Batu akik inilah yang acap dipercaya mengandung "penghuni gaib". Lebih dari 1.600 tahun lalu tentara Roma menghancurkan batu akik sampai lembut, lalu dicampur dengan air dan direbus, digunakan untuk mengobati penyakit ginjal dan limpa. Malah, ahli pengobatan dari Arab menggunakan bubuk batu akik untuk menghentikan perdarahan dan luka dalam. Bagi yang mengenakannya, batu akik dapat memberikan ketenangan dan mengatasi masalah sukar tidur.

4. Berlian
Berlian dipercaya sebagai master dari segala penyembuhan penyakit. Ia memiliki kekuatan untuk penyucian dan keseimbangan cleansing and balancing) badan. Batu permata ini digunakan untuk menguatkan semua organ di dalam badan, terutama empedu dan ginjal. Berlian juga baik untuk kesehatan usus kecil, kekuatan tulang, kelenjar pineal, dan baik untuk mengaktifkan kelenjar timus. Ada juga orang yang percaya berlian dapat digunakan untuk detoksifikasi atau pengeluaran racun dari tubuh.

Namun perlu diingat, berlian yang belum diproses justru lebih ampuh untuk pengobatan ketimbang yang sudah diproses menjadi perhiasan yang indah. Pemotongan berlian sedikit banyak akan memisahkan atom-atomnya dan memengaruhi getaran yang sudah ada.

5. Mutiara
Pada abad ke-17 ahli pengobatan menggunakan serbuk mutiara yang dicampur dengan air minum sebagai penyembuh penyakit jantung dan keracunan makanan. "Numerologis dan gemologis Dr. R.I. Dhuraimurugar menyebutkan bahwa serbuk mutiara amat baik untuk mengatasi sakit mata, saluran jantung, TBC, demam, insomnia, dan asma," kata Hashim.

Kini, serbuk mutiara juga digunakan untuk campuran kosmetik. Mutiara bermanfaat untuk menjadikan kulit halus. (Ella YP/Teguh L/"PR")

6. Blue Safir

Safir ( Bahasa Ibrani : sapir ) adalah bentuk kristal tunggal aluminium oksida (Al2O3 ), suatu mineral yang dikenal sebagai korundum . Safir dapat ditemukan secara alami sebagai batu permata atau difabrikasi pada boule kristal besar untuk berbagai keperluan, termasuk komponen optik inframerah , permukaan jam, jendela yang kuat, dan wafer untuk deposisi semikonduktor seperti nanorod GaN.
Kelompok korundum termasuk aluminium murni. Sejumlah kecil unsur lain seperti besi , titanium , dan kromium memberikan warna biru, kuning, merah muda, ungu, jingga, atau kehijauan terhadap safir. Safir termasuk semua variasi kualitas mineral korundum kecuali yang memiliki warna merah jenuh penuh, yang dikenal sebagai rubi.
Karakteristiknya :
Variasi warna : Biru, ungu, kuning, oranye, hitam, bening.
Kadar Transparasi : Transparan, translusan, opak.
Kilap Polis : Kilap-intan.
Index Bias : 1,766 - 1,774.
Kadar Keras : 9.
Berat Jenis : 3,47 - 3,55.
Formula Kimia : Al2O3.

Sistim Kristal : Heksagonal.

Wilayah Penghasil : Srilangka, Thailand, Myanmar, Amerika Serikat, Australia.

Relevansi Profesi :
- Priktisi bidang keilmuan,
- perdagangan,
- wirausaha dan eksekutif.

Aura Batu :
- Mengembangkan daya pikir,
- menumbuhkan inspirasi,
- optimisme serta harapan baru.

Peredam penyakit batin
Membawa damai dan tenteram batin.

yang lebih spesifik..PENGEKAL ASMARA ...

7. Kecubung Asihan

Sekilas tentang kecubung (amethis)

Lokasi Ditemukannya Kecubung

Di Indonesia Kecubung banyak ditemukan di daerah kalimantan tapi juga ada di daerah daerah lain seperti jawa barat. Selain di Indonesia, Kecubung atau Amethyst ditemukan juga di Brazil, Canada, India, Russia, Madagascar, Namibia, Sri Lanka dan Amerika (Colorado, Georgia, Montana, North Carolina, Pennsylvania, Rhode Island, Virginia). Amethyst adalah lambang Batu Permata dari negara bagian South Carolina-USA (US State Gemstone of South Carolina) dan dari negara bagian Ontario-Canada (Canadian State Gemstone of Ontario, Canada).

Cara Merawat & Menyimpan Kecubung

Bersihkan Kecubung atau Amethyst anda di alat pembersih perhiasan ultrasonic atau dapat pula dengan menggunakan air hangat yang sudah diberi sedikit sabun khusus, kemudian sikatlah perlahan dengan sikat berbulu halus. Jaga jangan sampai Amethyst anda terkena panas atau sinar matahari yang sangat terik dalam waktu lama karena warna batu akan memucat.

Beberapa Kegunaan Kecubung

Di Indonesia kecubung selain sebagai batu perhiasan juga sering dianggap sebagai batu yang ber tuah atau ber khasiat, contoh nya ada lah ke cubung hasian yang di percaya mempunyai khasiat untuk mendapat kan simpati dari orang lain dan juga orang menjadi tidak ingin berbuat jahat kepada si pemakai batu tersebut.

Tetapi menurut kepercayaan untuk membuat batu tersebut berkhasiat, harus di olah secara alami, atau tidak menggunakan alat alat modern, seperti gerinda atau obat pemoles lainnya, umum nya mereka menggosok nya dengan menggunakan bambu ( bisa bambu hitam atau bambu biasa ), dan terkadang si pembuat juga berpuasa. Selain itu Kecubung juga digunakan untuk meningkatkan kekuatan bathin/spiritual serta kewaspadaan intuitif seseorang. Juga digunakan untuk meredakan sakit kepala.

Legenda mengatakan, menggunakan Amethyst atau minum dari cawan yang terbuat darinya, akan mencegah terjadinya keracunan. (Boleh per caya atau tidak). Untuk orang orang tertentu di negara Eropa dan Amerika kecubung atau Amethyst juga merupakan simbol atau sering di gunakan sebagai hadiah perkimpoian ke 4 atau ke 6.

Semuanya kembali ke kita, tapi pada akhirnya tetap kembali ke PADA DIA Yang Memberi HIDUP.
disadur dari diskusi kaskuser

Read More..

Dunia Makhluk Halus

|

Pada kenyataannya banyak orang yang tertarik menelaah pada dunia mahkluk halus, barang kali mereka mendengar beberapa cerita atau membaca tulisan atau dari buku-buku. Bagi orang yang telah mencapai ilmu sejati dalam kejawen atau mungkin yang sudah menguasai metafisika, dunia mahkluk halus itu biasa adanya, bukannya omong kosong. Dibawah ini digambarkan informasi dari dunia-dunia mereka versi kejawen,dimana (lebih dari satu dunia) paling tidak yang terjadi ditanah Jawa.

Banyak ahli kejawen mempunyai pendapat yang sama bahwasanya di dalam dunia yang satu dan sama ini, sebenarnya dihuni oleh tujuh macam alam kehidupan, termasuk alam yang dihuni oleh manusia. Di dunia ini memiliki tujuh saluran kehidupan yang ditempati oleh bermacam-macam mahkluk. Mahkluk-mahkluk dari tujuh alam tersebut, pada prinsipnya mereka mengurusi alamnya masing-masing, aktivitas mereka tidak bercampur setiap alam mempunyai urusannya masing-masing. Dari tujuh alam itu hanyalah alamnya manusia yang mempunyai matahari dan penduduknya yang terdiri dari manusia, binatang dan lain-lain mempunyai badan jasmani.

Penduduk dari 6 alam yang lain mereka mempunyai badan dari cahaya (badan Cahya) atau yang secara populer dikenal sebagai mahkluk halus – wong alus – mahkluk yang tidak kelihatan. Di 6 alam itu tidak ada hari yang terang berderang karena tidak ada matahari. Keadaannya seperti suasana malam yang cerah dibawah sinar bulan dan bintang-bintang yang terang, maka itu tidak ada sinar yang menyilaukan seperti sinar matahari atau bagaskoro (Jawa halus)

Konon Ada 2 macam mahkluk halus :

1. Mahkluk halus asli yang memang dilahirkan – diciptakan sebagai mahkluk halus.

2. Mahkluk halus yang berasal dari manusia yang telah meninggal. Seperti juga manusia ada yang baik dan jahat, ada yang pintar dan bodoh.

Mahkluk-mahkluk halus yang asli mereka tinggal di dunianya masing-masing, mereka mempunyai masyarakat maka itu ada mahkluk halus yang mempunyai kedudukan tinggi seperti Raja-raja, Ratu-ratu, Menteri-menteri dll, sebaliknya ada yang berpangkat rendah seperti prajurit, pegawai, pekerja dll.

Inilah kenyataannya yang bukan hanya merupakan ilusi atau bayangan semata, alam lain itu antara lain :

1. Merkayangan

Kehidupan di saluran ini hampir sama seperti kehidupan di dunia manusia, kecuali tidak adanya sinar terang seperti matahari.

Dalam dunia merkayangan mereka merokok, rokok yang sama seperti dunia manusia, membayar dengan uang yang sama, memakai macam pakaian yang sama, ada banyak mobil yang jenisnya sama di jalan-jalan, ada banyak pabrik-pabrik persis seperti di dunia manusia. Yang mengherankan adalah, mereka itu memiliki tehnologi yang lebih canggih dari manusia, kota-kotanya lebih modern ada pencakar langot, pesawat-pesawat terbang yang ultra modern dll.

Ada juga hal-hal yang mistis di dunia Merkayangan ini, kadang-kadang bila perlu ada juga manusia yang diundang oleh mereka antara lain untuk : melaksanakan pertunjukkan wayang kulit, menghadiri upacara perkimpoian, bekerja di batik, rokok dan manusia-manusia yang telah melakukan pekerjaan di dunia tersebut, mereka itu dibayar dengan uang yang syah dan berlaku seperti mata uang di dunia ini.

2. mahkluk halus-Siluman

Mahkluk halus ini konon suka tinggal didaerah yang ber air seperti di danau-danau, laut , samudera dll, masyarakat siluman diatur seperti masyarakat jaman kuno. Mereka mempunyai Raja, Ratu, Golongan Aristokrat, Pegawai-pegawai Kerajaan, pembantu-pembantu, budak-budak dll. Mereka bisa tinggal di Keraton-keraton, rumah-rumah bangsawan, rumah-rumah yang bergaya kuno dll.

Kalau orang pergi berkunjung ke Solo-Yogyakarta atau jawa Tengah, orang akan mendengar cerita tentang beberapa siluman antara lain : Kanjeng Ratu Kidul – Ratu Laut Selatan, Ratu legendaris, berkuasa dan amat cantik, yang tinggal di istananya di Laut Selatan, dengan pintu gerbangnya Parangkusumo. Parangkusumo ini terkenal sebagai tempat pertemuan antara Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul, dalam pertemuan itu, Kanjeng Ratu Kidul berjanji untuk melindungi semua raja dan kerajaan Mataram.

Beliau mempunyai seorang patih wanita yang setia dan sakti yaitu Nyai Roro Kidul, kerajaan laut selatan ini terhampar di Pantai Selatan Pulau Jawa, di beberapa tempat kerajaan ini mempunyai Adipati. Seperti layaknya disebuah negeri kuno di kerajaan laut selatan ini juga ada berbagai upacara, ritual dll dan mereka juga mempunyai angkatan perang yang kuat.

Sarpo Bongso-Penguasa Rawa Pening.

Sebuah danau besar yang terletak di dekat kota Ambarawa antara Magelang dan Semarang. Sarpo Bongso ini siluman asli, yang telah tinggal di telaga itu untuk waktu yang lama bersama dengan penduduk golongan siluman. Sedangkan kanjeng Ratu Kidul bukanlah asli siluman, beberapa abad yang lalu beliau adalah seorang Gusti dikerajaan di Jawa, tetapi patihnya Nyai Roro Kidul adalah siluman asli sejak beberap ribu tahun yang lalu.

3. Kajiman

Mereka hidup dirumah-rumah kuno di dalam masyarakat yang bergaya aristokrat, hampir sama dengan bangsa siluman tetapi mereka itu tinggal di daerah-daerah pegunungan dan tempat-tempat yang berhawa panas. Orang biasanya menyebut merak Jim.

4. Demit

Bangsa ini bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang hijau dan lebih sejuk hawanya, rumah-rumah mereka bentuknya sederhana terbuat dari kayu dan bambu, mereka itu seperti manusia hanya bentuk baadannya lebih kecil.

Disamping masyarakat yang sudah teratur seperti Merkayangan, Siluman, Kajiman, dan Demit masih ada lagi dua menjelaskannya lebih detail, secara singkat kedua masyarakat itu adalah untuk mereka yang jujur, suci dan bijak.

Mahkluk halus yang tidak sempurna.

Disamping tujuh macam alam permanen tersebut, ada sebuah saluran yang terjepit, dimana roh-roh dari manusia-manusia yang jahat menderita karena kesalahan yang telah mereka perbuat pada masa lalu, ketika mereka hidup sebagai manusia.

Manusia yang salah itu pasti menerima hukumaan untuk kesalahan yang dilakukannya, hukuman itu bisa dijalani pada waktu dia masih hidup di dunia atau lebih jelek pada waktu sesudah kehidupan (afterlife) diterima oleh orang-orang yang sudah melakukan : fitnah, tidak jujur, prewangan orang yang menyediakan raganya untuk dijadikan medium oleh mahkluk halus) blakmagic, guna-guna yang membuat orang lain menderita, sakit atau mati dll, pengasihan supaya dikasihi oleh orang lain dengan cara-cara yang tidak wajar, membunuh orang dll perbuatan yang nista.

Memuja berhala untuk menjadi kaya (pesugihan) yang dimaksud dengan berhala dalam kejawen bukanlah patung-patung batu, tetapi adalah sembilan macam mahkluk halus yang katanya, suka menolong “ manusia supaya menjadi kaya dengan kekayaan meterial yang berlimpah.

Pemujaan terhadap kesembilan mahkluk jahat itu merupakan kesalahan fatal, mereka itu bila dilihat dengan mata biasa kelihatan seperti :

1. Jaran Penoleh - kuda yang kepalanya menoleh kebelakang

2. Srengara Nyarap - anmahkluk halusg menggigit

3. Bulus Jimbung - bulus yang besar

4. Kandang Bubrah - kandang yang rusak

5. Umbel Molor - ingus yang menetes

6. Kutuk Lamur - senagsa ikan, penglihatannya tidak terang

7. Gemak Melung - gemak, semacam burung yang berkicau

8. Codot Ngising - kelelawar berak

9. Bajul Putih - buaya putih.

Bagi mereka yang telah melakukan kesalahan dengan jalan memuja atau menggunakan “ jasa-jasa Baik “ berhala diatas, mereka tentu akan mendapat hukuman sesudah “ kematiannya “ badan dan jiwa mereka mendapat hukuman persyaratan sangkan paraning dumadi (datang dari suci, di dunia ini hidup suci dan kembali lagi ke suci)

Berbagai macam hukuman sesudah kehidupan :

Ini merupakan hukuman yang teramat berat, tidak ada penderitaan yang seberat ini, maka itu setiap orang harus berusaha untuk menghindarinya. Bagaimana caranya ? mudah saja : bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan melakukan perbuatan yang baik dan benar, berkelakuan baik, jujur, suka menolong, jangan menipu, jangan mencuri, jangan membunuh, jangan menyiksa, jangan melakukan hal-hal yang jelek dan nista.

Ada pepatah Jawa yang bunyinya “ Urip iku mung mampir ngombe “ artinya hidup didunia ini hanyalah untuk mampir minum, itu artinya orang hidup didunia ini hanya dalam waktu singkat maka itu berbuatlah yang pantas/ "pener".

Sebenarnya, masalah mahkluk halus dapat diperoleh dari banyak sumber terutama di Indonesia. Banyak sekali orang di Indonesia yang mampu berkomunikasi dengan mahluk jenis mahkluk halus. Baik yang jahat atau tidak. Hal ini sudah dilakukan sejak lama sekali. Kerajaan-kerajaan di nusantara, khususnya di jawa selalu memiliki komunikasi tetap dengan mahluk2 ini. Bahkan mereka memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kerajaan mahkluk halus yang jumlahnya sangat banyak di nusantara ini.

Beberapa hari yang lalu saya bertemu beberapa teman yang ternyata bisa berkomunikasi dengan mahkluk halus. Mereka masih muda2. Dibawah 30 tahun. Penampilan dan gayanya biasa saja tidak seperti para paranormal/dukun yang kadang2 berkulit jubah & sorban. Awal mulanya mereka bisa dengan berlatih untuk bisa lebih sensitif dengan dunia gaib ada juga yang memang bakat yang dimilikinya yang terus diasah.
Kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk lebih mengenal dunia di sana. Bagaimana perilaku mereka dan bagaimana kondisi dunia di sana. Saya akan sharing sedikit secara ringkas:

1. Bagaimana bisa berkomunikasi dengan mereka? Apakah saat berkomunikasi seperti mendengar suara atau juga melihat mereka?
** Komunikasi lebih banyak secara telepati, tanpa suara, dan tanpa tatap muka. Mereka mengetahui wujud dunia lain dengan telepati juga. Pokoknya tidak ada jalur komunikasi konvesional seperti di dunia manusia (kabel telpon, udara, dll) tapi langsung ke hati.

2. Saya tunjukkan foto suatu tempat lalu saya tanya apakah ada penunggunya? Lalu mereka mengatakan 'ada'. Bagaimana bisa mengetahui keberadaan mereka padahal dari foto saja?
** Saat melihat foto atau penggambaran tempat, kami akan langsung berada di sana. Sama seperti komunikasi yang dapat dilakukan secara instan, perpindahan tempat bagi kami dan mereka juga secara instan tidak ada jalur yang perlu dilewati yang membutuhkan waktu untuk dijalani.

3. Bagaiman wujud mereka?
** Wujud mereka beragam dan sifat mereka juga beragam. Apa yang bisa mereka lakukan tergantung jenis mereka. Ada yang baik juga ada yang jahat. Mereka memiliki bentuk asli (yang sebenarnya) dan dapat berbentuk yang lain yang dimauinya. Misalnya, bentuk mereka seperti manusia biasa (tapi ada modifikasi misalnya memiliki taring atau tanduk) tapi kecil. Saat tertentu bisa besar setinggi 30 meter hitam, berbulu, mata merah, dll. Bisa juga berbentuk yang menyeramkan atau yang cantik.
Penampakan yang mereka lakukan pada dunia manusia (seperti di TV) memerlukan energi yang besar karena dimensinya berbeda. Wujud yang ditampakkan bisa berbeda dari wujud aslinya. Hal ini bisa digunakan untuk menipu manusia dan mencari pengaruh pada manusia. Contoh korbannya mungkin Lia Eden.
Ada juga mahkluk halus yang berbentuk bola api yang akan membakar sesuatu yang didekatinya. Ada juga yang berbentuk angin. Mereka bisa disebut mahluk hidup karena bisa berkomunikasi maupun berkehendak.

4. Bagaimana dunia mereka?
** Dunia mereka tidak panas dan tidak gelap. Seperti subuh atau magrib. Dan selalu begitu. Mereka terdiri dari kerajaan2 yang dipimpin oleh raja atau ratu. Bentuk pemerintahan mereka seperti kerajaan2 manusia (jawa) di masa lalu. Antar kerajaan memiliki perbatasan juga. Mereka sepertinya hidup pada dunia yang sama dengan manusia namun pada dimensi yang berbeda. Misalnya, bagi manusia, tempat itu adalah pohon beringin yang areanya 10 meter persegi. Bagi mereka pohon itu seperti lingkungan istana kerajaan yang sangat luas. Biasanya tempat-tempat yang dianggap angker merupakan tempat yang dihuni komunitas mereka. Salah satu kerajaan besar adalah kerajaan yang dipimpin seorang Ratu yang memiliki kekuasaan di selatan pulau jawa.

5. Apakah manusia bisa ber-'wisata' ke alam mahkluk halus?
** Bisa saja. Baik sengaja atau tidak. Tapi ada satu hal yang aneh jika kita sempat berpindah antar alam manusia dan alam mahkluk halus. Banyak kejadian, ada orang yang secara tidak sengaja pergi ke alam mahkluk halus selama sehari namun kembali ke alam manusia ternyata kalau dihitung dengan waktu di dunia manusia mereka telah pergi selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Pernah kejadian ada yang tinggal di alam mahkluk halus selama seminggu setelah kembali ke alam manusia, anak2 mereka sudah menjadi kakek-kakek! Waktu tidak jalan bersamaan di alam/dimensi berbeda.
Saya ingat beberapa kisah / fenomena yang diceritakan di dalam Al Quran tentang relatifitas waktu. Misalnya ayat yang bilang: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah 32:5)
Yang paling terkenal adalah kisah tentang beberapa manusia yang tidur di sebuah gua yang ketika bangun mereka berada jauh dari masa mereka hidup. Bahkan uang yang mereka miliki sudah tidak laku lagi. (Ashabul Kahfi - Al Quran surat Al-Kahfi).

6. Jika mereka dunia gaib apakah mereka bisa bertemu malaikat?
** Dunia gaib berlapis2. lapisan dunia mereka tidak sama dengan dunia malaikat atau yang lain. Mereka juga bisa mati. Saat mereka mati, mereka pindah ke dunia lain / dimensi yang lain lagi.

7. Apa mereka punya kepentingan dengan manusia?
** Mereka ada yang baik ada yang jahat seperti manusia. Ada yang beragama ada yang atheis. Ada yang Islam ada yang non-islam. Jika mereka dibawah pengaruh setan dan jaringannya, mereka akan jahat. Tujuannya adalah menjauhkan manusia dengan Tuhan dengan jalan syirik (bertuhan bukan kepada Allah tapi pada hal lain yang bisa memberikan kekuatan). Karena mereka gaib, mereka mudah menyesatkan manusia. Misalnya dengan menyamar menjadi malaikat atau memberikan kekuatan terhadap benda2 yang dikeramatkan manusia. Manusia menjadi tergantung pada benda itu (untuk kekayaan, kesehatan, dll) dan bukan minta pada Tuhan.
Ada juga yang baik yang berusaha menyelamatkan / memberikan peringatan pada sebagian manusia dan melindungi dari pengaruh mahkluk halus lain yang jahat.

8. Apakah hukum alam manusia berlaku di alam mahkluk halus?
** Tidak. Alam mereka bukan modifikasi alam manusia. Tapi alam yang sama sekali lain. Hukum alam mereka juga lain.


Timbul pertanyaan bagi saya. Selama ini kita mencoba mencari dan menganalisa keberadaan mahluk lain di luar bumi (planet lain) pada dimensi manusia (horizontal). Bagaimana kalau kita mencoba menganalisa kehidupan lain pada dimensi dan hukum alam yang berbeda dengan kita (vertikal)??? Padahal peradaban lama selalu bersentuhan dengan hal ini.
Suatu hal yang beyond science. Kadang2 saya berfikir bahwa science saat ini membelenggu pikiran kita. Misalnya mereka katakan: diluar hukum fisika saat ini, hal lain tidak perlu dianggap ada. Hal gain tidak benar karena tidak sesuai hukum fisika kita.
Bukankah lebih baik dikatakan: hukum fisika kita masih belum mampu menjelaskan seluruh hakikat alam namun akan terus berusaha memahaminya dalam suatu formula. Sesuatu yang diluar hukum fisika saat ini mungkin ada, tapi belum tersentuh...

Ada satu pesan dari dunia lain: saat ini sedang ada persiapan perang besar di dunia gaib. Antara yang baik dan yang jahat. Dampaknya akan terasa ke kehidupan manusia. Dan akan terjadi dalam waktu dekat. Mereka menyarankan agar selalu perpegang pada Sang Pencipta Kehidupan.

sumber ;Kaskus.us dan ini

Read More..